Bagaimana Menikmati Liburan dengan Pasangan dari Awal sampai Akhir

Bagaimana Menikmati Liburan dengan Pasangan dari Awal sampai Akhir
ISTOCK

Tips dari seorang traveler.

Liburan memang menyenangkan, apalagi bersama pasangan. PASTI SERU! Iya 'kan? Bergandengan tangan sepanjang jalan, mengabadikan gembok dengan nama berdua di Pont des Arts, Paris—plus foto kalian berdua. Mesra. Membuat iri orang lain. Benar 'kan?

Belum tentu, karena “pasangan itu pasti banyak perbedaan," kata Diana M. Sani, seorang traveler dan penulis buku “Pasangan Traveling”. Untungnya, sebagian besar perbedaan itu sudah diketahui oleh kedua belah pihak, "jadi saat traveling bisa bekerjasama dan masing-masing pasti akan enjoy menjalaninya," ujarnya optimis. "Misalnya nih, yang satu bikin list barang bawaan, yang satu bisa merapikan barang di koper. Atau, yang satu jadi tukang foto, yang satu bisa cek itinerary perjalanan; yang satu cari makanan, yang satu cari souvenir. Klop 'kan,” tuturnya. 

Dengan kata lain, saling melengkapi. Itu di atas kertas—idealnya. Pada kenyataannya, liburan dengan siapa pun seringkali terjadi percikan-percikan dari yang hanya berkekuatan beberapa volt, sampai yang mengalahkan erupsi gunung. Parahnya, hal ini terjadi ketika masih dalam periode traveling! Suasana aneh dan canggung mengancam liburan gagal total. 

“Sebetulnya di dalam pernikahan sehari-hari pun pasti ada juga keributan-keributan kecil, dan di situ harus cepat diselesaikan. Begitu juga jika terjadi saat traveling, jika ada masalah ya, segera cari solusi. Jika sudah berbaikan, harus fokus lagi dengan aktivitas traveling. Masa pergi traveling bersama, lalu pulangnya sendiri-sendiri? 'Kan tidak lucu,” katanya.

Seorang pesimis dan takut konfrontasi mungkin akan bingung mengangkat sumber percekcokan, akhirnya masalah membutuhkan waktu lebih dari satu hari untuk diselesaikan.

“Harusnya semua masalah bisa diselesaikan dengan cepat, ya," tanggap Diana. "Jika ada perbedaan pendapat, misalnya, soal pemilihan tempat wisata atau waktu traveling, ya bisa dibicarakan kembali. Karena biasanya pasangan yang mau traveling, sudah mengatur waktu dan rute wisata sesuai dengan keinginan bersama,” jelasnya.

Jadi, jika ada ketidaksetujuan, bicarakan—coba dulu. Traveling akan sia-sia dan sama sekali tidak menyenangkan apabila diwarnai dengan amarah dan keributan. Duh. Lalu, adakah yang sebaiknya diketahui sebelum melakukan traveling bersama, alias: dos and donts-nya?

“Begini, pasangan itu seharusnya 'kan bisa bersama dalam suka dan duka. Nah, dalam traveling itu sebetulnya salah satu ujian untuk membuktikan hal tersebut,” ujarnya. “Karena kita harus berinteraksi intensif dengan pasangan selama berhari-hari, bahkan bisa sampai berminggu-minggu, yang berarti komunikasi antarpasangan harus baik. Menikmati suka bersama-sama dan kalau ada masalah (alias duka) juga harus dihadapi bersama. Apalagi kita melakukan traveling hanya berdua, tanpa adanya tour guide atau teman seperjalanan yang lain. Jadi, memang harus kompak, saling tolong menolong (jika ada yang sakit dan ada kesulitan),” lanjutnya.

Kesimpulan, do's = kompak dan saling membantu. Dont's = menyimpan amarah dan enak sendiri!, malas tidak mau mengerjakan apa pun. 

"Untuk pasangan yang dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari jarang komunikasi dan kurang perhatian satu sama lain, tentunya akan sengsara jika harus bersama-sama terus saat traveling. Jadi, silakan intropeksi lagi bagaimana komunikasi dan keakraban suami dan istri sehari-hari, baru memutuskan apakah cocok untuk traveling bersama atau tidak," saran Diana.