Atalia Kamil: Perempuan Indonesia Jangan Jadi Cinderella!

Atalia Kamil: Perempuan Indonesia Jangan Jadi Cinderella!
Dok. Instagram @ataliapr

“Perempuan Indonesia tidak boleh terbelenggu dalam Cinderella syndrome,” ujar Atalia Kamil. Apa maksud dari pernyataan tersebut? 

Saat ini pendidikan menjadi salah satu hal yang penting untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan karier yang bagus. Oleh sebab itu, banyak perempuan yang akhirnya berani mengejar pendidikan demi menduduki jabatan yang tinggi disuatu tempat.

Sebagai seorang perempuan, mempunyai pendidikan serta wawasan yang luas merupakan kunci utama untuk mengembangkan potensi diri agar bisa mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Namun faktanya, hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi di masyarakat.

Hal itu juga dikatakan oleh Atalia Kamil, selaku Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Jawa Barat dan Penggerak Sekoper Cinta yang ditemui Woop dalam acara ‘Inspirasi Perempuan untuk Indonesia’ di kawasan Senayan, Jakarta, menjelaskan bahwa masih banyak kaum perempuan yang belum mendapatkan akses pendidikan layak dan ada satu kendala yang melanda perempuan Indonesia, yaitu Cinderella Syndrome.

Cinderella Syndrome? Apa maksudnya?

Cinderella Syndrome adalah sebuah situasi yang membuat mereka (perempuan) merasa terkungkung hingga tidak mau bergerak kemana-mana, apalagi mengembangkan potensi diri. Kondisi ini juga terjadi pada masa R.A. Kartini,” jawabnya.

Ia menambahkan, “Perempuan Indonesia tidak boleh terbelenggu dalam Cinderella syndrome. Di mana mereka terima begitu saja untuk mengurus kebutuhan domestik dan menunggu pangeran berkuda datang untuk menikahi mereka. Akhirnya mereka tidak mau keluar dari apa yang biasa mereka lakukan. Ada ketakutan untuk keluar dari zona nyaman dengan level apa pun.”

img

Tanpa kita sadari, Cinderella Syndrome hampir terjadi kepada seluruh perempuan Indonesia. Kondisi inilah yang kemudian membuat kasus-kasus kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga menjadi hal yang tabu dan dianggap biasa. 

”Sebenarnya untuk menghindari Cinderella Syndrome adalah dengan menambah wawasan, Ibu Kartini bisa berkorespondesi dengan orang lain, membuka cakrawala wawasannya, sehingga dia bisa berpikir out of the box. Ini yang ingin saya tekankan bahwa pendidikan sebetulnya bisa menyadarkan para perempuan yang mengalami Cinderella Syndrome,” jelas Atalia Kamil.

Sementara itu, dari keresahannya tentang masalah perempuan yang selama ini ia temui, Atalia Kamil akhirnya memberanikan diri untuk membangun sebuah ‘tempat’ yang diberinama Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Mencapai Impian dan Cita-cita), di mana misimya bisa membantu dan memberdayakan para perempuan. Selain itu, program ini bertujuan untuk mengedukasi perempuan agar mereka lebih tahu potensi diri masing-masing dan bisa menentukan pilihan hidup mereka sendiri.Saat ini, program Sekoper Cinta telah didukung penuh oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Kementerian Kesetaraan Gender Korea Selatan.

“Tantangan? Pastinya ada. Saat membuat program seperti ini, saya harus meyakinkan orang lain. Meyakinkan berbagai sektor, baik dari pemerintahan ataupun masyarakat luas. Dan yang paling sulit adalah bagaimana meyakinkan perempuan-perempuan ini agar mau belajar, mau untuk melangkah ke depan sehingga mereka dapat menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan,” tutup Atalia.

Selanjutnya: membayangkan bekerja dikelilingi alat berat saja tidak pernah sama sekali. Tapi perempuan muda bernama Ade Ayu Marlita ini mampu mengendarai dan mengoperasikan sebuah excavator. Luar biasa! Simak cerita lengkapnya di sini.