Ini Cara Terbaik Bangkit dari Patah Hati (Menurut Sains)

Ini Cara Terbaik Bangkit dari Patah Hati (Menurut Sains)
iSTOCK

Agar tidak terlalu sakit hati saat melihat Instagramnya.

Cinta itu penuh misteri—termasuk patah hati. Misteri: yang tadinya sangat lahap dan menyikat habis satu gelas besar cendol, tiba-tiba tidak nafsu; sama sekali tidak tergoda, tidak setitik air liur pun keluar. Menjadi orang yang sama sekali berbeda. Efek lain yang lebih mengkhawatirkan yang juga mungkin dialami: tidak bisa tidur, insomnia, depresi, dan lain sebagainya. Nasihat seperti "waktu yang akan menyembuhkan" terdengar basi—dan terkadang tidak berguna. 

Bukan ilmuwan namanya jika tidak penasaran, termasuk tentang memecahkan misteri tentang apa cara efektif untuk melupakan dan melanjutkan hidup setelah patah hati. Dan baru-baru ini sejumlah orang pintar menemukan beberapa strategi kognitif yang bisa diterapkan untuk mengurangi rasa cinta terhadap mantan, bahkan membuatmu lebih bahagia setelah hati tercabik-cabik dan berdarah. 

Penelitian yang diterbikan di Journal of Experimental: General, terbilang berskala kecil, hanya melibatkan 24 orang yang patah hati, berusia antara 20 sampai 37 tahun, dan sudah menjalin hubungan cinta kira-kira selama 2,5 tahun. Beberapa dicampakkan, putus begitu saja, tapi yang pasti semua merasa sakit hati—dan sebagian besar masih cinta kepada pasangannya. Nah, kepada peserta diujicobakan 3 strategi kognitif dan mencari tahu mana yang paling ampuh untuk bangkit. Plus, satu strategis lain: si peserta bebas memikirkan apa pun, tidak dikontrol oleh siapa pun.

Strategi pertama: penilaian negatif, yakni membuat daftar hal-hal yang benci dari pasangan. Strategi kedua: mengakui cinta, yakni menerima perasaan seikhlas mungkin, percaya dan berkali-kali mengulang mantra: 'tidak apa-apa cinta dengan seseorang yang sudah putus'. Strategi ketiga: distraksi, memikirkan hal-hal positif lain yang tidak ada kaitannya dengan si mantan, misalnya makanan favorit. 

Berikutnya, intensitas emosi mereka diukur dengan menggunakan elektroda yang ditempelkan di bagian belakang kulit kepala—saat melihat foto sang mantan (sesuatu yang semakin relevan di era media sosial). Hasilnya, tiga strategi tersebut secara signifikan berhasil mengurangi respon emosional para peserta terhadap foto mantan mereka. Strategi pertama memang menjadi satu-satunya taktik yang sukses membuat cinta menyusut, tapi memiliki efek samping: suasana hati memburuk (sehingga disimpulkan akan membuat sedih dalam jangka waktu pendek, tapi berguna untuk jangka panjang). Sementara strategi ketiga (distraksi), walaupun tidak mengubah perasaan cinta, tapi membuat peserta lebih bahagia.

Oh, strategi kedua: tidak mengubah perasaan cinta atau membuat kondisi hati lebih buruk, tapi berhasil mengurangi intensitas emosional ketika melihat foto si mantan. Hebat, ya. Itulah sebabnya, para peneliti ini menyebut ini sebagai sebuah "fenomena yang menjanjikan". Alias, sesuatu yang perlu dicoba oleh mereka yang sedang patah hati. Dan jika kamu memutuskan untuk mencoba strategis yang pertama, Sandra Langeslag, salah satu peneliti, asisten profesor psikologi dan direktur Neurocognition of Emotion and Motivation Lab dari Universitas Missouri, St. Louis mengatakan kepada TIMEuntuk menuliskan daftar negatif sebanyak mungkin satu kali dalam satu hari sampai kamu benar-benar merasa lebih baik.

Walaupun harus tetap diingat bahwa strategi ini tidak memiliki kekuatan untuk mematikan atau menghidupkan rasa cinta segampang itu. 

"Untuk membuat perubahan jangka panjang, kamu sepertinya perlu mengatur perasaan cintamu secara regular," kata Langeslag. Jadi, intinya (basi memang): waktu adalah obat paling mujarab—plus praktikkan strategi tersebut.