6 Destinasi Liburan yang Paling Terkena Dampak Pemanasan Global

Life
ISTOCK

Haruskah traveling ke sana?

Seandainya kamu belum mendapatkan memonya: pemanasan global benar-benar sedang terjadi dan... penyebab utamanya adalah aktivitas manusia. Salah satunya: pariwisata—atau bahasa lebih "kekiniannya", traveling atau liburan. Fakta: Industri pariwisata bertanggung jawab terhadap emisi karbon dunia sebanyak 5%. Kok bisa? Pikirkan: transportasi yang kamu pakai (pesawat, kereta api, mobil—menurut Carbon Footprint perjalanan pesawat terbang kelas ekonomi PP Jakarta-Mumbai, memproduksi hampir 1 ton CO2 per orang), tempat penginapan yang kamu pilih (energi yang dibutuhkan untuk AC, perawatan bar, hotel, restoran, kolam renang, dsb—porsinya tergantung ukuran akomodasi, dan semakin besar hotel, semakin banyak konsumsi energinya dibandingkan kawasan kemping, misalnya), aktivitas yang kamu jalani entah itu ke museum, taman-taman, acara, atau belanja—semuanya berkontribusi membuat dunia ini semakin panas. 

Dari sekian banyak "hot travel destination" di dunia ini, beberapa wilayah yang paling terancam karena perubahan iklim ini—dan mungkin menghilang adalah:

1. MALDIVES

Di balik predikatnya sebagai "salah satu tempat liburan paling favorit", Maldives menyimpan cerita memprihatinkan. Rata-rata level daratan di kepulauan ini adalah 4 kaki dari permukaan laut, sehingga membuatnya menjadi negara terendah di dunia (titik tertinggi di negara ini adalah 7 kaki dari permukaan laut). Dan jika laut semakin meninggi, 77% wilayah negara ini akan punah pada akhir abad 21, bahkan diperkirakan akan tenggelam pada 2085. Sejauh ini, ada rencana dari pemerintah setempat untuk membeli lahan di India, Sri Lanka dan Australia guna merelokasikan penduduk Maldives. 

2. VENESIA, ITALIA

Warga lokal dan para aktivitis lingkungan sedang gencar-gencarnya untuk melindungi kota tersebut. Mereka berargumen bahwa industri pariwisata telah merusak kota, lingkungan dan membuat residen lokal pindah dari daerah tersebut. Itu, plus dari sisi sejarah, berkat lokasinya di pinggir lagun, selama berabad-abad Venisia semakin tenggelam dan dengan kecepatan naiknya permukaan laut seperti sekarang ini, diperkirakan banjir akan semakin memperparah status kota tersebut. Ini yang akhirnya membuat pemerintah Italia mendirikan gerbang-gerbang baja di pintu masuk lagun, guna memblokir ombak laut menyapu bersih seluruh kota. 

3. GREAT BARRIER REEF

Untuk yang lupa, Great Barrier Reef adalah sistem terumbu karang terbesar di dunia. Oleh karena itu, tidak heran banyak pecinta laut yang berbondong-bondong ke sana (menikmati, mengagumi, atau mengambil swafoto). Namun para klimatolog percaya bahwa Australia mengalami "percepatan pemanasan global" yang bisa membahayakan keberadaan sistem tersebut. Naiknya temperatur laut memutihkan terumbu, akibatnya memaksa keluar binatang-binatang kecil yang hidup di dalamnya dan mengubahnya menjadi tulang belulang kalsium tanpa warna. Setelah peristiwa pemutihan yang terjadi beruntun di tahun 2016 dan 2017, para ilmuwan melaporkan tingkat mortilitas terumbu tersebut berada di level 50%, yang artinya setengah dari terumbu hidup sudah mati karena proses pemutihan tersebut. 

4. BORNEO DAN SUMATERA, INDONESIA

Pencinta binatang berlomba untuk datang ke daerah ini, yah... karena ini satu-satunya tempat kamu bisa melihat orangutan di dunia bebas. (Meski kamu juga mungkin akan bertatapan muka dengan harimau, gajah dan badak bercula). Namun, World Wildlife Fund melaporkan bahwa binatang dan tumbuhan di lokasi yang sangat beraneka ragam hayatinya ini,  dalam kondisi terancam karena perburuan ilegal, penggundulan hutan yang tidak terkendali dan sistem agrikultur yang tidak terjaga. 

5. LAUT MATI

Akan sangat ironis jika nantinya Laut Mati dikenang sebagai laut yang benar-benar sudah mati. Namun dilaporkan bahwa laut ini menyusut pada kecepatan empat kaki per tahun; permukaan tubuh air sudah kehilangan sepertiganya (digantikan dengan lubang-lubang) sejak dimulainya pembangunan (dam, waduk, saluran pipa) di wilayah tersebut pada awal abad ini. Dunia kecantikan juga memiliki peran merusak tempat ini: perusahaan-perusahaan kosmetik menggali bahan-bahan mineralnya yang dikabarkan bersifat terapis. Para ahli memperkirakan jika aktivitas ini terus terjadi (plus pemanasan global di Timur Tengah yang tidak memperlihatkan tanda-tanda berkurang), Laut Mati akan benar-benar kering per 2050

6. MUMBAI, INDIA

Salah satu kota dengan populasi terbanyak di dunia ini semakin berkembang; banyak gedung pencakar langit dibangun di garis pantai. Bagus untuk kemajuan kota, tapi sayangnya pembanguan super canggih ini tidak dibarengi dengan kesiapan daerah tersebut dalam mengatasi efek pemanasan global, yakni naiknya permukaan laut. Jika pemerintah tidak bertindak, sebagian besar kota akan tenggelam—sebuah skenario yang sangat bisa terjadi karena bahkan hanya dengan kenaikan air 2 inci saja per tahun 2050, kota ini akan terus dianda banjir. 

JADI HARUSKAH KAMU BERLIBUR KE SANA?

Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri sektor pariwisata memang membantu pergerakan ekonomi sebuah wilayah; bahkan terdapat banyak negara/ kota/ daerah yang menumpukan nasibnya kepada industri ini. Mata pencaharian utama masyarakat lokal berasal dari bisnis ini. Belum lagi, traveling membantu kita membuka mata, tidak hanya tentang budaya atau gaya hidup, tapi juga wawasan tentang isu-isu lingkungan dan akhirnya membuat para traveler aktif dalam program-program hijau.

Kesimpulannya: tidak dilarang berlibur, apalagi ini baik untuk kesehatan tubuh dan pikiran. Akan tetapi, sebaiknya kamu melakukan bagianmu untuk menjaga Bumi tercinta ini. Beberapa caranya adalah: 

1. Terbang langsung ke tempat tujuan untuk mengurangi emisi karbon.

2. Cari tahu latar belakang perusahaan yang terlibat dalam liburanmu (hotel, maskapai, dsb) dan investigasi apakah mereka memiliki program ramah lingkungan dan apa kontribusi mereka bagi ekonomi lokal. 

3. Jika memungkinkan, kunjungi objek wisata dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Jika membutuhkan mobil, sebisa mungkin sewa jenis mobil yang paling ramah lingkungan. 

4. Hormati lingkungan lokal dengan menaati rambu-rambu yang sudah dibuat, dan meskipun ini terdengar basi: tapi buanglah sampah pada tempatnya. Dimanapun kamu berada perlakukan lingkungan dengan hati-hati; banyak ekosistem yang sangat rapuh sehingga salah menyentuh (sedikit saja) bisa langsung merusaknya. 

5. Minimalisir emisi transportasimu dengan mengurangi frekuensi liburan pendek. Lebih baik, liburan lebih sedikit tapi dengan durasi lebih panjang. 

6. Tetap pertahankan gaya hidup ramah lingkungan ini bahkan ketika liburanmu sudah selesai.