Apa yang Harus dilakukan Saat Jadi Korban Beauty Bullying di Media Sosial?

Apa yang Harus dilakukan Saat Jadi Korban Beauty Bullying
Beauty Bullying di Media Sosial

Jangan pernah diamkan beauty bullying! Karena hal ini yang membuat para perempuan menjadi tidak percaya diri, bahkan ingin bunuh diri.

Pernah dengar tentang beauty bullying? Beberapa minggu belakangan ini, hastags #StopBeautyBullying menggema di media sosial. Yep, beauty bullying memang sedang menjadi pembicaraan hangat para perempuan di Indonesia.

Sebagai pengguna media sosial, perilaku beauty bullying memang sering kita lihat—bahkan mungkin kita juga melakukannya—di mana orang-orang mengomentari bentuk tubuh ataupun kecantikan seseorang. Biasanya, komentar yang diberikan lebih kea rah negatif dibandingkan positif. Duh!

Tentunya, hal ini menjadi salah satu kebiasaan yang harus dihilangkan dalam hidup kita. Namun, apa sebenarnya beauty bullying?

Beauty bullying adalah tindakan memberi komentar yang menyindir, mengejek, dan mengintimidasi dalam ranah kecantikan. Baik itu mengomentasi wajah atau body shaming. Biasanya, tindakan ini rata-rata dilakukan oleh perempuan terhadap perempuan. Padahal mestinya kan sekarang zamannya woman support woman atau girls support girls, tapi kok ternyata kita justru menghancurkan satu sama lain,” jawab Nuran Abdat, M. Psi., Psikolog., seorang psikolog klinis dewasa dari Brawijaya Hospital and Clinic, Jakarta.

Beauty Bullying
Beauty Bullying

Menurut Rimmel London dan The Cybersmile Foundation yang pernah mengadakan kampanye bertema #IWILLNOTBEDELETED pada 2018 yang bertujuan untuk menaikkan kepercayaan diri orang-orang dari segala usia untuk bebas mengekspresikan diri mereka di media sosial tanpa takut mendapat komentar-komentar negatif.

Sebelum peluncuran kampanye tersebut, Rimmel pun merilis hasil penelitian yang telah mereka lakukan dan didapai hasil bahwa satu dari empat perempuan telah mengalami cyberbullying karena penampilan mereka. 57% dari perempuan yang mengalami bullying ini mengaku menderita kesunyian. Selain itu, penelitian Rimmel juga mengungkapkan bahwa hampir setengah—atau sebanyak 46%--perempuan  yang mengalami cyberbullying pernah mencoba melukai dirinya sendiri, sebanyak 32% perempuan menutup media sosialnya, dan 22% perempuan lainnya menghapus foto-foto mereka di media sosialnya. Duh!

Sementara itu, dampak yang di alami oleh para korban beauty bullying bisa menurunkan kepercayaan dirinya, menjauhkan diri dari lingkungannya, depresi, bahkan bunuh diri. Oleh karena itu, Nuran mengajak setiap orang untuk melawan dan menghentikan beauty bullying.

Lantas, bagaimana cara menghentikan beauty bullying? 

“Pertama, kita harus kenali diri sendiri terlebih dahulu. Karena setiap karakter orang berbeda-beda. Kita pun dianjurkan untuk tidak terus menerus membandingkan diri dengan orang lain. Kedua, lakukan informing. Berbicaralah kepada diri sendiri, untuk memahami bahwa perbedaan itu wajar. Cantik itu berbeda di setiap sudut pandang orang. Hal ini bertujuan agar kita tidak selalu menganggap diri kita masih kurang. Ketiga, kita haruslah peduli dengan diri sendiri atau mencintai diri sendiri. Misalnya, dengan melakukan perawatan tubuh, ganti style dalam berpakaian, berdandan, atau membuat diri kita bahagia. Terakhir, kita juga harus selektif dalam bergaul. Lebih baik memilih lingkungan atau komunitas yang positif agar memberikan kita semangat dengan nilai-nilai yang baik. Daripada hanya bergaul dengan mereka yang penuh kebencian dan iri hati. Dengan kata lain, kita tidak perlu berteman dengan seribu orang di media sosial yang hanya bisa membully dan menjatuhkan kita, ” ungkapnya.

Selanjutnya: Demi kesejahteraan anak dan perempuan Indonesia, Annisa Yudhoyono rela menjual barang branded miliknya. Baca artikelnya selengkapnya di sini.