3 Pertanyaan Ini Akan Membantumu Memutuskan 'Lanjut' atau 'Tinggalkan Dia'

3 Pertanyaan Ini Akan Membantumu Memutuskan Lanjut atau Tinggalkan Dia
ISTOCK

Lanjut atau buh-bye? 

Seorang sahabatmu ngotot, "Pokoknya kamu harus ninggalin dia! " Bahkan ibumu pun menuntut hal yang sama. Pasalnya, mereka melihat bahwa pasanganmu memperlakukanmu dengan sangat buruk selama ... (isi sendiri) tahun. 

Sebenarnya, kamu sudah ingin melakukannya, tapi balik lagi, lagi, lagi dan lagi. Hal ini bisa terjadi karena, "kamu terlalu bernostalgia tentang masa-masa indah dan ingin kembali mengulangnya," tulis psikolog Jeffrey Bernstein, Ph.D, di Psychology Today. Atau, kamu merasa dia punya potensi. Atau, kamu takut sendiri. Atau, "kamu sangat mencintainya dan tidak bisa hidup tanpanya." 

Rumit. Frustrasi. Apalagi kamu sudah melakukan salto dan jungkir balik untuk membuat hubungan itu menjadi lebih sehat seperti mengajak berbicara dari hati ke hati, melakukan kompromi, bahkan menyarankan untuk konseling. Namun, tidak ada perubahan. Nada. Le zéroOra ono. Jadi, apakah hubungan tetap dilanjutkan atau lebih baik 'buh-bye'? "Semua hubungan unik dan kompleks. Namun berdasarkan pengalaman  saya, pertanyaan-pertanyaan ini bisa membantu memberikan pencerahan saat menentukan keputusan dan menjadikannya tidak terlalu rumit," terang Bernstein. 

Berikut tiga pertanyaan yang bisa kamu ajukan kepada dirimu sendiri. 

1. Adakah hal yang bisa kamu lakukan untuk membuat hubungan itu membaik?

Jika iya, teruskan. Namun, ada batas-batasan yang jelas. "Jika usaha yang kamu lakukan dengan huruf 'u' kecil (belajar, dalam batas wajar, berkomunikasi lebih baik) bukan 'U' kapital (melakukannya berulang-ulang tanpa hasil)," tulis Bernstein. Jika tidak ada yang bisa dilakukan, lanjutkan ke pertanyaan 2 dan 3. 

2. Apakah kamu merasa lebih baik atau buruk secara emosional saat menjalani hubungan ini?

Sebut saja kamu memilih tetap bersamanya karena takut sendiri, "ini bukanlah alasan yang sehat," lanjut Bernstein. Meski kamu sangat mencintainya, coba tanya dirimu apakah perlakuannya itu masuk akal? "Apakah hal tersebut sudah menjadi kebiasaan DAN kamu terbiasa menerimanya?"

3. Apakah akan lebih baik jika saya hidup bersama atau tanpanya—dalam waktu jangka panjang? 

Jika kamu benar-benar percaya, yakin, percaya diri bahwa si dia adalah pilihan terbaik untuk membuatmu bahagia dan sehat, lanjutkan hubungan kalian. Sebaliknya, jika jawaban jujurmu adalah "tidak", mungkin memang sudah waktunya melanjutkan hidup sendiri. 

Selanjutnya: Sebut saja permasalahanmu saat ini adalah ingin mengajak pasangan ke pesta kantor, tapi kurang yakin itu sesuatu yang etis. Pertimbangkan hal ini