Fakta: Menurunkan Badan Itu Tidak Sesederhana Kalori Masuk Kalori Keluar

Fakta: Menurunkan Badan Itu Tidak Sesederhana Kalori Masuk Kalori Keluar
ISTOCK

Banyak faktor lain.

Ketika membicarakan keinginan untuk menurunkan berat badan, "makan sehat dan olahraga teratur" sepertinya lebih dari cukup. Benar 'kan? Namun, kenyataannya, tidak sedikit yang masih belum sukses. 

“Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhinya,” kata dr. Nessa Wulandari, MGizi, SpGK., dari Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM. “Misalnya, faktor dari dalam tubuh seperti hormon pengatur keinginan untuk makan, keseimbangan energi, dan berat badan. Ada juga faktor lingkungan. Di sini, lingkungan juga berdampak terhadap konsumsi makanan padat kalori, serta kurangnya latihan fisik; [juga bisa disebabkan] faktor obat [yang dikonsumsi] dan kerja. Selain itu, faktor perilaku yaitu kurangnya pola tidur, motivasi, dan psikologi.”

Ternyata, tidak sesederhana: kalori masuk, kalori keluar. Menurut Nessa, ada satu lagi faktor yang sangat berpengaruh yaitu emosi. Begini kaitannya: kondisi psikologis seperti stress dan depresi dapat meningkatkan hormon kortisol, yakni "hormon stres". “Hal itu tentunya akan menyebabkan rasa lapar sehingga mengakibatkan keinginan untuk makan terus-menerus,” ujar Nessa.

Faktor hormon memiliki peranan yang besar dalam menentukan sukses atau jalan tepat proses penurunan berat badan yang kamu lakukan. 

“Ada dua hormon yang bisa menggagalkannya yaitu hormon ghrelin yang bisa meningkatkan selera makan, dan hormon estrogen yang mengatur siklus menstruasi (penumpukan massa lemak),” jelasnya. 

Jadi, apa yang harus kita lakukan agar penurunan BB kita berhasil?

“Tentunya, motivasi diri (termasuk mengetahui dampak negatif dari kegemukan terhadap kesehatan), mengatasi faktor-faktor lain penyebab kegemukan, selain ketidakseimbangan asupan makanan dan pengeluaran energi, monitoring dan evaluasi rutin berat badan (termasuk kontrol dokter), dan menjalankan pola hidup sehat secara continue walaupun berat badan ideal telah tercapai,” sarannya.

Jangan putus asa, dan stres—ada beberapa cara agar hormon kortisolmu stabil (tidak terlalu rendah, dan tidak terlalu tinggi):

1. Tidur yang cukup (tujuh sampai delapan jam setiap hari).

2. Olahraga, tapi jangan terlalu heboh.

3. Dengarkan tubuhmu; menyadari ketika tubuh memberikan tanda-tanda stres adalah salah satu cara untuk mencegah stres menjadi serius. 

4. Rileks (dengarkan musik, yoga, dan pijat) dan belajarlah untuk menikmati hidup (misalnya, tertawa). 

5. Jaga hubunganmu dengan orang-orang terdekat dan habiskan waktu bersama mereka.

6. Jangan terlalu keras dengan dirimu. Belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain. 

7. Konsumsi makanan sehat (beberapa makanan baik untuk kortisol antara lain, dark chocolate, buah, teh hitam dan hijau, air putih), dan hindari mengonsumsi gula berlebihan. 

Selanjutnya: baca jenis karbo tersehat di dunia.