50 Shades of Awkarin

50 Shades of Awkarin
WOOP.ID

50 Shades of Awkarin? Maybe more.

Setelah empat jam menunggu, akhirnya woop bertemu seleb sosial media, Awkarin. Bagi yang aktif di dunia maya, pasti tidak asing lagi dengan nama perempuan muda satu ini. Saat masuk pintu kantor, WOOP berpikir, “She is polite, an ordinary girl. Nothing unpleasant.” Of course, apart from the waiting time! Menariknya, Awkarin menjawab pertanyaan dengan lugas, cenderung blak-blakan: mulai dari gosip jilbab, cerita mantan, akun media sosialnya, sampai peristiwa pemanggilan KPAI. Karin berbicara dan bercerita persis seperti foto-foto Instagramnya. Lugas dan terbuka, gadis ini dapat ditanya tentang siapa dan apa saja, nyaris tanpa filter. Pesona Awkarin sepertinya melebur dalam kehidupan sehari-hari pemilik asli nama Karin Novilda; dengan mudahnya memenuhi peranan sebagai wajah generasi sekarang yang mengkategorikan dirinya “anti-pencitraan”.

KARIN NOVILDA AS  “AWKARIN”

“Aku nggak ngerti kenapa, tapi memang setiap hal yang aku lakukan tiba-tiba saja langsung jadi omongan orang. Padahal aku hanya berekspresi, dan ga bermaksud juga untuk cari sensasi.” Itu pengakuan Awkarin tentang kepopulerannya yang melejit, tanpa tampil di sinetron, film, jadi penyanyi atau ajang pencarian bakat. Kemahirannya dalam menggunakan media sosial dan menampilkan image tertentu ternyata telah cukup untuk menjadikannya sebagai seorang idola. Di usianya yang bahkan belum 20 tahun, Karin telah memiliki penghasilan jutaan setiap harinya, jauh melebihi remaja seusianya. Seperti pribadinya, setiap rumor dan berita tentang Awkarin begitu segar dan meledak-ledak.

AT THE BEGINNING: THE LOVE SCANDAL

Sosok Awkarin nggak akan sebesar sekarang tanpa cerita mengenai dirinya dan mantan pasangannya, Muhammad Gaga. Karin dan Gaga sempat digadang-gadang sebagai ‘it couple’ di Instagram, bahkan membubuhkan tag#relationshipgoals dalam berbagai post mereka bersama. Sayangnya pertambahan follower-nya tidak berbanding lurus dengan usia hubungan itu (hanya bertahan lima bulan). Menurut cerita Karin, Gaga mengaku ingin punya waktu lebih bersama teman-temannya, thenthe infamous moment happened:  sang cowok memutuskan hubungan mereka, lima menit sebelum ulang tahun Gaga yang ke-17! Padahal sebuah surprise party sudah dipersiapkan Karin jauh hari bersama beberapa teman. Then rest was history: the vlog ‘confessions’ and the insane popularity.

“Awalnya video itu memang dibuat untuk klarifikasi karena banyak akun haters yang ngomongin bahwa Gaga putus dari aku karena aku ini aneh, fitnah dan macam-macam lainnya,” bebernya. “Tapi setelah itu aku belajar. Nggak perlu-lah membeberkan terlalu banyak lagi, meskipun aku sempat tergoda, karena toh Gaga banyak nyebarin hal yang nggak benar tentang aku setelah kita putus.”

Sekarang, ia berkencan dengan Oka Mahendra, yang juga CEO dari manajemennya sendiri, Takis (dibalik: sikat). Lebih tua, lebih kaya, dan jelas lebih mapan. Apakah tipe seperti ini kah yang memang dicari Karin setelah pengalamannya bersama Gaga? “Bukan itu yang aku cari, dan aku lihat. Oka membuat aku nyaman dan itu saja,” bantahnya.

THEN, HER “SO SOCIAL” SOCIAL MEDIA

Pembicaraan melompat dan ia bercerita tentang komen-komen yang ia terima di foto-foto Instagram-nya, terutama konten yang dinilai vulgar oleh banyak pihak. “Lihat foto-foto aku pacaran, ciuman, menurut mindset orang Indonesia itu gak pantas, ga sesuai ajaran agama. Mungkin karena Indonesia itu mayoritas Islam jadi semua harus ikut ajaran Islam, padahal kan Indonesia bukan negara Islam? Dengan media sosial, aku berhak untuk share apa saja sebagai bentuk ekspresi diri, apalagi selama itu tidak melanggar Instagram rules.”

Soal kemesraan dan pakaian seksi yang dianggap berlebihan untuk dikonsumsi penggemarnya yang kebanyakan remaja, Karin juga punya pendapat sendiri. “Soal itu, apa aku bisa sepenuhnya disalahkan? Media sosial itu pribadi. Kalo takut dilihat anak-anak atau belum cukup umur, seharusnya orangtua dong, yang berperan, karena anak itu harus diberi batasan atau sekalian saja, tidak boleh main Instagram,” paparnya, blak-blakan.

Karin kembali menjadi target nyinyir ketika ia dan sesama selebgram lainnya Anya Geraldine dipanggil ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia / KPAI. Banyak berasumsi bahwa itu merupakan sebuah bentuk teguran terhadap konten media sosial pribadinya. “Aku cukup tegang juga, jadi aku sempat mempersiapkan. Argumen aku adalah ya… nggak bisa sepenuhnya disalahin, karena kan pakaian dan foto aku yang seperti itu juga tuntutan profesi. Akhirnya aku datang kesana bareng Oka, dan lawyer Takis Entertainment.” Jadi, apa sebenarnya yang apa terjadi di pertemuan itu? “Surprisingly, mereka baik sekali sama aku. Nggak ada pembicaraan apapun yang penting, cuma lucu aja bahwa mereka bilang ingin bekerja sama dengan aku untuk jadi promotor event pendidikan untuk anak-anak muda. Bullshit lah, hahaha.” Karin cukup berhati-hati untuk tidak memberi banyak detail, sepertinya mengerti benar bahwa cerita ini bisadengan mudah dipelintir menjadi sumber gosip--meskipun ia sendiri mengatakan tidak peduli.

Mengaku sempat merasa down dan sedih pada awalnya  dengan pemberitaan dan masyarakat yang seakan memojokkan, tapi kelamaan Karin pun terbiasa. “Orang bicara seenaknya, tapi sekarang aku sadar bahwa mereka mau ngomong apapun nggak akan ngaruh ke hidup aku. Mereka akan tetap dibawah dan aku terus naik keatas.”

img

LET’S GO BACKWARDS

Lahir di Jakarta, Karin Novilda terpaksa mengikuti kedua orangtuanya yang dua-duanya berprofesi sebagai dokter, dan pindah ke Tanjung Pinang, Riau saat masih SD dan menetap di sana selama enam tahun. Menghabiskan masa kecil dan awal remaja di sana, Karin tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup ketat dan protektif, bahkan setelah kembali ke Jakarta. Banyak larangan untuk keluar malam, acara gaul, memakai baju ketat dan aktivitas pacaran. Setelah mulai aktif di Instagram dan bertemu teman-teman baru, Karin “remaja” menyiasati larangan-larangan itu seperti remaja kebanyakan:  sembunyi-sembunyi. Meskipun begitu, pada akhirnya orangtuanya tahu kegiatannya di luar rumah maupun di media sosial. “Aku ngomong sih akhirnya, jelasin benar-benar ke Mama dan Papa, kalo aku terus-terusan dibatesin, gimana aku mau jadi dewasa? Mereka sempat protes, tapi lama kelamaan, apalagi aku bisa menghasilkan banyak uang sendiri, ya berhak dong dilepas. Mereka udah ga bisa ngomong apa-apa. Paling cuma sesekali ngingetin aja untuk tidak terlalu berbaju terbuka dan rajin shalat. Belum tentu aku kerjakan, sih,” ujarnya. Menyinggung orang tua, Karin mengaku hubungannya dengan mereka baik-baik saja; berbeda dengan rumor yang menyebutkan bahwa hubungan dengan orang tuanya nggak harmonis karena isu-isu yang menimpanya.

Terdengar juga kabar bahwa dulunya adalah pelajar teladan yang rutin memakai jilbab ketika SMP di Tanjung Pinang. “Itu semua nggak benar, mereka semua berasumsi sendiri saja. Ketika video aku berjilbab itu diambil, itu adalah hari Jumat, jadi jilbab termasuk seragam wajib di sekolah. Aku sendiri nggak berjilbab sehari-harinya.” Namun ia pun mengakui, bahwa prestasinya memperoleh hasil UN tertinggi se-Tanjung Pinang memang benar adanya.

NOW…

Keinginan untuk lebih bebas dan kemandirian finansial yang dimilikinya inilah yang juga membuat Karin memilih untuk tinggal sendiri. Satu-satunya tanggung jawab ‘anak pada orangtua’ yang masih diemban saat ini adalah usahanya untuk kuliah. “Ya, aku kuliah hanya untuk sampingan. Nyenengin orangtuaku aja,” sahut mahasiswi tahun pertama Binus University ini. “Sebenarnya aku merasa mager (malas gerak,red) dan kuliah pun juga ga penting, secara uang aku ada dan aku bisa kerja yang menghasilkan. Lewat endorsement, cuma foto-foto yang merupakan hobi aku, income aku kencang banget. Lagian sekarang orang kuliah buat apa, sih? Buat cari title, buat kerja. Bisa cari uang. Kedua hal itu, aku sudah punya. Dan banyak. Jadi aku sudah selangkah lebih maju dari mereka,” ujarnya dengan percaya diri.

Ia pun tak segan mengungkapkan pandangan lain terhadap dunia perkuliahan. “Buat aku sendiri, kuliah itu nggak efektif. Aku dikelilingi orang-orang exceptions. Ibarat ada 100 persen, 1 persennya itu exceptions. Mereka bisa jadi unik karena mereka melakukan apa yang 90 persen lainnya nggak lakukan. Oka misalnya, di umur muda dia sudah jadi CEO dan bermacam lainnya. Young Lex ?rapper yang berduet dalam video, Bad?) dari bukan apa-apa dan nggak lulus sekolah, sekarang bisa punya uang banyak.”

Apakah begitu pendapat Karin tentang pendidikan? “Kalau kuliah di luar, mungkin lebih baik, tapi kalau di Indonesia ya nggak. Kuliah di Indonesia itu semacam… Pembodohan, buat aku.”

Meskipun begitu, Karin Novilda bukanlah seseorang tanpa ambisi pribadi. Besar di keluarga dokter, Karin kecil bercita-cita menjadi dokter hewan. “Aku suka banget binatang, sempat pelihara kucing, anjing dan banyak lagi. Dulu aku ingin bisa kerja sebagai dokter di suaka margasatwa di Afrika Selatan.” Orangtuanya menginginkannya meniti karir menjadi dokter, tapi Karin masih berat hati meninggalkan karir Instagramming-nya. “Itu sekadar cita-cita sebelum aku sadar bahwa kerja itu harus menghasilkan, sih. Sekarang, ketika aku bisa menjalankan hobi dan hasilnya lebih banyak, kenapa nggak?”

Karin bertekad untuk tak mau kehilangan momentum. Album pertamanya sebagai rapper wanita akan dirilis akhir tahun ini, demikian juga dengan serangkaian proyek lain seperti perannya di film remake horor lokal dan clothing line. “Clothing-nya akan dihiasi ilustrasi buatan aku sendiri,” promosinya. “Untuk album, aku punya banyak hal untuk dibicarakan. Musiknya nanti, seperti Young Lex versi wanita.”

Well, sepertinya kita nggak perlu menunggu terlalu lama untuk menyaksikan gebrakan Awkarin selanjutnya!