Metode Komunikasi yang Bisa Menyelamatkan Hubunganmu

Metode Komunikasi yang Bisa Menyelamatkan Hubunganmu
iSTOCK

Dan membuat semakin cinta.

Sebut saja namanya Mawar, dan pasangannya bernama Justin. Satu hari  salah satu pihak memberitahukan kabar baik, misalnya mengalami kenaikan gaji, atau mendapatkan promosi jabatan, atau sesederhana akhirnya bisa buang air besar setelah lima hari. Kira-kira respon pihak yang mendengarnya? Atau jika Mawar adalah kamu, dan Justin adalah pasanganmu, celetukan apa yang keluar dari mulutmu?

Seorang psikologis positif bernama Shelly Gable, Ph.D, mempelajari respon manusia terhadap berita baik. Beliau menemukan ada empat respon yang berbeda ketika seseorang sedang berkomunikasi: 

1. Passive Constructive 

Respon pasangan: "Hebat!" Lalu melanjutkan memencet-mencet ponselnya, tidak melakukan kontak mata, tidak antuasis, tidak bertanya, malah menikmati apa pun yang sedang dilakukannya di ponselnya.

Ini adalah respon paling merusak, sangat tidak simpatik, karena memperlihatkan ketidakpedulian. 

2. Passive Destructive

Respon: "Oh", atau "Keren", lalu mengganti subjek pembicaraan, misalnya tentang prestasinya di kantor. Seakan-akan menganggap pengumuman baik tersebut tidak penting, kondisinya lebih penting. 

Ini adalah respon kedua paling buruk, karena pasangan mengacuhkan dan menyepelekan prestasi pasangan. 

3. Active Destructive

Respon: "Serius? Wow! Tapi kayaknya kamu bakalan capek, pulang malam, tanggung jawab lebih besar." Intinya, pasanganmu atau kamu lebih fokus kepada sisi negatif prestasi tersebut dan kesulitan yang akan terjadi. 

Meskipun terdengar bagus (sesekali kita perlu mendengar kritik dan tanggapan membangun), tapi menekankan sisi negatif terhadap "berita baik" akan membuat yang mendengarnya menjadi ragu dan tidak percaya diri. 

4. Active-Constructive 

Respon: "Bagus banget! Selamatnya." Lalu, menatap dan memusatkan perhatiannya kepada pasangannya, sambil mendengarkan dengan seksama, antusias, suportif penjelasannya tentang berita baik tersebut. 

Ini adalah respon tersehat dan paling simpatik yang bisa dilakukan oleh pasangan ketika pasangannya menyampaikan kabar sukacita. 

Pada kenyataannya, kita seringkali melakukan nomor satu (hello, Instagram lebih menarik), atau nomor tiga. Mungkin karena capek, terlalu sibuk, atau iri. "Apa pun alasannya, setiap kali kita gagal merepon dengan aktif dan konstruktif, kita kehilangan sebuah kesempatan untuk memperkuat hubungan kita," jelasReza Zolfagharifard, seorang psikolog. Sebaliknya, kita, pembawa berita baik pun, menjadi enggan membagikannya karena tidak yakin terhadap respon pasangan: apakah baik atau menyakitkan. Padahal, membagikan berita baik kepada pasangan itu penting, karena "... akan meningkatkan emosi positif yang kita rasakan secara pribadi dan di dalam hubungan tersebut," lanjutnya.