Apa Sebenarnya yang Dibutuhkan Anak dari Orang Dewasa?

Apa Sebenarnya yang Dibutuhkan Anak dari Orang Dewasa?
ISTOCK

Banyak! 

Coba hitung, ada berapa adik, keponakan atau tetanggamu yang masih kecil? Tiga, 10? Sebagai orang dewasa, kita akan selalu dikelilingi anak-anak, apapun kapasitas mereka dalam hidupmu. Begitupun sebaliknya. Namun sebagai orang dewasa, apakah kamu tahu apa dibutuhkan anak-anak tersebut darimu? Petunjuk: banyak.

“Banyak hal yang anak butuhkan dari lingkungan atau orang dewasa di sekitarnya," kata Mayang Gita Mardian, M. Psi., Psikolog., seorang psikolog anak dari TigaGenerasi dan konselor di salah satu sekolah internasional di Bekasi. "Tentunya, hal-hal yang diperlukan adalah yang dapat menunjang tumbuh kembangnya dengan baik seperti tempat tinggal, pendidikan, akses untuk kesehatan, dan semua ini tak terlepas dari kehadiran serta perhatian dari orangtua atau pengganti orangtua," lanjutnya.

“Hal-hal ini penting karena sejatinya diperlukan adanya kesiapan untuk seseorang memiliki anak. Bukan hanya kaitannya dengan kesiapan materi yang cukup, tapi juga kesiapan orangtua untuk membagi waktu, mau membagi perhatian, dan mau membimbing anak sepanjang hidupnya, apapun kondisinya. Hal ini juga penting agar anak merasa diterima dan “ditemani” sepanjang tahap perkembangan belajarnya di dunia yang sebenarnya asing untuknya." 

Tidak semua orang dewasa adalah orangtua—dan begitu juga sebaliknya: tidak semua orangtua dewasa secara umur dan pengetahuan. Bagaimana cara orang-orang dewasa memberikan apa yang dibutuhkan anak, meskipun dia bukanlah seorang orangtua? 

"Perlu digarisbawahi, memberi apa yang anak butuhkan jangan disalahartikan dengan memberi keinginan anak," Mayang menegaskan. "Memberi yang anak butuhkan tidak melulu soal uang atau barang. Saat orangtua menyediakan lingkungan yang baik untuk anak belajar, baik secara formal seperti di sekolah atau secara keseharian dengan mengajaknya berinteraksi dan menyediakan waktu untuk berkomunikasi, artinya orangtua sudah memberi kebutuhan anak. Begitupun ketika orangtua mengajak anak berdiskusi, mau mendengarkan ide dan perasaan anak, serta mengajarkan kemandirian." 

Mayang memberikan sebuah contoh: "Bayangkan bila anak hanya diberikan yang ia inginkan dan itu hanya berupa materi, gadget misalnya. Ia bisa saja mahir mengoperaskan aplikasi yang ada di gadget tersebut, bahkan mahir memainkan games dengan tingkatan yang sulit. Namun, tanpa adanya bimbingan, komunikasi, interaksi, dan kurangnya kedekatan, hal ini dapat merugikan kedua belah pihak."

Menurutnya, banyak kejadian dimana anak diberikan gadget oleh orang dewasa, dan membuatnya kurang terstimulasi sehingga perkembangannya terhambat, dan kedekatan yang dibangun menjadi semakin berkurang.

“Kita lihat dari sisi orang dewasa, mereka bisa tertinggal dalam memantau perkembangan anak, dan merasa berjarak dengan anak, karena kelekatan terganggu. Oleh sebab itu, sesibuk apapun orangtua dan orang-orang dewasa yang dekat dengan si anak diharapkan mampu meluangkan waktu, paling tidak 20 menit dari waktunya setiap hari untuk ‘turun medan’, berinteraksi dengan anak secara eksklusif tanpa dibarengi kegiatan lainnya,” jelas Mayang.

Seperti yang disebutkan di atas, ada banyak yang dibutuhkan anak-anak dari orang dewasa di sekitarnya. Tidak hanya waktu, orangtua dan orang dewasa lainnya juga perlu hadir dan menyediakan kesempatan untuk anak mencoba kesempatan, melakukan kesalahan dan menyelesaikannya sendiri, serta menyediakan aturan untuk anak belajar disiplin. Hal ini akan menyiapkan anak sehingga dapat berfungsi baik di lingkungan sosial.

“Jadi bisa disimpulkan, kebutuhan anak tidak melulu soal materi dan waktu, tapi juga menyediakan diri untuk mau terlibat dalam perkembangan anak dan memberi kesempatan anak untuk mengalami beragam masalah di lingkungan,” lanjutnya.

Dan untuk membuat hidup orang dewasa semakin penuh tantangan, orang dewasa harus ingat bahwa setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda.

"Sama seperti orang dewasa, setiap anak adalah unik. Ada hal-hal lainnya yang lebih spesifik yang dibutuhkan setiap anak," terang Mayang. "Contohnya seperti kakak yang mampu belajar dengan suasana hening, dibandingkan adiknya yang lebih senang belajar di tempat yang ramai dengan suara musik. Orangtua dan orang-orang dewasa lainnya diharapkan mampu menjadi jembatan bagi kebutuhan anak tersebut.

“Yang pasti, orangtua maupun orang dewasa yang dekat mereka perlu mengenali karakter setiap anak, dan hal tersebut terkadang susah dilakukan bila mereka minim interaksi dengan anak. Interaksi akan memperkaya pengetahuan orang-orang dewasa terkait anak-anak sehingga akan mengetahui apa saja yang dibutuhkan setiap anak,” tandas Mayang.