Ketika Anakmu Kurus, Haruskah Panik?

Ketika Anakmu Kurus, Haruskah Panik?
ISTOCK

Gemuk salah, kurus juga! Harus bagaimana?

Serius, sepertinya mustahil memuaskan hati orang lain. Anakmu gemuk dinyinyiran, kurus pun dikomentari. Savage. Sebagai orangtua yang memiliki tidak terhitung kekhawatiran dan fokus, haruskah peduli dan perlu mengambil tindakan secepatnya?

“Jika memang pada dasarnya bertubuh kurus sejak kecil tapi tetap ceria dan dapat menjalani kegiatannya sehari-hari dengan baik, fit, memiliki pola makan dan tidur yang baik dan tidak ada keluhan penyakit lainnya, rasanya orangtua tidak perlu merasa khawatir terutama bila telah berkonsultasi dengan dokter dan tidak didapatkan adanya masalah pada pertumbuhannya," respon Mayang Gita Mardian, M. Psi., Psikolog., dari TigaGenerasi.

Misalkan si kecil mengalami penurunan berat badan yang signifikan secara tiba-tiba, tapi setelah dilakukan pemeriksaan medis semua fungsi tubuhnya dalam kondisi optimal. Menurut Mayang, jika fungsi tubuh si anak berjalan dengan baik, mungkin pengamatan lebih dalam bisa dilakukan. Misalnya, apakah anak sedang berada dalam situasi stres yang menyebabkan perubahan pola nafsu dan pola makannya. Atau, apakah si anak mengalami penurunan berat badan dengan diikuti keluhan lain, misalnya merasa tidak percaya diri, selalu membandingkan kondisi tubuhnya dengan orang lain, makan sangat sedikit atau menolak makan dengan disengaja karena takut gemuk, atau sebaliknya, makan berlebihan supaya gemuk. “Bila terjadi kondisi demikian, apalagi bila diketahui adanya perubahan kebiasaan, misalnya, berkurangnya atau hilangnya minat interaksi dengan orang lain, sering terlihat murung, perubahan emosi yang tiba-tiba, tidak lagi tertarik pada hal-hal atau hobi yang disukai anak sebelumnya, ada baiknya dilakukan pemeriksaan psikologis untuk memastikan kondisi anak,” ujarnya.

Ada banyak penyebab berat badan turun secara drastis. "Baik yang berkaitan dengan penyakit fisik maupun kondisi psikologis lain seperti adaptasi dengan rutinitas baru yang mengakibatkan perubahan pola makan, berada dalam kondisi stres, memiliki citra tubuh tertentu yang ingin dicapai (ingin kurus agar terlihat lebih menarik), hingga ke hal-hal yang mengarah pada gangguan seperti depresi dan gangguan makan,” terangnya.

Jadi, apa yang bisa dilakukan oleh orangtua?

“Pertama-tama orangtua dapat melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu dengan berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi guna memastikan kondisi dan fungsi tubuh anak. Bila diperlukan, orangtua dapat berkonsultasi dengan psikolog untuk dicaritahu penyebab masalah anak,” saran Mayang. 

dr. Raissa E. Djuanda, M.Gizi., Sp.GK., dari RS Hermina Jatinegara dan RSPI Puri Indah, Jakarta, seorang dokter spesialis gizi klinis, mengingatkan: “Itu tergantung kurusnya seperti apa, masih dalam kategori kurus normal atau sudah malnutrisi. Terkadang ada penampakan anak kurus tetapi ketika komposisi tubuhnya diukur, ternyata normal. Sedangkan, kalau malnutrisi baru berbahaya. Karena anak dengan malnutrisi berisiko mengalami penurunan sistem imun (gampang sakit), tumbuh kembang yang tidak optimal dan kecerdasaan yang berkurang.”

Salah satu cara simpel meninjau anak sehat adalah orangtua fokus pada berat badan dan tinggi badan anak. “Sangat penting untuk memantau kurva tinggi dan berat badan anak (bisa menggunakan kurva cdc-2000 atau WHO). [Cek di sini.] Karena indikator paling mudah mengetahui adanya gangguan pertumbuhan adalah dengan mengetahui berat dan tinggi si anak. Jika pertumbuhan tidak optimal, biasanya perkembangan anak juga tidak akan optimal,” katanya.

Jika dilihat dari sisi psikologi, salah satu penyebab anak kurus terjadi karena perubahan lingkungan dan stres. Bagaimana jika dilihat dari sisi medis dan gizi?

Raissa berpendapat, “Banyak faktor yang bisa membuat tubuh anak kurus. Bisa karena genetik, kurangnya asupan nutrisi, aktivitas berlebihan yang tidak didukung dengan asupan nutrisi yang cukup, adanya penyakit yang mendasari, adanya ganggu pencernaan. Pemilihan makanan yang tidak tepat (contohnya si anak hanya mau makan makanan yang kurang bergizi), lingkungan yang kurang higienis, sehingga anak mudah terserang penyakit.”

Menurutnya, yang bisa dilakukan dan diperhatikan oleh orangtua adalah rutin mengecek tinggi dan berat badan anak; apakah sesuai dengan usianya. Selain itu, pastikan “memberikan makanan bergizi kepada anak yang mengacu kepada gizi seimbang yaitu pemenuhan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (vitamin, mineral), serta zat tambahan lainnya, seperti kecukupan serat, probiotik, omega-3, dan lain sebagainya,” saran Raissa.

Orangtua sudah berusaha, tapi apalah boleh buat... anak berkehendak lain. Pemilih dan sulit makan! Grrr.

“Sebaiknya dicari tahu penyebabnya terlebih dahulu, apakah ada cara pemberian makan yang salah, adanya faktor psikologis atau lingkungan yang mengganggu, adanya kelainan anatomis atau penyakit tertentu. Orangtua juga bisa mengkreasikan makanan agar anak tidak bosan. Sebaiknya ibu-ibu tidak kehabisan akal untuk menvariasikan makanan anak, dan jika anak terus menerus sulit makan sebaiknya konsultasikan saja ke dokter,” tegasnya. 

Apakah si kecil sulit makan menjadi beban pikiranmu saat ini? Coba tips dari seorang dokter anak ini. Termasuk, apakah memang ada faedahnya memberi makan berjam-jam.