Ingin Mencoba Meditasi, Tapi Terdengar Sangat Mengintimidasi dan... Sulit

Ingin Mencoba Meditasi, Tapi Terdengar Sangat Mengintimidasi dan... Sulit
ISTOCK

Terlebih postingan ekstravagan di Instagram... membuat nyali ciut. 

Jujur, secara personal saya belum pernah melihat apps ini. Namun, saya adalah tipe orang yang berusaha menjauhkan diri dari teknologi sesering mungkin, terutama saat melakukan meditasi. Saya berpikir bahwa teknologi mengambil begitu banyak konsentrasi dan energi kita, terutama jika kita memiliki ponsel yang super canggih dan bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Dan jika sampai mengeluarkan ponsel, otomatis saya akan masuk ke dalam mode: melakukan tiga hal dalam waktu bersamaan. Jadi, bagi saya, mungkin hal tersebut tidak terlalu berfungsi. Namun, seperti dikatakan sebelumnya, saya belum pernah mencoba atau melihat aplikasi seperti, jadi tidak terlalu bisa memberikan komentar.

Sepertinya ada begitu banyak jenis meditasi, jujur membuat bingung. 

Ya, banyak banget dan memang bisa membingungkan, tapi jangan terlalu memikirkan hal itu. Menurut saya, satu-satunya cara dan paling tepat untuk mengenal meditasi, adalah mencoba dulu. Dalam yoga ada istilah: 99% tentang praktek, 1% tentang teori, dan hal yang sama berlaku di meditasi.

Ada banyak teori, dan menarik memang untuk diteliti, tapi itu nantilah. Coba saja dulu. Jika memang aplikasi tadi membantumu, coba itu. Jika tidak, coba hal lain. Dan ingat, jangan paksakan diri: "Ah, pikirannya harus kosong," "Nggak boleh mikirin apapun." Bukan seperti itu. 

Ada yang bilang dengan begitu banyak pilihan, salah satu cara menentukan tipe meditasi yang cocok adalah menyesuaikannya dengan kepribadian. 

Itu benar. Seperti tadi, jika suka tipe audiotif, bisa dengarkan musik. Atau jika rasanya mendengarkan panduan seseorang lebih efektif, gunakan guided meditation. Atau menyanyikan mantra. 

Jika tipe visual, mungkin bisa melihat api, sebuah objek, gambar, mandala, dan sebagainya. Intinya, hal-hal yang bisa berguna untuk membuat kita dalam mode meditasi. Kalau memang mau, ciptakan sesuatu yang cocok untuk diri sendiri. Namun, sekali lagi saya bilang bahwa mungkin guru lain akan tidak setuju jika mendengarkan saran ini. Namun, menurut saya penting untuk tetap terbuka terhadap setiap persepsi. 

Berapa kali dalam seminggu, sehari, kita bermeditasi? 

Regularity is good, it’s good to do it as regular as possible. Jadi, lebih baik melakukannya lima menit setiap hari, daripada sejam dalam satu minggu. 

Cara lain untuk membantu masuk ke dalam zona meditasi tersebut adalah dengan menciptakan ruangan tersendiri, misalnya selalu duduk di sudut yang sama, menggunakan pelapis yang sama—pokoknya sesuatu yang membantu untuk membangun ritual. Karena, setelah waktu tertentu, pikiran kita akan menyadari 'Ok, karena aku duduk di sini, artinya ini bermeditasi."

Untuk sampai ke tahap, waktunya berbeda untuk setiap orang. Dan saya sendiri merasa bahwa fase dan kondisi hidup juga menjadi penentu. Jika lagi liburan, punya banyak waktu luang, maka akan lebih mudah. Namun, saat sedang sibuk, maka akan sulit untuk fokus, tapi tidak apa-apa, coba untuk tetap fokus. Kalaupun tidak bisa, it's ok, tidak akan sia-sia.

Jadi, kita harus menyadari bahwa setiap momen dalam hidup itu berbeda. Dan berharga. Jadi, dalam meditasi sangat penting mengalami waktu, menghargai dan hadir sepenuhnya pada hari itu, detik itu. Saya pikir tekanan modern yang seperti mengatakan "Oh, aku harus sukses dalam sesuatu," bukanlah tujuan melakukan meditasi. Itu malah yang ingin saya lepaskan saat bermeditasi. 

Mana waktu yang paling tepat: pagi, siang, atau malam? 

Tergantung, kalau saya adalah pagi hari.I think for me, everything is the best in the morning. Hahaha. I am a morning person. Namun, saya pikir itu karena lebih mudah konsentrasi di pagi hari setelah bangun tidur, karena masih belum memiliki impresi terhadap hari itu. Akan tetapi, ini juga alasan saya mencoba bermeditasi malam, saya ingin menantang diri saya sendiri. 

Kalau saya ketiduran?