Hanya satu kata.
Boro-boro berpikir, berkata-kata saja sulit saat khawatir dan super cemas. Detak jantungmu lebih berisik dibandingkan netizen, pikiranmu lebih panik dibandingkan "kubu sebelah", dan sulit menepiskan "perasaan nggak enak, kayaknya akan terjadi sesuatu yang jelek." Jika kamu terbiasa dengan skenario tersebut, psikolog Jeffrey Bernstein mengatakan satu strategi sederhana bisa membantumu untuk menyetir rasa cemas tersebut dan mengurangi kemungkinan terulang kembali.
Menurut Bernstein, yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang remaja dan terapi pasangan, menggunakan satu kata bisa menolongmu untuk meredakan kecemasan: biarpun. "Kata ini membantu mengurangi rasa putus asa dan membalikkan hari-hari yang berpotensi buruk menjadi hari yang produktif," tulis Bernstein, mengutip perkataan Dr. Stanley Hibbs, psikolog yang menyarankan kata ajaib itu di tahun 2016. "[Kata] itu bagus untuk kesehatan, rasa penghargaan diri, dan bisa membuatmu menjadi orang yang lebih produktif."
Sederhana tapi satu strategi yang bisa menyemangati kita untuk berhenti sejenak dan memikirkan ulang opsi yang kita miliki, dan bahkan mendorong lahirnya pikiran-pikiran positif. Misalnya begini: "Saya capek banget dan sepertinya layak berleha-leha sejenak. Biarpun capek, rasanya senang bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan dan kemudian istirahat," kata Bernstein. Atau, "Sepertinya saya akan gagal dalam ujian ini, biarpun begitu, saya akan mulai belajar dan memberikan yang terbaik." Pastinya, saran Bernstein tidak menggantikan bantuan ahli dan mungkin obat-obatan (jika dibutuhkan), tapi biarpun begitu ini adalah strategi bagus, sederhana dan perlu diingat ketika rasa cemas melanda.
Selanjutnya: apakah kamu selalu deg-degan setiap kali melihat ponsel pasangan tergeletak di meja—dan tangan gatal meraihnya? Coba introspeksi mengapa godaan itu selalu datang. Informasi dari psikologi ini mungkin bisa membantu.
