Apakah Saya Teman yang Baik?

Apakah Saya Teman yang Baik?
ISTOCK

Pertemanan yang baik bukan berarti bebas konflik.

Langsung saja: apakah kamu teman yang baik? Kebanyakan orang dengan semangat tidak akan menjawab : "bukanlah, saya teman paling buruk di dunia!"

“Ada pepatah mengatakan teman baik bagaikan semanggi berhelai empat, sulit ditemukan dan beruntung untuk dimiliki. Tapi benarkah demikian?” ujar Irene Raflesia, M. Psi., seorang psikolog klinis dewasa dari Klinik Pelangi, Cibubur. “Begini ya, sebagaian orang mudah berkenalan dan menjalin pertemanan erat, sedangkan sebagian lainnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi berteman baik dengan orang lain. Dengan kata lain, pertemanan sama seperti bentuk hubungan lainnya, sama-sama memerlukan waktu untuk tumbuh dan berakar pada diri kita sendiri, serta setiap orang yang terlibat saling berkontribusi satu sama lain dalam mempertahankan hubungan tersebut,” sambungnya.

Setiap orang memiliki bentuk, sifat, perilaku, maupun kebiasaan. Sebuah pertemanan juga merupakan kombinasi dari semua faktor tadi. Namun, apa sebenarnya definisi teman yang baik?

“Tidak ada definisi khusus tentang pertemanan ataupun teman yang baik,” jawabnya. “Semua orang akan berbeda sudut pandang dalam memaknai pertemanan. Meski begitu, pertemanan memiliki ciri yang sama yaitu adanya komitmen untuk menjaga kesejahteraan teman, keinginan untuk tetap berhubungan, saling percaya, kesamaan minat, dan rasa saling menghargai satu sama lain. Selayaknya makhluk sosial, kita membutuhkan rasa memiliki dan menjadi bagian dari suatu hubungan terutama dengan orang-orang yang menghargai diri kita dan juga kita hargai,” lanjutnya.

Tidak ada definisi yang pasti, tapi jika diinterpretasikan dengan bebas maka pertemanan yang baik memiliki faktor: komitmen, kepedulian, kepercayaan, persamaan minat, dan saling menghargai. Sederhana. Namun, apakah pertemananmu sudah mempunyainya—atau apakah kamu (dan temanmu) sudah saling melakukannya? 

Sama dengan keluarga, teman termasuk dalam jajaran orang terpenting dalam hidup kita selain pasangan dan keluarga. Dan sama seperti dengan segala sesuatu yang namanya hubungan, pasti ada naik turunnya. Panas, dingin, hujan, kering. Kata 'canggihnya': masalah.

"Kita tentu harus menyadari bahwa dalam hubungan apapun, kita tak akan pernah luput dari konflik. Selisih pendapat, miskomunikasi, dan bahkan salah paham bisa saja mewarnai kehidupan pertemanan kita. Terkadang, kita pun sulit untuk mengumpulkan keberanian dan menyelesaikan masalah dengan teman, terlebih jika masalah tersebut kompleks dan betul-betul mengganggu hubungan kita,” tutur Irene.

H--I-D-U-P. Ada yang datang, ada yang pergi. Jika sudah terjadi masalah dan kesalahpahaman, bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik antara kita dan teman?

“Tentunya ada!” jawab Irene. Di antaranya:

  1. Beri ruang dan waktu. Baik diri kita maupun teman membutuhkan waktu untuk memproses konflik yang ada dan implikasinya pada hubungan pertemanan. "Walaupun kita terdorong untuk menyelesaikan sesegera mungkin, belum tentu teman kita memiliki pendapat yang sama," katanya.

  2. Sampaikan pada teman bahwa kamu ingin membahas masalah ini ketika ia sudah siap. “Ditodong” untuk membahas masalah secara mendadak tentu membuat hal ini seolah menjadi paksaan.

  3. Pilih waktu dan tempat yang sesuai dengan kenyamanan bersama dan pastikan tempat ini senetral mungkin. "Kamu bisa memilih kafe atau tempat umum yang biasa dikunjungi untuk berbicara dari hati ke hati. Pastikan tempat ini juga nyaman terlebih jika pembicaraan berpotensi mengundang tangisan atau respons emosional lain seperti suara yang meningkat."

  4. Ini sangat penting: selalu gunakan pernyataan yang mengekspresikan pikiran dan perasaan tentang pengalaman yang diawali dengan kata "saya". Para ahli menyebutkan ini sebagai pesan yang efektif untuk menyampaikan pandangan pribadi kita kepada lawan bicara. "Coba bandingkan pernyataan, 'kamu kok selalu masa bodoh ketika aku curhat soal si A?' dengan pernyataan, 'aku bingung kok kamu kelihatan cuek ketika aku curhat soal si A'. Pernyataan pertama lebih terkesan menuduh, 'kan? Intinya, memilih penggunaan kata yang tepat," Irene mengingatkan.

  5. Dengarkan secara aktif ketika teman berbicara. Kenali emosi apa yang dirasakan terkait dengan konflik. "Bisa saja kita tidak menyadari kita telah melakukan kesalahan yang menyinggung teman kita sendiri."

  6. Upayakan kompromi dalam menyelesaikan permasalah. Tentu pertemanan menjadi tidak menyenangkan kalau teman kita selalu mengalah begitu pun sebaliknya.