Apakah Setiap Tren Diet Harus Dicoba dan Cocok untuk Semua Orang (Diet Keto, Misalnya)?

Apakah Setiap Tren Diet Harus Dicoba dan Cocok untuk Semua Orang (Diet Keto, Misalnya)?
ISTOCK

Kamu wajib, harus, mesti membaca ini.

Saat ini kamu sedang bingung memilih diet yang tepat. Satu temanmu—sebut saja namanya Laila—bersumpah demi langit dan bumi kalau diet keto sangat ampuh dan berhasil menurunkan berat badannya beberapa kilogram dalam hitungan minggu. Sementara temanmu yang lain—sebut saja namanya Rosa—dengan sangat menyakinkan, menggebu-gebu dan mengirimkan pesan bertubi-tubi subuh dan malam melalui WhatsApp kalau diet Whole30 adalah penyelamat hidup dan ukuran baju pengantinnya. Manakah yang akan kamu pilih tanpa mengorbankan hubungan pertemanan?

Ah, diet—memutuskan mencoba yang mana terkadang lebih sulit dibandingkan memilih iPhone atau Android. Oleh karena merasa membutuhkan lebih dari "katanya, katanya", Woop menghubungi Leona Victoria, MNutrDiet, seorangPraktisi Ahli Gizi

APA SEBENARNYA PENGERTIAN DIET? 

"Pengertian diet yang paling dasar adalah 'pola makan,'" ujarnya mengawali penjelasan. "Jadi kalau kita sering lihat ada yang disebut 'low fat diet' atau 'high caloric high protein diet', itu mengacu pada jenis pola makan apa yang dijalani. Sementara untuk masyarakat Indonesia biasanya kata diet mengacu pada "weight loss diet" atau diet untuk menurunkan berat badan saja." Padahal, menurut Leona, penerapan pola makan tidak hanya terbatas pada berapa kilogram yang luruh dari tubuhmu dua bulan belakangan. Tujuan diet juga bisa untuk menaikkan berat badan (BB), mencegah/ memperbaiki resiko penyakit kronis (seperti diabetes, darah tinggi), serta menopang karir (misalnya sports nutrition untuk atlet). 

Dan ada berapa banyak jenis diet di bawah langit? "Kalau ditanya ada berapa banyak jenis diet di dunia ini, maka jawabannya adalah sebanyak jumlah manusia. Karena pola makan tiap orang berbeda," tegasnya. 

APA MEMANG HARUS BERDIET? MENGAPA KITA PERLU BERDIET? KAPAN HARUS MEMPERTIMBANGKAN UNTUK MELAKUKANNYA?

Menurut Leona, seringkali yang terjadi saat membahas diet, harus diet, bla bla, kita selalu dan melulu membicarakan makanan. "Terlalu fokus pada makanan bisa menjadi gejala disordered eating, salah satunya bernama orthoxia yakni obsesi untuk hanya mengonsumsi 'healthy food'," tuturnya. Jadi, apakah, mengapa, kapan harus diet? "Jika tidak ada dasar klinis yang kuat, sebaiknya tidak perlu terlalu selalu berpikir untuk menurunkan BB atau berdiet," tegas Leona.

Tentu saja, menurutnya jika kamu mengalami kondisi klinis yang perlu diperbaiki seperti seperti darah tinggi dan diabetes, pola  sebaiknya disesuaikan, "tapi tujuan utamanya bukan untuk mengurangi BB," tekannya lagi. 

OKE, JIKA SAYA MAU BERDIET, APAKAH ADA FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN? USIA? GENDER? TINGGI BADAN? MENIKAH ATAU TIDAK MENIKAH?

"Ya betul sekali," jawab Leona, "riwayat kesehatan memang perlu diperhatikan terutama untuk memperbaiki kondisi kesehatan yang ada. Lalu saat menjalaninya, bisa dilakukan adjustment untuk disesuaikan dengan profesi, misalnya kamu adalah pekerja shift atau memiliki jadwal kerja yang teratur, juga dipertimbangkan keadaan keluarga dan anak, makanan yang disukai, dll. Maka sebaiknya memang dikonsultasikan secara berkala dengan ahli gizi, karena ahli gizi yang baik bisa menyesuaikan pola makan menurut kebutuhan, namun juga comfortable untuk dijalani." 

APA TANDA-TANDA DIET YANG COCOK DAN TIDAK COCOK UNTUK KITA?

Perhatikan baik-baik: tanda bahwa sebuah pola makan cocok untukmu adalah, "kita tidak merasa terpaksa ataupun sulit, bisa dijalani sehari-hari dan bisa dilanjutkan untuk jangka waktu yang lama," tukasnya. 

Sementara, jika kamu curiga dan punya perasaan "kayaknya nggak enak, nih" seperti di bawah ini, bisa jadi itu karena diet yang ditempuh tidak efektif. Yakni: 

  • Sulit untuk dilakukan. "Bisa jadi karena pilihan makanannya tidak tersedia dengan mudah, cara memasak yang sulit, pilihan makanan yang terbatas."
  • Menjanjikan hasil cepat tanpa harus dilakukan secara terus menerus, miisalnya obat laksatif/diuretik. 
  • Tidak memberikan hasil yang kita inginkan (fisik maupun mental). 

Fisik dan mental—dua faktor yang penting karena jangan sampai kamu kelaparan dan stres karena harus patuh terhadap doktrin diet tertentu. "Pada akhirnya sebuah pola makan yang tidak cocok dengan kita akan kita tinggalkan dengan sendirinya," imbuh Leona. Dan jika ternyata satu pola makan sepertinya tidak cocok untukmu, Leona menyarankan untuk melakukan perubahan dan penyesuaian secara perlahan sehingga lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan kita, "ini biasanya akan dapat bertahan lama dan menjadi pola makan yang baru." Untuk mendapatkan gambaran, ini contohnya: 

  • Mencampur nasi putih dengan nasi merah agar mendapat tambahan serat dan mineral.
  • Mengganti cemilan dari keripik menjadi yogurt atau buah potong.
  • Pastikan selalu ada sayur saat makan

BEBERAPA TAHUN BELAKANGAN DIET KETO, WHOLE 30, MEDITERANIA MENJADI TREN. APAKAH DIET INI COCOK UNTUK SEMUA ORANG? PERLUKAH KITA MENGGANTI DIET SETIAP MUSIM BERUBAH?