Waspadai: Tanda-Tanda Pasanganmu Seorang Pelaku Perundungan

Waspadai: Tanda-Tanda Pasanganmu Seorang Pelaku Perundungan
iSTOCK

Apa yang harus kamu lakukan?

Tidak hanya teman sekolah atau kampus, atau kolega di kantor, pelaku perundungan bisa jadi (tidak lain, tidak bukan) adalah pasanganmu sendiri. Bully. Namun, karena dibutakan oleh cinta, terkadang kita sulit mendeteksinya. 

“Kita mesti kembali dulu kepada definisi dari bully,” ujar Nadya Prameswari, M. Psi. Psi., seorang Psikolog keluarga dan pernikahan dari Rumah Dandelion, Jakarta. "Secara umum dikatakan ada bully atau perundungan adalah ketika salah satu pihak itu merasa tidak berdaya atau merasa lebih kecil, tidak mampu membalas dibandingkan pihak satu lagi. Jadi pihak yang merasa dirinya di atas itu sebagai pelaku pem-bully-an dan yang di bawah itu yang sebagai korbannya. Ini sebenarnya bukan masalah dari secara posisi beneran terlihat sama atau tidak, tapi lebih kepada persepsi kepada dua orang yang terlibat dalam interaksi tersebut.”

Sebut saja, pasangan kita seringkali memanggil kita dengan "gendut" atau, "chubby", atau "si bego". Kasar, tapi kata mereka itu hanya canda. Bentuk cinta. Panggilan sayang. “Kalau yang terjadi dianggap bercandaan artinya kedua belah pihak itu sama-sama merasa bahwa mereka itu memang suatu bentuk candaan dan bisa saling membalas. Tapi kalau ada salah satu pihak merasa dikecilkan, diremehkan dan dia merasa ketakutan, merasa tidak berdaya maka itu bukan lagi bercandaan. Tapi itu bisa disebut dengan bully. Dalam situasi pacaran atau hubungan apa pun itu sudah termasuk kedalam KDRT yaitu kekerasan dalam rumah tangga atau dalam hubungan,” jelasnya.

Nadya menegaskan: “jadi, kita bedakan kalau bully dalam konteks apa pun (berteman, pacaran) itu tidak boleh. Kalau memang menganggapnya hanya bercandaan itu sih, sah-sah saja, ya. Selama semua pihak yang terlibat dalam bercandaan tersebut itu masih menganggap konteksnya sebagai bentuk candaan dan bukan hinaan.”

Serius dan canda. Hinaan dan panggilan sayang, seringkali garis demarkasinya super duper tipis. Butuh kaca pembesar untuk melihatnya. Adakah cara untuk mengetahui bahwa yang dikatakan oleh pasangan adalah murni kelakar, bukan perundungan?

“Simpel, kita kembalikan kepada diri kita sendiri sebagai penerima omongan dari pasangan kita," jawab Nadya. "Kita suka atau tidak, kita nyaman atau tidak, kita terganggu atau tidak. Kalau kita merasa terganggu dan juga tidak nyaman dengan apapun yang dikatakan oleh pasangan, terlepas caranya gimanapun, maka itu bisa kita ungkapkan. Dengan kata lain, ketika kita bisa mengatasi situasi itu, itu kondisinya bukan bully. Itu namanya konflik. Tapi misalnya kita merasa tidak bisa ngapa-ngapain dan merasa tidak mampu itu bisa menjadi tanda-tanda bully,” tuturnya panjang lebar. 

Perundungan memang sesuatu yang menakutkan. Terlebih jika pelaku dan korban adalah pasangan, ada banyak perasaan yang terlibat di sana. Seringkali kita memilih untuk diam, tersenyum (pura-pura menganggap itu lucu), dan akhirnya kebiasaan tersebut menjadi-jadi. Berakar, berbuah, dan bertumbuh. Sebenarnya, apa yang bisa dilakukan?

First thing first, kita harus membela diri kita sendiri. Kita bilang kepadanya bahwa kita tidak suka dan tidak nyaman dengan apa yang ia lakukan. Minta kepadanya untuk menghentikan pem-bully-an, dan apabila kita sudah mengatakan kepadanya, tapi pasangan tetap saja mem-bully, tetap mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan, kita patut mempertanyakan hubungan: mau dipertahankan atau tidak. Karena yang namanya hubungan romantis (pacaran atau menikah) sudah seharusnya kedua belah pihak membuat satu sama lain merasa nyaman, merasa dicintai, dan terutama hubungan itu harus setara (tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah). Kalau bukan itu yang tercipta harus dipertanyakan, dalam artian, ini sebenarnya hubungan pacaran atau hubungan tidak sehat lainnya,” paparnya.

Menurut sebuah artikel di Psychology Today ada lima tanda yang patut diwaspadai apakah pasanganmu merupakan pelaku perundungan:

1. Memiliki panggilan atau "gelar"

Ini adalah perilaku perundungan yang umum. Kamu mungkin sering mengalaminya: dipanggil “gendut" atau "jelek” oleh pasanganmu. Menurutnya lucu, tapi sebenarnya tidak sama sekali.

2. Mengejek

Ketika kamu mencoba untuk membela diri saat menghadapi serangan verbal (atau fisik) dari pasanganmu (atau orang lain), dia malah mengejekmu, dan merendahkanmu. Tujuannya untuk membuatmu tidak berdaya dan agar bisa mengendalikanmu.

3. Terlalu Mengontrol

Apakah pasangan terlalu mengontrol, mengawasi apa yang dilakukan? Dalam sehari, dia bisa menelepon 48 kali dan terus menanyakan semua kegiatan yang kamu lakukan—dan kamu sedang bersama siapa. Dan apa pun jawabanmu, dia akan tetap marah, dan mengkritisi.