Bagaimana Menghadapi Rasa Pedih dan Sedih Setelah Dipecat?

Bagaimana Menghadapi Rasa Pedih dan Sedih Setelah Dipecat?
ISTOCK

Move on! 

Nyatanya, tidak selamanya karir seseorang berjalan mulus. Atau, tidak selamanya kita bekerja ditempat yang kamu inginkan. Jika memang bukan jalannya pasti ada saja halangan dan rintangan yang menghambat karir dan pekerjaanmu. Termasuk, masalah pemecatan (yang tidak bisa kamu hindari). Saat hal itu terjadi, yang dirasakan adalah kecewa, sedih dan putus asa.

“Rasanya hampir tidak ada situasi di kantor yang lebih buruk daripada menghadapi kenyataan bila kita dipecat oleh kantor. Pekerjaan memang sudah menjadi bagian dari identitas kita. Kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba tentu menimbulkan emosi yang campur aduk pada diri kita. Bayangkan apa yang biasanya melekat pada diri kita dirampas secara tiba-tiba. Rasa malu, kesal, marah, sedih, tak berdaya semua dirasakan silih berganti seiring dengan ketakutan tentang apa yang akan terjadi pada diri kita selanjutnya,” ujar seorang psikolog klinis dewasa, Irene Raflesia, S. Psi, M. Psi., dari Klinik Pelangi, Cibubur.

Hampir semua rasa ada di dalam hati dan pikiran. Yang paling terasa adalah rasa trauma dan shock, sehingga membuat diri kita semakin tak berarti dan terus bertanya pada diri sendiri: “apakah memang kita tak pantas lagi untuk mendapatkan pekerjaan lagi?”

“Bagian tersulit dalam menghadapi shock ini tidak hanya sebatas karena datangnya yang tiba-tiba. Kekhawatiran tentang apa yang harus kita katakan kepada keluarga dan teman kantor, hingga ketakutan akan sulit mendapat pekerjaan, terlebih lagi jika kita adalah tulang punggung keluarga. Kita belum tentu punya waktu yang cukup untuk mencerna situasi dan mengelola emosi kita. Mau marah tapi bingung juga ditujukan kepada siapa. Marah sekalipun keputusannya belum tentu bisa diubah. Semua tampak serba salah rasanya ketika menghadapi situasi ini,” katanya.

Menurutnya, sebagai karyawan disuatu perusahaan kita juga mempunyai hak yang sama dimata Negara. “Ada hal yang perlu kita ingat adalah kita berhak menanyakan alasan perusahaan mengambil tindakan yang drastis tersebut. Bagaimanapun setiap perusahaan tidak dapat melakukan pemecatan secara semena-mena. Kita pun sebagai karyawan dilindungi oleh negara melalui UU Ketenagakerjaan. Pastikan juga perusahaan sudah menunaikan kewajiban dan kita sudah menerika hak kita sebagai karyawan. Kita juga perlu memastikan perusahaan memberikan surat referensi kerja sebagai bekal kita untuk melamar kerja kembali di perusahaan lain.”

Bahkan, kita lupa dengan hak yang bisa kita dapatkan.

Karena sudah terlanjur malu dengan teman-teman kantor dan keluarga, kita sering bingung saat ditanya alasan kenapa sampai tidak bekerja lagi.

“Rasa shock ini juga dialami oleh keluarga dan orang-orang disekitar kita. Rekan kerja pun bisa bertanya-tanya dan lambat laun orang lain pun mempertanyakan mengapa kita tidak hadir di kantor. Kondisi ini juga dapat meningkatkan stres kita dan di satu titik kita mungkin tergoda untuk membeberkan uneg-uneg kita kepada rekan kerja ataupun media sosial. Saat hal itu terjadi, kita perlu mengambil sikap yang tegas untuk jauh-jauh dari rekan kerja dan media sosial. Penilaian kita belum tentu rasional saat emosi sedang meradang. Belum lagi luka akibar kepercayaan diri dapat membuat kita terjerumus dalam keadaan yang lebih buruk,” jelasnya.

Memang, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Akan sulit rasanya untuk mengembalikan kepercayaan diri sehabis di pecat dari kantor. Terlebih jika kita harus terburu-buru mencari perkerjaan baru. Terpuruk dalam kesedihan memang tak dapat dihindari.

Menurut Irene, dalam menghadapi situasi ini, kita perlu melakukan langkah-langkah berikut untuk mengembalikan kepercayaan diri:

  • Beri waktu pada diri kita untuk mengelola emosi kita yang kompleks ini

Tentu kita perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan rutinitas baru. Bersedih tentu boleh selama tak berkepanjangan. Ini karena pencarian kerja akan menjadi sulit ketika diri dipenuhi dengan amarah, malu, dan kesal terhadap diri sendiri

  • Hindari membandingkan diri dengan orang lain

Merasa iri membandingkan diri dengan orang lain yang bekerja, berpura-pura senang di sosial media walau kenyataannya kita sedih, tidak akan membantu kita melalui situasi ini. Tindakan ini justru akan membuat diri kita makin terpuruk dalam kesedihan. Jauhi sosial media dan berhenti memikirkan apa yang sedang dilakukan orang lain. Fokuslah pada diri sendiri dan lakukan apa yang selama ini terhambat akibat rutinitas di kantor

  • Melihat situasi dari sudut pandang berbeda

Ini terdengar absurd dan mustahil. Namun kehilangan pekerjaan juga berarti muncul kesempatan baru. Dipecat memang salah satu risiko dari bekerja dengan orang lain. Mungkin ada baiknya kita membuka wawasan dan membaca artikel tentang orang yang dipecat dan bagaimana orang tersebut kembali ke jalur kesuksesan. Sebut saja Jack Ma, Steve Jobs, Arianna Huffington, dan masih banyak lagi

  • Pahami apa yang salah dalam keadaan ini

Kecewa boleh. Marah tak masalah. Sedih memang sudah pasti ini bukan hal yang menyenangkan. Manfaatkan momen ini untuk mencari tahu apa yang menjadi kelemahan kita. Menjelek-jelekkan perusahaan tidak akan membawa manfaat bagi kita. Tetap netral dan positif (walau sudah pasti sulit dilakukan) sangat penting terutama jika kita melakukan pencarian kerja. Yang berlalu biarlah berlalu, mungkin memang tak banyak kontribusi yang bisa kita berikan di perusahaan yang lama

  • Rencanakan kegiatan baru dengan matang

Walau terkesan sulit, bukan tak mungkin kita bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Ini memang membutuhkan waktu untuk kembali merintis lembar baru di perusahaan baru. Bayaran pun bisa saja tidak sama dengan perusahaan sebelumnya. Tetaplah fokus pada masa sekarang dan meniti karir kembali dari bawah