Wajib Baca: Untuk Mereka yang Selalu Menghitung Kalori Sebelum Makan

Wajib Baca: Untuk Mereka yang Selalu Menghitung Kalori Sebelum Makan
ISTOCK

Sebenarnya adakah gunanya?

Mereka yang peduli level dewa dengan nilai nutrisi atau sedang menjaga berat badan memiliki kebiasaan yang sama: sebelum makan, buru-buru mengeluarkan kalkulator, lalu membaca daftar bahan makanan tersebut, dan menghitung jumlah gula, karbo, protein, dan kalori (bahkan serat jika sedang terobsesi dengan kesehatan usus). Setelah aman, sebelum dimakan, pastinya harus difoto dan disebarkan di media sosial dengan #lowcalories. Kita pikir produk yang memiliki kalori rendah pasti selalu bagus—dan "fakta" ini memang digunakan oleh pihak marketing bertahun-tahun—tapi menurut sebuah laporan yang baru diterbitkan di The Pharmaceutical Journal, sebenarnya hitung-hitungan kalori tidak sepenting, sekrusial itu. 

Para peneliti melihat berbagai studi dan menemukan bahwa pola makan dengan konsumsi kalori tinggi bukanlah sebuah indikator akurat untuk menentukan apakah seseorang beresiko terkena penyakit jantung atau diabetes tipe 2. “Banyak orang dengan berat badan normal—sampai sepertiganya—juga terkena diabetes tipe ini," kata studi tersebut. 

Pada saat yang bersamaan, para peneliti ini juga mengungkapkan bahwa hipertensi dan penyakit hati terjadi pada 40% orang dewasa yang tidak mengalami kelebihan berat badan. Penemuan hebat lainnya adalah, menurut data baru ini, dari 44 uji coba klinis ditemukan bahwa merendahkan kolesterol melalui pola makan dan obat-obatan (metode yang kebanyakan disarankan dokter) telah gagal mengurangi angka kematian—dan pada beberapa kasus malah membuat pasien terluka. 

Jika jika tidak obesitas dan tidak ingin menderita diabetes atau hipertensi, apa yang harus dilakukan (selain mengurangi konsumsi gula)? Well, ironisnya jawabannya sama sekali tidak mengejutkan: Mediterranean Diet dan olahraga yang cukup. "Diet tersebut kaya akan omega-3 dan polyphenol yang terdapat di dalam kacang-kacangan, extra-virgin olive oil, dan ikan, yang berfungsi mengurangi reaksi inflamasi," tulis laporan tersebut. "Jumlah yang karbo di dalamnya hadir bersamaan dengan serat yang merendahkan gylcemic, lemak hati, dan insulin."

Intinya, bahkan jika berat badanmu normal, resiko terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2 masih besar. Namun, jika menggerakkan badan setiap hari dan menerapkan diet rendah karbo dan tinggi omega-3, rasanya tidak harus menghitung kalori setiap kali makan sesuatu.