Disimpulkan: Memukul Anak Tidak Membuatnya Lebih Disiplin

Disimpulkan: Memukul Anak Tidak Membuatnya Lebih Disiplin
ISTOCK

Tidak ada gunanya.

Kamu mungkin sudah tahu ini, tapi tidak ada salahnya diingatkan (apalagi jika sedang naik pitam): memukul anak tidak ada faedahnya. 

Bukan, bukan Woop atau ibumu yang ibu bilang, melainkan sekumpulan orang pintar yang tergabung dalam American Academy of Pediatrics (APP). Dalam pernyataan terbarunya, seperti yang diberitakan oleh TIME, grup ini, memukul sebagai bentuk disiplin terhadap anak malah akan meningkatkan sikap agresif dan tidak akan membuat mereka lebih bertanggung jawab atau bisa mengendalikan diri—dua alasan yang dulu digunakan orangtua saat memutuskan main tangan. Selain itu, hukuman seperti ini juga bisa memberikan efek negatif terhadap hubungan orangtua dan anak. 

Ketika orangtua memukul anak, dampaknya sama persis dengan anak-anak yang mengalami kekerasan fisik. 

Untuk mempertegas imbauan in, APP mengutip sebuah studi yang menemukan bahwa anak-anak yang dipukul lebih dari dua kali dalam sebulan saat berusia 3 tahun akan lebih agresif ketika mereka menginjak usia 5. Dan saat mencapai umur 9, anak-anak tersebut tetap memperlihatkan perilaku negatif dan mengalami kesulitan mempelajari kosakata baru. 

Lantas apa solusinya? APP menyarankan para orangtua untuk lebih memilih bentuk disiplin yang lebih sehat, seperti menggunakan positive reinforcement menentukan batasan-batasan dan memperjelas apa yang diharapkan oleh orangtua dari anak. Kekerasan dalam bentuk apa pun (verbal dan non-verbal) tidak berlaku di rumah. 

"Tidak ada gunanya memukul," kata Dr. Robert Sege, salah satu anggota APP dalam pernyataan tersebut. "Kita tahu bahwa anak-anak bertumbuh dan berkembang lebih baik jika ada teladan yang positif dan batasan-batasan sehat yang jelas." 

Selanjutnya: Tahukah kamu bahwa ibumu tidak hanya mewariskan bentuk hidungnya saja, melainkan juga sepak terjang asmaranya? Ow. Ini alasannya mengapa hal itu bisa terjadi.