Bagaimana Mempersiapkan Si Kakak Menerima si Adik Baru dengan Sayang

Bagaimana Mempersiapkan Si Kakak Menerima si Adik Baru dengan Sayang
ISTOCK

Dan menjaga hubungan harmonis setelah si adik lahir dan besar. 

Ah, kakak dan adik—hubungan penuh misteri. Bagi yang memiliki adik atau kakak pasti mengerti kalimat ini. Belum lagi, tak jarang kita melihat seorang kakak sepertinya "tidak rela" menyambut kehadiran adik baru. Apakah itu tanda-tanda dia tidak menyukainya? Padahal impian semua orangtua adalah kakak dan adik hidup rukun dan bahagia. Sejahtera.

“Saya kurang setuju bila dikatakan banyak kakak tidak suka dengan adiknya. Sebetulnya, dengan persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum adiknya lahir dan dengan sikap-sikap orangtua yang sesuai, sebagian besar kakak dapat menerima kehadiran adik, bahkan senang dengan adiknya,” ujar Lita Patricia Lunanta, M. Psi, Psikolog., seorang psikolog anak dari Klinik Pelangi Cibubur dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jakarta.

Oh, begitu! Lalu, adakah alasan yang membuat si kakak “terlihat” tidak menyukai adiknya?

“Tanpa persiapan mental apapun, kelahiran adik dapat memberikan rasa tidak aman untuk si kakak. Berbagai pikiran dan perasaan banyak muncul. Misalnya,' mengapa orangtua butuh anak lain, apakah saya saja tidak cukup'? Atau 'apa yang terjadi setelah adik lahir, masihkan saya diperhatikan'? Nah! Walaupun orangtua sudah menekankan bahwa mereka akan menyayangi semuanya, perasaan ragu tetap saja dapat muncul sesekali. Apalagi jika adik masih membutuhkan lebih banyak perhatian dari orangtua. Pada anak-anak, proses penyesuaian diri dapat saja muncul menjadi penolakan kepada sang adik,” paparnya. Jadi, penolakan tadi tidak selalu berarti negatif.

Menurut Lita, sebelum adiknya lahir, orangtua bisa melakukan berbagai persiapan. Misalnya, dengan memberikan pengertian kepada sang kakak, sehingga ia bisa mempersiapkan diri.

Kemudian, setelah adiknya lahir, orangtua dapat mengajarkan sikap-sikap yang dapat mendukung terbentuknya hubungan yang baik antar anak, antara lain:

  1. Ajarkan anak keterampilan untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, anak-anak dapat diajarkan untuk saling mendengar, untuk mengenali emosi yang dirasakan.

  2. Bantu anak untuk mengerti tentang aturan dan batasan. Orangtua dapat berkata, “di rumah ini kita berbagi, di rumah ini kita bergantian, di rumah ini kita hanya pakai kata-kata...” yang disesuaikan dengan nilai keluarga. Orangtua dapat membantu anak, memberikan ide untuk perilaku alternatif. Misalnya, daripada pukul-pukulan, lebih baik bermain yang lain.

  3. Ajarkan anak untuk berbagi dan bergantian! Tidak perlu memaksa berbagi, tetapi orangtua bisa mengajarkan bahwa mainan di rumah digunakan bergantian, awalnya orangtua dapat memberikan ide bagaimana mereka dapat mengatur giliran. Misalnya, mainan mobil-mobilan kalau pagi itu adalah porsi kakak, setelah siang untuk adik. Atau, misalnya bergiliran untuk tidur dekat mama; bisa menggunakan sistem tanggal ganjil/ genap. 

  4. Jangan pernah membandingkan anak dengan saudaranya atau dengan siapa pun. Tekankan pada kelebihan masing-masing anak, perkuat hubungan ke setiap anak, agar masing-masing merasa yakin akan kasih sayang orangtua.

  5. Jangan pernah membuat perbandingan dengan anak lain. Ciptakan suasana rumah yang penuh dengan apresiasi/ penghargaan. Biasakan memberikan komentar yang baik dan menghargai sehingga anak dapat mencontoh; bagaimana ayah dan ibu berinteraksi dapat menjadi contoh bagi anak-anak juga.

  6. Dukung anak untuk menjadi tim. Orangtua dapat memberikan reward (hadiah), jika muncul perilaku kerjasama, atau anak dapat bermain tanpa berantem dan mereka dapat berperilaku baik satu sama lain. Hadiahnya bisa berupa tabungan bersama atau bentuk lain. Orangtua dapat memberitahu anak bahwa perilaku apa saja yang akan mendapatkan reward.

  7. Pastikan setiap anak memiliki area pribadi. Anak-anak memerlukan “markas” sendiri-sendiri dimana mereka boleh bebas berekspresi. Pastikan masing-masing punya teritori dan mereka berhak memutuskan teritori tersebut.

  8. Pastikan bahwa setiap anak merasa paling disayangi. Rasa tidak suka muncul ketika anak merasa dia kurang disayang dari yang lain. Pastikan bahwa mereka tahu dia disayang seutuhnya oleh orangtua.