Menurut Seorang Psikolog, Ini Kunci agar Hubunganmu Lebih Bahagia dan Memuaskan

Menurut Seorang Psikolog, Ini Kunci agar Hubunganmu Lebih Bahagia dan Memuaskan
ISTOCK

Sudahkah kamu melakukannya hari ini?

Woop mungkin akan 'memberikan' bocoran usia dan selera yang sebenarnya ketika mengatakan ini, tapi... yah, sudahlah: Krisdayanti pernah memiliki lirik lagu, "saling memberi saling menerima saling mengerti dan saling menjaga biar tak ada luka." (Untuk penasaran, silakan cek YouTube. Sementara yang SMA di tahun 90an, jangan pura-pura tidak tahu. Taruhan, kamu pasti masih ingat.) Lagu tersebut berumur 12 tahun, tapi d**m, liriknya sangat relevan sampai sekarang. Memberi dan menerima, konon sangat penting dalam kelanggengan sebuah hubungan.

“Sangat penting,” tegas Rena Masri, M. Psi, Psikolog., seorang psikolog klinis dewasa dari Q Consulting dan juga pendiri Cinta Setara, kepada Woop. Kenapa penting? “Karena ini berarti kita dapat menerima orang lain, dan orang lain pun dapat menerima kita. Kita masing-masing dapat bertumbuh dan mengembangkan diri kita dengan kemampuan yang ada dalam diri kita dan didukung oleh lingkungan kita, termasuk di dalam berhubungan dengan pasangan, keluarga, teman dan lain sebagainya,” sambungnya.

Dengan kata lain prinsip saling memberi dan menerima ini tidak hanya berlaku dalam konteks romantis, tapi juga dalam setiap jenis hubungan sosial dan personal yang kamu jalin dengan siapa pun. Tujuannya, "hubungan bisa menjadi lebih jelas, sehat, seimbang dan kedua belah pihak merasa saling didukung dan diperhatikan, dan mendapatkan kepuasaan,” terang Rena. Meski memiliki kelebihan dan kekurangan tapi tetap diterima dan disayang. Itu, plus agar semua pihak (tidak hanya satu) mendapatkan kebahagiaan dari hubungan itu. 

Namun, yang perlu diperhatikan, “memberikan di sini harus bersifat wajar dan tidak berlebihan, ya. Karena jika dilakukan secara berlebihan bisa membuat hubungan menjadi kurang sehat.” Konsep memberi dan menerima memang agar masing-masing orang tidak bersifat egois, hanya memikirkan diri sendiri, tapi menurut Rena juga harus seimbang agar tidak terjadi ketimpangan dan berat sebelah. 

Mungkin lagu 'Sedang-sedang Saja' dari Vety Vera periode awal 90an bisa dijadikan referensi. (Sial, Woop makin kelihatan tuanya!).

Tunggu sebentar—bagaimana jika sebuah hubungan minus prinsip memberi dan menerima, apakah bisa bertahan?

“Bisa saja jika memang masing-masing pasangan memiliki harapan dan kebutuhan yang berbeda dalam menjalin hubungan. Misalnya, seseorang butuh diperhatikan, dibimbing, dan dihargai, maka ia akan berharap pasangannya dapat memberikan itu semua. Namun, mungkin saja pasangannya lebih santai dan tidak banyak berharap sehingga ia tidak terlalu butuh semua itu. Tetapi mungkin, kebutuhannya ada di area lain,” jawabnya. 

Namun, melirik dan menimbang penting dan manfaat dari prinsip ini, sepertinya tidak akan ada salahnya melakukannya—setiap hari. Praktiknya tidak rumit. “Berikan apa yang dibutuhkan, apa yang diharapkan oleh orang lain (teman, pasangan dan keluarga, rekan kerja)," tegasnya. Misalnya, pasanganmu sedang mengerjakan sebuah proyek penting di kantornya, maka kemungkinan besar dia butuh menerima dukungan, perhatian, ide, kasih sayang dan lain sebagainya—dan kamulah sang pemberi ini semua. Dan jangan tunggu sampai besok, karena "jika ditunda bisa jadi pasangan akan merasa sebaliknya, seperti tidak didukung, tidak disayang, dan tidak diperhatikan," tegas Rena. 

Akan tetapi, tidak semua orang memiliki radar sensivitas yang tinggi tentang apa yang dibutuhkan orang terdekat, apalagi saat sedang sibuk dengan tetek-bengek lain dalam hidup (baca: harus meng-update Instagram). Jika ini yang terjadi, Rena menyarankan untuk mengomunikasikannya dengan orang tersebut, dengan kata lain: tanya langsung. "Jika ini dapat dilakukan maka hubungan dapat berjalan dengan lebih baik.” Dan kamu dan dia makin cinta—seperti yang disenandungkan Vina Panduwinata (lagu ini sangat bagus, jadi Woop tidak peduli jika dianggap tua). 

Selanjutnya: Apa yang kamu harapkan dari pasanganmu? Ternyata, ada yang disebut pengharapan tinggi yang tidak realistis dan ini merusak hubungan