Iya atau Jangan: Memposting Foto Anak Saat Mandi?

Iya atau Jangan: Memposting Foto Anak Saat Mandi?
ISTOCK

Ada yang namanya privasi anak.

Langsung saja: iya atau tidak memposting foto anak ketika sedang mandi? Atau sebenarnya, seberapa penting membagikan aktivitas anak kepada khalayak ramai?

Sharing memang salah satu kebutuhan manusia dan dengan adanya media sosial orangtua bisa berbagi lebih mudah dan luas. Misalnya nih, kepada keluarga yang tinggal di kota yang berbeda," ujar seorang psikolog anak, Lita Patricia Lunanta, M. Psi, Psikolog., seorang psikolog anak dari Klinik Pelangi Cibubur dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jakarta. Akan tetapi, Lita menjelaskan bahwa "sharing di media sosial memang memiliki pro dan kontra. Bagi yang pro, bagi mereka bisa lebih mudah berbagi dan jadi ada tersimpan memori ke dalam media sosial yang mudah diambil dan dikenang." Itulah sebabnya, memotret keluarga, beserta anak atau kakek di dalamnya saat sedang di restoran, tampil di acara sekolah, dan arisan keluarga.

Bukan media sosial namanya jika tidak menyulut pro dan kontra. Namun, berbicara berdasarkan pengalaman pribadi, Lita berkata, “saya pribadi sangat berhati-hati dalam hal sharing." Penyebabnya? Pertama dari segi keamanan: identitas anak bisa dicuri oleh oknum tertentu atau anak juga dapat menjadi sasaran kejahatan, karena kehidupannya dapat dipelajari dari media sosial. "Yang kedua yaitu, privacy anak yang tidak ada. Apalagi rekam jejak digital dipertimbangkan sebagai salah satu sumber penilaian dalam melamar kerja nantinya. Karena rekam jejak digital adalah pemikiran jangka panjang untuk masa depan anak. Misalnya, apa yang orangtua posting (foto mandi), itu bisa ditelusuri kembali jejaknya dan si anak bisa saja mendapat bullying. Yang lebih parah lagi, jika hal itu bisa mempengaruhi masa depan pekerjaannya," Lita berargumen. 

Wow. Foto bayi hari ini bisa jadi berdampak saat melamar pekerjaan, misalnya menjadi seorang calon wakil presiden. Istilah warga net: sekali terekam internet, akan abadi. Jadi, masuk akalkah jika sebenarnya dikatakan bahwa orangtua semestinya berpikir panjang sebelum memposting sesuatu yang berkenaan dengan anaknya?

“Apa pun fotonya, baik foto sedang mandi atau foto lainnya, orangtua harus mempertimbangkan privacy dan keamanan anaknya,” Lita menegaskan. “Orangtua perlu berpikir sejenak: apakah hal tersebut bisa mengganggu privacy dan keamanan atau tidak. Hal lainnya yang dapat dilakukan untuk memposting apa pun mengenai anak adalah meminta ijin anak tersebut (jika anak sudah cukup besar dan paham), apakah ia bersedia ceritanya atau fotonya dibagikan. Kebiasaan ini juga baik untuk mengajarkan anak etika dalam media sosial.”

Kamu mungkin sudah mendengar hal ini berkali-kali etika dalam bermedia sosial. Namun, karena begitu banyak fokus dan hal yang menyita perhatian, sering kali kita lupa menerapkannya. Jujur sajalah.

Lita menjelaskan bahwa ada beberapa etika dalam bermedia sosial yang harus dipatuhi oleh para penggunanya:

  1. Harus meminta izin sebelum memposting sesuatu yang bukan miliki kita.

  2. Menuliskan sumber. Apabila yang kita posting milik orang lain.

  3. Menjaga privasi dan keamanan seseorang. Salah satu tujuannya, "agar anak tidak men-sharing sesuatu hal yang sembarangan."

  4. Memberikan komentar yang sopan dan postingan yang bertanggung jawab. 

Jadi, menjawab pertanyaan apakah boleh atau tidak memposting foto anak sedang mandi–jawabannya ada di tanganmu. Pasalnya, sesungguhnya jarak antara akun dan foto anakmu, hanya sejauh jempol tangan. 

Seberapa ribet proses sampai akhirnya sebuah foto terposting di Instagrammu? Apakah serumit para media influencer ini? Coba bandingkan!