6 Hal yang Sebaiknya Tidak Dilakukan Orangtua Untuk Anak

6 Hal yang Sebaiknya Tidak Dilakukan Orangtua Untuk Anak
ISTOCK

Bukan karena tidak sayang.

Anak merupakan sumber kehidupanmu, dan apapun kamu lakukan demi mereka. Well, not so fast, super-mom. Berikut, enam hal yang sepertinya “membantu” tapi sebenarnya bisa berujung negatif.

Memasak Apapun yang Mereka Mau

Kamu sudah mempersiapkan menu makanan sehat (dan berbau sedap): sayur, roasted fish, dan nasi. Namun, tiba-tiba si kecil yang sudah berumur lima tahun menuntut dibuatkan macaroni cheese. Demi menjaga ketenangan dunia, kamu pun melakukannya. Akan tetapi, dengan selalu mengabulkan keinginannya, kita sedang mempraktekkan kebiasaan negatif dan membatasinya mencoba hal-hal baru. Cobalah untuk melibatkannya dalam menentukan menu untuk setiap waktu makan (dua pilihan, salah satunya merupakan favorit) dan biarkan dia memilihnya.

Melakukan Pekerjaan Rumahnya

Orangtua mana sih, yang tidak ingin anaknya sukses di sekolah? Meski menolong anak mengerjakan PR merupakan hal yang normal, sebuah studi dari University of Texas menemukan bahwa terlalu banyak menolong sebenarnya sama sekali tidak membantu. Oleh karena itu, alih-alih begadang semalaman untuk mengerjakan proyek sains sekolah, biarkan anak untuk memiliki kesempatan sukses… dan terkadang gagal, berdasarkan kemampuannya sendiri.

Membantu Mereka Memakai Baju

Jika ditinggal sendirian, ada kemungkinan anak memakai celana di kepala dan atasan di kaki. Jadi haruskah dibiarkan? Bisa jadi. Menurut juru bicara American Academy of Pediatrics kepada Parents, membiarkan anak untuk memakai baju sendiri merupakan fase normal dari perkembangannya, dikarenakan hal tersebut mengajarkan tentang otoritas dan uji keterbatasan.

Menjadwalkan Hari Mereka

Sepak bola, kursus piano, ballet, Mandarin: memilih aktivitas seusai sekolah bisa terasa seperti berada tepat di depan meja buffet di kawinan Padang. Namun menurut sebuah studi dari University of Colorado, mengekspos anak dengan terlalu banyak kegiatan yang terstruktur bisa menghalangi “fungsi eksekutif” mereka, atau kemampuan merencanakan, mengatasi masalah dan membuat keputusan. Jadi, batalkan kelas menyelam yang sudah kamu rencanakan tersebut dan biarkan si kecil bermain dengan bebas.

Membereskan Mainan Mereka

Membersihkan bekas krayon di dinding rumah? Sudah. Nah, karena sekarang si kecil sedang tidur, kamu pun memutuskan untuk membereskan mainannya yang berserakan di seluruh rumah. Anak-anak memang biasanya berantakan, tapi tidak ada kata “terlalu dini” untuk melibatkan mereka ketika beberes. Membiarkan mereka untuk memegang kendali atas zona mereka akan mengajarkan rasa tanggung jawab, rasa bersyukur, dan juga memberikan kamu kesempatan untuk menyelonjorkan kaki dan menikmati secangkir green tea. Tidak perlu sedrastis memintanya untuk menggosok wastafel kamar mandi (kecuali itu memang disukainya), tapi dengan memintanya untuk meletakkan boneka atau mobil-mobilannya ke keranjang akan berdampak besar bagi pertumbuhannya.

Mengatasi Semua Masalah Mereka

Meminta anak untuk berbagi mainan dengan saudara atau temannya bisa menjadi sangat sengit dan intens seperti debat calon gubernur. Namun, sepanjang tidak ada pergulatan fisik, membiarkan anak-anak untuk menemukan solusi di antara mereka akan mengembangkan kemampuan sosial dan negosiasi. Siapa tahu, kemampuan ini berguna saat si kecil mencalonkan diri menjadi gubernur di tahun 2060.