Food Review: Ciknic Roast Chicken, Dharmawangsa, Jakarta

Food Review: Ciknic Roast Chicken, Dharmawangsa, Jakarta
WOOP.ID

Ciknic sendiri merupakan singkatan dari Chicken Picnic. Piknik dengan menu: ayam, es krim—dan Haruki Murakami.

Rating
  • overall9/10

Lokasi: Jalan Darmawangsa VI No.46 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Harga: +- 250.000 (berdua, makan dan minum) 

Sejujurnya Woop bukanlah tipe pemakan "hitung-hitungan." Di markas besar Woop, kami percaya bahwa harga tidak bohong. Oleh karena itu, rasanya ingin mengamuk ketika mencoba sebuah tempat baru, makanannya: biasa, tapi tagihannya: luar biasa. Apalagi jika restoran tersebut heboh di media sosial. Makin diperparah jika porsinya hanya sepersepuluh ukuran piring. Pulang dari situ, masih lapar dan akhirnya makan lagi—hancurlah komitmen diet. Apakah si restoran mau bertanggung jawab? 

Woop mencoba makan siang di Ciknic beberapa waktu yang lalu. Dari penjelasan salah satu pemiliknya, sebenarnya tempat makan ini bukan restoran baru. Hanya lokasinya saja yang berubah, sebelumnya berada di sekitar daerah Kemang. Ciknic sendiri merupakan singkatan dari Chicken Picnic. Bisa menebak 'kan apa menu andalannya? Yep, ayam. Dan suasananya? Piknik: rumput, tanaman hijau, motif kain kotak-kotak merah-putih, sejuk, dan penerangan maksimal—jadi terasa seperti berada di taman saat matahari bersinar cerah. 

Jangan menilai sesuatu dari kulitnya. Pepatah ini sangat tidak valid untuk roast chicken. Untuk mereka yang suka ayam yang dimasak dengan metode ini atau bahkan sering membuatnya sendiri di dapur rumah akan tahu persis apakah roast chicken tersebut layak dimakan atau hanya layak difoto, diposting ke media sosial, dan ditinggalkan tanpa susah-susah dicicipi. 

Asap masih mengepul ketika ayam ukuran setengah tersebut diletakkan di atas meja. Kulitnya kecoklatan, berkilau dan basah. Sisa-sisa bumbu dan rempah-rempah (rosemari sangat kentara) yang digunakan terlihat di atas daging dan kulit—bukti bahwa ini dimasak manusia bukan robot, saat itu bukan kemarin. Saat diiris dengan pisau, daging terpotong dengan mudah. Saat dikunyah, tercabik gigi tanpa usaha ekstra. Konsistensi dan tekstur ini agak berbeda dengan beberapa restoran yang menyajikan menu yang sama. Kebanyakan memilih untuk memasak daging dan membumbuinya hingga kering; alih-alih roast chicken, sebenarnya lebih tepat disebut barbeque chicken. (Dan menurut saya, chef yang mengaku memasak "roast chicken" tapi hasilnya kering, seharusnya dipecat ASAP.) Dan yang namanya roast chicken, selalu ada side dish. Hari itu kami mencoba: truffle potato puree dan creamy spinach. Singkat kata: pilihan yang tepat. 

Ada beberapa menu lain yang Woop coba. Yang pasti, Ciknic platter jangan sampai dilewatkan (saya membuat pemiliknya bersumpah untuk tidak memperkecil porsinya jika nanti restoran ini menjadi sangat terkenal); begitupun rice bowl green chili chicken (terutama untuk mereka yang punya prinsip "belum makan sebelum makan cabe"). 

Untuk minuman, sejujurnya rasanya standar. Saat itu Woop mencoba strawberry rosemary milkshake dan orange juice. Di waktu mendatang, Woop berharap Ciknic bisa meracik minuman-minuman yang se-tak terlupakan roast chicken-nya. 

Namun pujian harus diberikan kepada satu hal lagi selain ayam: es krim rasa kayu manis yang diberi nama Speculoos. Sekenyang apapun kamu sebelumnya—bayangkan platter plus half roast chicken—jangan lupa memesan ini sebagai makanan penutup. 

Kesimpulannya, Woop akan dengan senang hati untuk kembali lagi ke tempat ini—memesan menu yang sama atau mencoba menu baru. Dijamin tidak akan naik darah karena harga, porsi, dan rasa berbanding lurus. Selain itu, rasanya sulit untuk tidak memberikan nilai plus kepada restoran yang yakin bahwa novel bagus (terletak di salah satu rak kayu), yakniThe Wind-up Bird Chronicle dari Haruki Murakami sebagai salah unsur penting sebuah "piknik" yang sempurna.

img

img

img

img

img

img