3 Strategi Untuk Menyeimbangkan Hidup dan Pekerjaan

3 Strategi Untuk Menyeimbangkan Hidup dan Pekerjaan
ISTOCK

Love yourself. 

Apa yang menjadi penguasa hidup kita sekarang? Kalau mau jujur: handphone, media sosial, dan e-mail yang datang bertubi-tubi. Semua ekspektasi dan tuntutan pekerjaan membuat kita merasa 24 jam sama sekali tidak cukup menyelesaikan semua deadline—boro-boro nongkrong cantik! Akhirnya, agar bisa mencapai #goals—sesederhana nonton atau makan bareng teman—bisa jadi #challenge. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan? Begini sarannya. 

Jujur pada Diri dan Orang Lain

Mulai dari dengan mengidentifikasi motivasi di balik setiap keputusan yang kamu ambil dalam satu hari. Apakah kita menerima pekerjaan ekstra dari bos karena ingin dapat promosi, atau takut dipecat saat bilang “lagi sibuk banget, nih!”

Dengan mengakui kenyataan, kamu akan bisa memulai keseimbangan yang sehat ke dalam hidupmu, daripada membuat keputusan hanya berdasarkan rasa takut.

Memang kebanyakan orang cenderung menghindari konflik. Terkadang melakukan apapun karena tidak ingin terjebak dalam “percakapan yang intens”. Mayoritas berpikir bahwa ini adalah masalah komunikasi, padahal sebenarnya ini tentang kejujuran. Jadi, coba untuk berani dan jujur kepada orang lain. 

Identifikasi Masalah

“Semoga satu hari ada 25,5 jam,” begitu permohonan kita sebelum meniup lilin ulang tahun. Jika pernah berharap keajaiban itu terjadi, sebenarnya bisa jadi apa yang kamu butuhkan bukanlah jam yang lebih panjang—tapi bagaimana menyesuaikan waktu yang tersedia dengan ekspektasi tak yang tak ada habisnya.

Tidak seperti yang bertubi-tubi diproklamirkan dengan lantangnya media sosial bahwa kita bisa memiliki segalanya, kita harus jujur: we can’t have it all, and we don't need it all!

Untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar kita butuhkan, coba buat daftar tentang hal-hal yang menjadi sumber tekanan dan stress selama ini. Bentuknya bisa apapun, mulai dari “Gue harus olahraga setiap hari,” ke “Gue harus minum jus tiap hari,” sampai “Gue harus bisa membentuk eye liner sempurna tiap hari.” Kemudian, putuskan mana yang menjadi prioritas—dan mana yang bisa diletakkan pada urutan bawah. Biasanya, setelah ini kita akan sadar bahwa hal-hal yang selama ini membuat kita tertekan dan kehabisan nafasnya, sebenarnya bukanlah prioritas dan tidak terlalu penting.

Siap-siap untuk mengecewakan orang

Setelah memastikan prioritas, saatnya beraksi—tanpa merasa bersalah atau bahkan minta maaf! Kuncinya adalah jangan biarkan orang lain dengan mudah mementahkan keputusanmu. Teman yang benar-benar bisa disebut teman adalah orang-orang yang mendukung keputusanmu, bahkan jika hasilnya tidak terlalu mengenakkan bagi mereka. Ingat: hal terburuk yang bisa terjadi dalam hidup bukanlah membuat orang lain kecewa, melainkan diri kita sendiri.

Namun sekali lagi, bukan berarti harus menolak semua permintaan si bos karena ingin memiliki hidup yang seimbang (terkadang lembur memang dibutuhkan). Jika tidak ada keharusan menyerahkan laporan tepat jam makan siang, dan punya waktu menikmati makan siang dengan benar (menjauh dari meja kerja, dan tidak makan di depan komputer atau dengan handphone yang tidak pernah lepas dari tangan), then do it! Kamu akan lebih semangat saat kembali ke meja kerja, bukan hanya karena perut kenyang tapi juga hati senang.