Jadi, Etiskah Mengecek Ponsel Setiap Kali Bergetar pada Saat Rapat?

Jadi, Etiskah Mengecek Ponsel Setiap Kali Bergetar pada Saat Rapat?
ISTOCK

Terutama jika bosmu perempuan.

Bayangkan ini: sedang serius rapat, tiba-tiba ponsel kolegamu (atau bosmu) berbunyi dan dia keluar dari ruangan untuk mengangkatnya. Tanpa babibu. Atau, diskusi sedang alot, eh... rekan kerjamu ternyata sedang asyik memencet-mencet ponselnya. Setiap detik, getaran berskala ringan melanda mejamu. Apa perasaanmu? Percaya atau tidak, masih banyak orang yang menganggap hal ini sesuatu yang tabu. Dan oh, jangan salah—sebuah penelitian malah menyimpulkan dibandingkan laki-laki, kebanyakan perempuan merasa tidak nyaman dan sulit menerima kebiasaan mengecek pesan di rapat informal.

Hematmu, kebiasaan tersebut remeh; semua orang melakukannya—yang merasa tidak pernah akan dapat tiket PP gratis ke Maldives. Namun tahukah kamu bahwa mengecek ponsel tanpa henti sepanjang rapat ibarat sebuah penghinaan non-verbal kepada rekan kerjamu? Mereka bisa berinterpretasi macam-macam tentangmu, dan sebagian besar negatif. Ini di antaranya: 

1. "Kamu mungkin berpikir bahwa tidak ada salahnya membuka dan membaca sekilas email. Tidak ada yang akan sakit hati," tulisLiane Davey, Ph.D, seorang pembicara karier dan psikolog. Tet-tot. Salah besar. Menurut Davey, peserta rapat lain akan memiliki banyak interpretasi negatif saat kamu lebih memilih mengecek email daripada terlibat dalam diskusi 100%, termasuk asumsi "kamu tidak sabar untuk menyudahi pembicaraan tidak penting tersebut". Secara verbal kamu mungkin tidak akan pernah mengatakan hal sekasar itu, tapi saat kamu lebih fokus pada handphone di waktu rapat, secara tidak langsung bisa jadi kamu sedang berteriak "sumpah, rapat ini nggak penting banget! Omonganmu tidak penting banget."

2. Pernah dengar istilah Pavlov Effect? Intinya, seekor anjing yang berlari dengan kecepatan tinggi lengkap dengan lidah yang menjulur dan air ludah berceceran—begitu tuannya memanggil. Nah, salah satu interpretasi ketika kamu... bakbikbuk... dengan super duper cepat melihat ponsel begitu bergetar atau ting... adalah kamu kurang memiliki kekuatan dan kontrol, dan resmi menjadi budak ponsel. Ini adalah sebuah kesimpulan dari sebuah survei.

3. Sebuah penelitian mengatakan bahwa aksi melirik ponsel merupakan bentuk/ kebiasaan komunikasi non-verbal untuk menyampaikan beberapa hal tanpa kata-kata. Salah satunya: si pengguna ponsel menolak/ tidak setuju dengan yang dikatakan oleh koleganya. 

Jadi, salah nih, melihat, membuka, dan membaca pesan atau mengangkat telepon saat rapat? Pertama, pastinya, tergantung dari industri/ jenis pekerjaanmu. Jika kamu bekerja di Silicon Valley atau produsen ponsel, rasanya agak mustahil melepaskan barang dagangan utama tersebut. Kedua, tidak lantas kamu diwajibkan untuk meninggalkan ponsel saat memasuki ruangan rapat—ini abad ke-21, ponsel ibarat nasi. Namun, berbagai penelitian mengindikasikan bahwa melirik dan mengutak-atik ponsel saat rapat berlangsung (bahkan ketika rapat tersebut menurutmu tidak signifikan) adalah sesuatu tidak sopan dan menunjukkan sikap yang kurang respek terhadap orang lain.

Lalu, apa yang bisa dilakukan? Rasanya kurang realistis jika mengharapkan seluruh peserta rapat meninggalkan ponsel di meja kerjanya saat menuju ke ruang rapat. Paling tidak, lakukan hal ini: 

1. Matikan notifikasi email atau pesan. Vibration mode saja tidak cukup, pasang silent mode. Seandainya kamu perlu diingatkan, ribuan getaran dari ponselmu itu sangat menyebalkan. Tidak bohong. 

2. Tulis materi rapat dengan tangan (terutama jika rapat dengan tim/ klien baru). Seandainya selama ini kamu selalu mencatat hasil rapat di telepon, beritahukan dengan jelas, misalnya dengan mengatakan: "Saya akan menggunakan ponsel untuk mencatat hasil diskusi kita. Apakah ada yang keberatan?"

3. Telungkupkan layarnya dan berjanjilah kepada diri sendiri untuk tidak akan meliriknya, sampai istirahat atau rapat selesai. Dan setialah kepada komitmen tersebut. Ingat, kamu adalah bos dari ponselmu, bukan sebaliknya. 

4. Sampaikan di awal rapat. Jika kamu memang sedang menunggu pesan atau telepon super duper penting/ mengenai hidup dan mati, katakan di permulaan rapat agar peserta yang lain tidak terganggu dan mengantisipasi interupsi tersebut. 

Kebiasan mengecek ponsel memang sulit dikurangi, apalagi jika kita merasakan FOMO (fear of missing out). Namun, sesekali detoks teknologi mungkin dibutuhkan agar pikiran dan tubuh sehat. Jangan lupa juga mempraktikkan tujuh kebiasaan ini agar lebih bahagia