Sejujurnya, Kamu Tidak Butuh Teman Seperti Ini

Sejujurnya, Kamu Tidak Butuh Teman Seperti Ini
ISTOCK

Katakan: selamat tinggal. See you never.

Jika kamu membaca ini, bisa jadi kamu sedang bimbang atas sebuah pertemanan: apakah harus diakhiri atau didiamkan saja? Pasalnya, tingkah lakunya itu, lho—menyebalkan adalah sebuah istilah halus. Seorang psikolog, Ronald E Riggio, Ph.D, menuliskan di Psychology Today bahwa meskipun kita selalu mencari teman yang suportif dan membantu melihat dengan jernih saat pikiran kalut, tidak jarang "teman kita membuat segalanya lebih buruk karena pola sikap mereka yang tidak membantu atau suportif." Alih-alih menghibur di saat susah, eh... malah membuat stres. Teman-teman seperti ini, menurut Riggio sebaiknya segera dijauhkan. Dengan kata lain, jika temanmu memiiliki kebiasaan seperti di bawah ini, sejujurnya kamu tidak membutuhkan mereka.

1. Teman yang Selalu Bilang "Aku Bilang Juga Apa"

Apa yang kamu rasakan ketika mendengar seorang teman mengatakan 'nah lo, gue bilang juga apa'—bukan sekali, tapi setiap kali sesuatu yang salah terjadi dalam hidupmu? Melempar ponsel mungkin tidak rela, bagaimana jika melempar sepatu? Mungkin mereka merasa bahwa itu adalah bentuk dukungan, tapi percayalah... tidak. Sama sekali tidak membantu. Karena sebenarnya, saat mengatakannya temanmu ingin menekankan bahwa dirinya, dugaannya, pemikirannya benar, dan kamu salah.

2. Teman yang Selalu Menjatuhkan

Riggio menjelaskan bahwa mempunyai teman yang pesimis itu bukan sesuatu yang buruk, dan beberapa di antara sahabat kita mungkin seperti itu. "Akan tetapi, kamu tidak membutuhkan teman yang selalu negatif, terlebih saat kamu sedang bahagia dan optimis," tulisnya. Itu lho, teman yang selalu menambahkan 'tapi kok' atau 'masak, sih' setiap kali mendengar berita suka cita atau sukses darimu. "Pilihlah teman yang bisa memberikan perspektif objektif, mereka yang tidak selalu mencari hal negatif dari segala sesuatu." 

3. Teman yang Menusuk dari Belakang

Entah dengan pisau imajiner yang tajam atau tumpul. Selalu menyakitkan jika seorang temanmu melakukan ini tanpa atau ada sebab: di depan manis, di belakang lebih pahit dari ikan gosong. Padahal, kepercayaan adalah sebuah unsur fundamental sebuah hubungan yang baik. Jadi, "jika kamu tahu bahwa seseorang tidak bisa dipercaya, kamu tidak membutuhkan mereka dalam hidupmu," tegas Riggio. 

4. Teman yang Selalu Menginginkan Loyalitas 101%

Apapun yang terjadi, entah dia salah atau benar, dia menuntutmu untuk memihaknya. "Musuhnya berarti musuhmu," tulis Riggio. Temannya berarti harus jadi sobatmu. Seratus satu persen tanpa pertanyaan, tanpa penjelasan. Mirip seperti hubungan para mafia di film kriminal. Menurut Riggio ini adalah salah satu karakteristik orang narsis "yang rasa ketidakamanannya membuat mereka melihat hubungan sebagai sesuatu yang semuanya harus baik atau harus buruk sekalian."