Anjuran dari Ahli Gizi: Hindari Makanan Ini Saat Hamil

Life
ISTOCK

Plus: makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi.

Seringkali kita sering dibuat bingung tentang apapun yang berhubungan dengan kehamilan, termasuk soal makanan. Padahal lagi ngidam, dan seringnya ingin makan yang aneh dan ajaib—dan harus dituruti, kalau tidak (katanya) nanti anaknya jadi ileran. Hiii. Namun, bagaimana jika makanan tersebut berbahaya—misalnya ingin menghisap-hisap biji kedondong? Argh, bungung!

Bagaimana kalau bertanya dengan ahlinya saja? Pertama-tama, ada satu hal yang membuat penasaran: berapa jumlah kalori yang dibutuhkan oleh perempuan hamil? Apakah sama dengan orang yang tidak hamil?

“Pada hamil trimester pertama dan kedua, seorang ibu hamil membutuhkan tambahan kalori sekitar 100 sampai 200 kalori per harinya,” kata dr. Diana Suganda, Sp.Gk., dari RS Pondok Indah, Jakarta. Lanjutnya, “sedangkan, pada trimester ketiga, ibu hamil membutuhkan tambahan kalori sebesar 300 kalori per harinya. Wanita Indonesia dengan tinggi badan rata-rata 160 cm, kebutuhan normal [jika tidak hamil] kalorinya sekitar 1500 kalori per harinya, sehingga jika dia sedang hamil, kalori yang dibutuhkan tinggal ditambahkan saja.”

Dengan kata lain, perempuan yang sedang hamil membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan yang sedang tidak hamil. Duh. Jadi, jangan pernah bilang: “Kok lo gendut banget, sih! Bahkan jempol lo juga mengembang!” Karena ada alasan faktual d balik fenomena membengkak ini. 

Lalu, dengan banyaknya larangan dan pantangan makanan dan minuman selama seseorang sedang berbadan dua, sebetulnya mana yang direkomendasikan? 

“Selain jumlah kalori yang cukup, yang harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah asupan proteinnya,” jawabnya. “Ibu hamil dan yang sedang menyusui membutuhkan tambahan protein hingga 20 gram per harinya. Sehingga total protein yang harus dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 80 gram protein perhari. Sebagai pembandingnya: 1 butir telur (putihnya) mengandung 6 gram protein,” ujar Diana.

Untuk menghindari kebingungan yang tidak perlu (ibu hamil sudah cukup banyak yang harus dipikirkan), Diana memberikan penjabaran tentang makanan seperti apa yang sebaiknya dimakan oleh perempuan yang sedang hamil.

REKOMENDASI DIKONSUMSI:

PROTEIN

Sepertinya yang sudah dijelaskan, ibu hamil membutuhkan banyak protein. Ada beberapa protein baik yang harus dikonsumsi, yaitu protein hewani (ayam, ikan, daging sapi, telur, susu dan produknya), dan protein nabati (kacang-kacangan dan biji-bijian). 

KALSIUM

Ibu hamil juga harus cukup asupan kalsium untuk pembentukan tulang dan bakal gigi. Sumbernya bisa berasal dari sayur-sayuran hijau, susu sapi dan produknya.

ZAT BESI

Zat besi juga harus diperhatikan oleh seorang ibu hamil; bisa didapatkan dari daging merah, unggas, ikan, kacang-kacangan, hati ayam, sayuran hijau, dan sereal. "Mengonsumsi zat besi akan lebih baik jika disertai dengan Vitamin C, misalnya, makan sereal yang diperkaya dengan zat besi ditemani segelas jus jeruk segar."

ASAM FOLAT

Asam Folat juga dibutuhkan untuk mencegah defek saraf pada janin, Kebutuhannya 400 mikrogram per harinya. Kamu bisa menemukannya di sayur-sayuran berdaun hijau, sereal yang difortifikasi, roti, pasta, biji-bijian, dan jeruk.

HINDARI: 

ALKOHOL

Untuk sekarang ini, hindari alkohol karena dapat menyebabkan fetal alcohol spectrum disorders, yang bisa menyebabkan gangguan fisik, gangguan belajar, gangguan perilaku pada bayi dan anak.

IKAN LAUT DALAM

Seperti swordfish, mackarel, marlin karena beresiko mengandung merkuri yang dapat berbahaya bagi perkembangan otak, ginjal, dan sistem saraf janin.

MAKANAN MENTAH ATAU TIDAK DIOLAH SEBELUMNYA

Contohnya, susah mentah (raw milk) atau susu segar yang belum dipasteurisasi dan produk turunannya seperti feta, brie, keju biru. Produk ini dapat mengandung bakteri listeria dan parasit toxoplasma yang dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, kelahiran prematur, atau kematian pada bayi baru lahir. Atau, daging mentah, baik daging sapi, ikan, ayam, kerang, dan lain-lainnya karena bisa jadi mengandung toxoplasma E.coli.