Jika Bosmu Ingin Mentraktir Makan Siang, Mintalah Pizza

Life
ISTOCK

Makanan ini membuatmu lebih rajin. 

Lain kali bosmu di kantor menawarkan makan siang gratis, minta: pizza. Alasannya, selain disukai (hampir) semua orang (bahkan mereka yang sedang diet karbo), juga karena makanan ini dinilai bisa memotivasi orang di kantor untuk lebih produktif, lebih rajin. Serius—ini bukan karena kita ingin makan gratis (meskipun tidak akan menolak), melainkan sudah terbukti secara ilmiah. 

Dalam sebuah studi yang dipimpin oleh Dan Ariely, seorang psikolog, sebagai bagian dari bukunya, Payoff: The Hidden Logic That Shapes Our Motivations, disimpulkan bahwa membelikan pizza di kantor bahkan lebih efektif dibandingkan bonus duit. Serius. 

Kesimpulan ini didapatkan setelah Ariely melakukan sebuah eksperimen di pabrik Intel, yakni dengan menyampaikan tiga janji kepada tiga grup yang berbeda untuk mengetahui mana yang lebih memotivasi para karyawan untuk rajin dan produktif. Janji pertama adalah menawarkan bonus tunai, janji kedua berisikan bahwa bos mereka akan memberikan pujian, dan ketiga, dijanjikan akan mendapatkan voucher pizza gratis jika berhasil menyelesaikan semua pekerjaan mereka. 

Setelah hanya satu hari (wow!), pizza terbukti merupakan janji yang paling memotivasi; buktinya level produktivitas mereka meningkat 6,7% dibandingkan mereka yang tidak menerima janji ini. Di sisi lain, janji menerima pujian ternyata juga mampu mendorong karyawan lebih produktif (6,6%), hampir setara dengan pizza.

Bagaimana dengan duit? Serius bonus tidak membuat para karyawaran tergiur? Menurut penelitian ini, bonus uang tidak terlalu membuat para karyawan semangat (hanya meningkatkan produktivitas sebanyak 4,9%). Bahkan di akhir minggu, grup yang dijanjikan hal ini mengalami penurunan niat kerja sampai 6,5%! Sementara, di penghujung minggu terbukti bahwa pujian menang tipis dibandingkan pizza. 

Jadi, ingat: jika bosmu menawarkan makan gratis, pilih pizza. Jangan lupa dengan topping yang tepat—karena untuk beberapa orang, topping adalah tentang loyalitas, idealisme dan identitas. Seserius itu. Benar 'kan?