Sehatkah Jika Kentut Ditahan?

Sehatkah Jika Kentut Ditahan?
ISTOCK

Mari memecahkan misteri ini sekali untuk selamanya.

Keberanian yang dibutuhkan untuk membuang angin di depan pasangan untuk pertama kalinya sama halnya keberanian mengatakan "aku cinta kamu" untuk pertama kalinya. Ingin mengeluarkannya, tapi takut. Jadi, kalau bisa ditahan dulu hingga menemukan waktu yang tepat. Namun, sehatkah jika kentut ditahan? Siapa yang tahu kapan "waktu yang tepat" itu datang? 

Untuk menjawab misteri ini, Woop meminta bantuan dr. Fienda Ferani, seorang dokter dari Rumah Sakit Dr. Suyoto dan RSUD Jati Padang, Jakarta.

“Flatus atau biasa disebut kentut adalah gas yang dihasilkan dari sistem pencernaan dan dikeluarkan oleh tubuh melalui anus. Di mana saat di usus besar terdapat flora normal dan enzim yang memecah makanan tersebut sehingga memproduksi hidrogen, karbon dioksida dan metana,” ujarnya.

"Flatus itu berasal dari gas-gas yang dihasilkan oleh makanan yang kita makan, sehingga bila pola makan kita baik maka akan timbul gas yang dikeluarkan melalui anus. Rata-rata setiap orang mengalami flatus sebanyak 10 kali, 20 kali sampai 25 kali masih termasuk normal,” katanya.

Yeeaaay, ternyata kamu dan saya masih normal. Namun, normalkah jika aromanya nyaris mirip tumpukan sampah di Bantar Gebang? Padahal sepertinya menu makan siang sama kok dengan seluruh teman sekantor. 

“Gas yang kita keluarkan berasal dari makanan yang kita makan, setiap bahan makanan tersebut mengandung zat yang berbeda-berbeda. Sehingga bau flatus (kentut) yang dihasilkan pun sering berbeda. Gas yang dikeluarkan oleh flatus, selain berasal dari makanan juga berasal dari udara yang tidak sengaja tertekan, seperti mengunyah permen karet. Nah, itu yang menyebabkan flatus ada yang berbau, ada juga yang tidak berbau,” papar Fienda.

Fienda melanjutkan, “sebagian besar makanan berkarbohidrat dapat menimbulkan gas. Selain itu, adapun zat makanan lain seperti rafinose (brokoli), pati (kentang), fruktosa (bawang), sorbitol (apel), dan makanan berserat yang juga menimbulkan gas.”

Sebuah penelitian menuliskan kentut terbau disebabkan oleh gas yang mengandung sulfur.  Hasil ini didapatkan setelah memberi makan 16 orang dewasa dengan menu pinto beans dan lactulosa, karbohidrat yang tidak bisa diserap yang terfermentasi di usus. Intensitas aroma flatus ini dievaluasi oleh dua orang juri (semoga penghasilan mereka sebanding). 

Sementara, sebuah kabar buruk untuk para traveler: tekanan kabin di dalam pesawat berarti akan membuatmu lebih sering mengeluarkan angin dikarenakan pengembangan volume gas pada tekanan kabin yang lebih rendah, dibandingkan di tanah. Jadi, pastikan (apa pun caranya) penumpang di sebelahmu memakai headphone sepanjang waktu. 

Lalu tibalah ke pertanyaan yang bisa mengubah gambaran kita di mata pasangan: bolehkah menahan kentut?

“Dalam jangka pendek sebetulnya tidak berbahaya,” ujarnya.

Ah, leganya!

Lalu, “gas hanya akan terperangkap di usus dan membuat perut terasa begah, sakit dan rasa tidak nyaman lainnya. Namun, menahan faltus juga meningkatkan risiko terjadinya diverticulosis, yaitu infeksi pada kantong-kantong yang terletak di sekitar usus. Untuk itu sebaiknya ketika ingin flatus dikeluarkan saja dengan mencari tempat yang tidak mengganggu, serta perbanyak konsumsi makanan seperti yogurt, charcoal dan probiotik lainnya untuk mencegah bau yang tidak enak,” sarannya.

Dan jika di kelas yoga dorongan untuk mengeluarkan angin lebih besar (para yogi pasti pernah berada dalam situasi kritis ini)—itu hal yang normal. "Karena kamu bergerak—mungkin berputar atau melipat badan—kamu sedang menekan isi perut, udara yang sudah ada di dalamnya harus keluar sehingga itu sesuatu yang natural," kata seorang yoga instruktur. Jadi, keluarkan saja dan pura-pura tidak terjadi apa pun. Atau jika kamu butuh strategi kreatif untuk menahannya, ikuti saran Wiki How to Hold in a Fart

Selanjutnya: Satu hal lain yang perlu kamu lakukan sekarang ini adalah menahan diri dari dorongan membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain.