Tahukah Kamu Kemana Perginya Sel-Sel Lemak Saat Berat Badanmu Berkurang?

Tahukah Kamu Kemana Sel Lemak Pergi Saat Berat Badan Turun?
ISTOCK

Energi!! Salah, teman.

Jadi, kemana perginya lemak yang sudah terbakar ketika berat badan berkurang (misalkan saja minus satu kilogram)? Terkonversi menjadi energi? Tetot. Salah. Besar. Otot? Toilet? Titut. Titut. Titut.

Dua orang ilmuwan dari University of New South Wales, Ruben Meerman dan Profesor Andrew Brown, mengajukan pertanyaan yang sama kepada 150 dokter, ahli gizi dan pelatih personal. Anggapan paling umum adalah lemak berubah menjadi energi. "Masalahnya dengan teori ini adalah hal tersebut bertentangan dengan hukum konversi senyawa, yang dipatuhi oleh semua reaksi kimia," keduanya berargumen di The Conversation. Beberapa responden berpikir lemak tersebut berubah menjadi otot—yang adalah mustahil—dan yang lainnya berasumsi lemak tersebut keluar melalui usus besar. "Hanya tiga orang yang menjawab benar, yang berarti 98% para profesional di bidang kesehatan di dalam survey kami tidak bisa menjelaskan cara kerja penurunan berat badan." 

Jadi apa jawaban yang tepat? Faktanya ketika seseorang mengalami penurunan berat badan, lemak terkonversi menjadi karbon dioksida dan air. Bukan energi. Atau otot. Atau toilet. "Kamu mengeluarkan korban dioksida [sementara] air tercampur di dalam sirkulasimu [dan hanya] sampai akhirnya dikeluarkan dalam bentuk sebagai urine dan keringat," Meerman dan Brown menyatakan. "Jika kamu mengalami pengurangan 10 kg lemak, tepatnya 8,4 kg akan dihembuskan melalui paru-paru dan sisanya 1,6 kg berubah menjadi air. Dengan kata lain, hampir semua berat yang berkurang kita hembuskan." 

Wow! Tenang, tidak hanya kamu saja yang terkejut, hampir semua responden di dalam survey ini juga merasakan hal yang sama. Namun menurut keduanya, sebenarnya hampir semua yang kita makan keluar melalui paru-paru. Setiap karbohidrat yang kita cerna dan hampir semua lemak dikonversikan menjadi karbon dioksida dan air. Hal yang sama juga terjadi pada alkohol.

"Satu-satunya di dalam makanan yang menuju usus besar tanpa dicerna dan tetap utuh adalah makanan berserat (seperti jagung). Sisanya, semua makanan yang kamu kunyah diserap ke dalam aliran darah dan organ-organ dan, kemudian, tidak akan beranjak kemana-mana sampai kamu menguapkannya," tulis mereka. 

Bingung? Tarik nafas dulu—eh jangan banyak-banyak karena oksigen juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi ukuran lingkar pinggangmu. Terkejut? Yah, yang pasti menurut duo ini bahkan di kalangan para ilmuwan sekalipun energi merupakan sebuah konsep yang membingungkan dan penuh misteri. "Jika kamu memasukkan 3,5 kg makanan dan air ke dalam tubuh, plus 600 gram oksigen, berarti 4,2 kg harus keluar, kalau tidak beratmu akan bertambah. Jika kamu berharap mengurangi berat badan, lebih dari 4,1 kg berarti harus dikeluarkan. Lantas bagaimana mewujudkan hal ini?" lanjut Meerman dan Brown. 

Menurut keduanya, yang pasti pil atau ramuan ajaib bukanlah solusi terbaik. Jadi, bagaimana? tanyamu dengan panik. Mau berita bagus atau buruk dulu, nih? Berita bagusnya: kamu sudah mengelaurkan 200 gram karbon dioksida saat tidur setiap malam (yeeeay!), sehingga seperempat dari target harianmu sudah terkikis bahkan sebelum ngulet. Berita buruknya: mengeluarkan nafas berkali-kali tidak akan membantu—malah membuat pusing dan sesak nafas, atau mungkin pingsan. Satu-satunya cara agar produksi korban dioksida di dalam tubuh meningkat adalah dengan menggerakkan otot-ototmu. Bisa dengan berdiri, berjalan kaki, masak, membersihkan debu, atau menyapu (siapa yang menyangka bahwa menyapu bisa mempengaruhi berat badan!). Atau, coba saran dari Meerman dan Brown yang tepat sekali untuk mereka yang selalu bingung mau pakai baju apa setiap pagi: "mencoba baju bisa melipatgandakan tingkat metabolismemu. Dengan kata lain, dengan sesederhana mencoba semua bajumu selama 24 jam, kamu akan menghembuskan lebih dari 1200 karbon dioksida."

Berani mencobanya?