Berhubungan Sekian Lama, Baru Tahu Si Dia Gay Apa yang Harus Dilakukan?

Berhubungan Sekian Lama, Baru Tahu Si Dia Gay Apa yang Harus Dilakukan?
ISTOCK

Satu hal: jangan menyalahkan diri sendiri.

Oke, karena ini situasi yang pelik, langsung saja. 

“Pertama-tama, sangat wajar jika mungkin kamu merasa kaget, marah, kecewa dan dikhianati. Apalagi kalau kamu sudah terikat janji pernikahan. Dalam situasi ini, ada baiknya kamu memproses terlebih dahulu perasaan-perasaan ini," ujar Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi, Psikolog., seorang dosen dan psikolog klinis dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta, dan pendiri Cinta Setara, kepada Woop. Misalnya dengan cara: menceritakan perasaan kamu kepada sahabat. Lalu, setelah kamu merasa agak tenang, "coba renungkan: apa yang diinginkan dalam hubungan ini? Apakah kamu masih ingin melanjutkan hubungan dengan pasangan? Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan kamu untuk melanjutkan hubungan? Jika kamu memilih kembali dengan pasangan, apa alasannya? Apakah kamu sudah siap memaafkan dan menerima pasangan apa adanya? Apakah kamu ingin mengakhiri hubungan dengan pasangan?" paparnya panjang lebar. 

Rumit. Pelik. Bingung. Bagaikan langit runtuh—seandainya kamu belum tahu. What next? tanyamu setiap detik. 

“Idealnya, setelah mengetahui keputusanmu, maka saatnya berdiskusi dengan pasangan. Ungkapkanlah rasa sakit hatimu. Ungkapkan juga keputusanmu. Lalu lihat bagaimana respon pasangan. Jika menurutmu, pasangan bisa diterima dan kalian berdua memutuskan melanjutkan hubungan, sangat disarankan untuk mencari bantuan psikolog dengan konseling pasangan, untuk memperbaiki rasa percaya dan kualitas hubunganmu berdua," lanjutnya. Akan tetapi, tanamkan baik-baik di dalam hati dan pikiran bahwa proses mengetahui keinginan ini bisa memakan waktu cukup lama.

"Kalau kamu masih bingung dan pasangan sudah mengajak bicara, maka ungkapkan saja bahwa kamu bingung dan masih butuh waktu sendiri. Sepakati jangka waktu untuk kamu menenangkan diri dan berpikir (misalnya satu atau tiga bulan). Baru setelah itu diskusikan lagi dengan pasanganmu,” Pingkan memaparkan.

Satu waktu mungkin kamu akan menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua pernah berada di posisi itu—merasa bersalah karena hubungan memiliki masalah. 

“Tentu saja kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri," tegasnya. "Orientasi seksual seseorang memang hal yang sulit diamati. Tidak semua orang menunjukkan secara terbuka. Kalaupun kamu sudah mengetahui, kamu tidak bisa mengubahnya. Hanya orang yang bersangkutan yang bisa ‘mengubah’ (atau tepatnya memutuskan untuk mengubah) orientasi seksualnya. Ibaratnya, hanya kamu yang bisa memilih makanan kesukaanmu. Jika kamu memilih untuk suka coklat, tidak ada yang bisa memaksakan dirimu untuk suka keju. Kecuali, suatu saat kamu sendiri yang memutuskan untuk menyukai keju,” tegasnya lagi. 

Jadi, jangan pernah menyalahkan diri atau keras pada diri sendirimu. Dan seandainya, situasi ini akhirnya menjadi konsumsi publik (semua tetangga dan follower Instagrammu tahu), kemungkinan besar ingin membenamkan kepala ke toilet. 

“Perasaan malu memang tidak nyaman. Namun ada beberapa cara untuk mengatasinya," kata Pingkan. Artinya, meski langit seperti runtuh, tapi bukan akhir dunia. Menurut Pingkan yang bisa kamu lakukan adalah:

  • Pertama, terima bahwa rasa malu itu ada.
  • Kedua, ambil waktu untuk berpikir: sebetulnya apa pikiran negatif tentang dirimu yang melandasi rasa malu tersebut (misalnya, apakah rasa malu ini karena pikiran ‘ini salah saya’ atau ‘saya bukan orang lain’).
  • Ketiga, pikirkan lagi: siapa yang mengatakan bahwa ini salah kamu atau kamu bukan orang baik? 
  • Keempat, cari fakta untuk mengimbangi pikiran negatif tersebut. Contohnya orientasi seksual adalah pilihan pribadi, jadi bukan salah saya.
  • Kelima, sayangilah dirimu. "Pikirkan apa yang akan sahabat baik katakan pada kamu dalam situasi ini? Katakanlah hal tersebut pada diri sendiri. Sayangilah dirimu, seperti layaknya seorang sahabat menyayangi sahabatnya."
  • Keenam, berusaha untuk memaafkan pasangan. "Bukan untuk dia, tapi untukmu agar lega.
  • Terakhir, "take your time,” saran Pingkan.

Situasi makin bikin gila ketika anggota keluarga terdekat ingin tahu. 

“Persoalan orientasi seksual ini merupakan soal yang sangat pribadi," tegas Pingkan. "Kamu tidak harus menceritakan secara detil pada keluarga atau teman. Jika kamu tidak nyaman membicarakan hal ini, kamu bisa mengatakan secara umum bahwa kamu dan pasangan memiliki perbedaan yang sulit diatasi." Sebaliknya, jika kamu nyaman membicarakan hal ini, "kamu bisa mengatakan fakta ke keluarga/teman, misalnya: ‘saya melihat [nama pasangan] bertelepon mesra dengan lelaki lain. Oleh karena itu, saya merasa dikhianati dan memutuskan untuk berpisah.'"

Serta ada anak. 

"Mengenai pembicaraan ke anak, akan sangat tergantung pada usia anak," tuturnya. "Untuk usia kanak-kanak (0-5 tahun) tidak perlu dijelaskan secara detil tentang orientasi seksual ayahnya. Kamu bisa fokus saja pada fakta bahwa kamu akan berpisah, meski perpisahan tersebut tidak akan mengurangi rasa sayang kamu berdua ke pasangan. Demikian juga anak yang lebih besar (SD/SMP), tidak perlu jelaskan dengan sangat detil. Akan tetapi, kamu perlu menyiapkan jawaban, untuk berjaga-jaga jika mereka bertanya tentang penyebab perpisahan."

Sementara, jika buah hati sudah dewasa (18 tahun ke atas), jika kamu merasa nyaman bisa mengatakan fakta seperti contoh pada keluarga/teman tadi. "Sejauh mana informasi yang akan disampaikan ke anak juga bergantung pada hasil diskusi dengan pasangan dan nilai pribadi,” papar Pingkan. 

Last but not least: “Tidak ada "rumus" mengenai harus berpisah atau tidak. Semua kembali ke diri kamu dan pasangan. Salah satu pertimbangan: jika pasangan meminta maaf karena affair dengan sesama jenis, dan ingin kembali ke kamu, dan kamu juga mau berusaha memaafkan, maka hubungan bisa diselamatkan. Akan tetapi, jika salah satu sudah tidak mau kembali, maka ada baiknya kamu memikirkan perpisahan,” sarannya. 

Selanjutnya: Jika temanmu sedang bersedih atau depresi, melakukan hal 8 hal kecil ini sangat berarti bagi mereka.