Atasi Toddler Tantrum Dengan Aman Terkendali

Atasi Toddler Tantrum Dengan Aman Terkendali
WOOP.ID/PHOTO BY CINTA RUHAMA AMELZ

Temper tantrum adalah hal yang biasa terjadi pada anak, tapi sudahkah kita menanganinya dengan benar?

Orangtua yang pernah atau sedang memiliki anak berusia 1-4 tahun tentunya paham dengan perilaku ngambek, menangis, menjerit, bahkan memukul saat permintaan atau keinginan anak tidak kita penuhi. Tak hanya membuat bingung, ketika terjadi di depan umum, hal ini terkadang dapat membuat kita merasa malu karena tak dapat mengontrol anak.

Toddler temper tantrum atau ledakan emosi yang dilampiaskan anak merupakan masalah umum bagi orang tua yang memiliki anak-anak berusia balita, di mana mereka masih belajar bagaimana mengendalikan emosinya dan cara berkomunikasi secara efektif. Ketika balita menyadari bahwa dia tidak dapat melakukan hal-hal tertentu sendiri, atau ayah dan ibu melarangnya melakukan atau mendapatkan apa yang dia inginkan, muncul rasa frustrasi. Karena umumnya balita belum lancar dalam berbahasa, ada saat-saatnya mereka mengalami kesulitan dalam menggungkapkan apa yang mereka rasakan. Hal inilah yang memicu perilaku tantrum. Rumus singkatnya, anak frustrasi + tidak mampu untuk berkomunikasi = tantrum!

Lalu bagaimana supaya kita sebagai orangtua dapat mengatasi anak yang sedang tantrum baik di rumah maupun di depan umum? Berikut adalah empat ide sederhana untuk membantu anak-anak dan orangtua dalam mengelola emosi ketika toddler temper tantrum terjadi.

Tunggu sampai suasana mereda.

Ketika anak sedang melampiaskan temper tantrum-nya, hal terbaik yang dapat dilakukan orangtua adalah tidak merespon keinginan anak sampai ia berhenti melakukannya. Anak-anak harus belajar bahwa setiap keinginan harus disampaikan dengan baik, bukan dengan marah, berteriak, dan menangis. Tunggu sampai anak cukup lelah dan kemudian berhenti. Jangan ikut terbawa emosi, sebagai orangtua kita harus berusaha sebaik mungkin untuk tetap tenang dan sabar. Memang butuh waktu sampai suasana mereda, tapi hal ini penting, karena jika orang tua menyerah dan menuruti kemauan anak, anak akan belajar bahwa perilaku berontak dan amarah efektif untuk mendapatkan keinginannya, dan usaha menunjukkan anak tentang cara-cara yang sehat untuk menangani emosi akan sia-sia. The key is: keep your cool, Moms!

Ada pengecualian untuk hal ini, jangan biarkan jika anak sudah mulai bertingkah destruktif atau berbahaya, seperti memukul dan melempar barang. Jika ini terjadi, kita harus segera menghentikan perilaku mereka dan coba untuk menenangkan anak, namun tetap jangan memenuhi keinginan anak dulu sebelum masalah selesai.

Pindah ke lokasi yang lebih aman.

Jika kemarahan anak semakin menjadi dan poin pertama tidak bekerja, pindah ke lokasi yang lebih aman di mana anak bebas berguling-guling, menangis tanpa mengganggu ketenangan orang sekitar, dan pastikan tidak ada barang-barang di sekitar yang dirusak oleh anak maupun yang dapat menyakiti mereka secara tak sengaja. Amati keadaan emosi anak, dan perhatikan apakah kondisi tantrum-nya semakin naik atau anak sudah mulai lelah. Jika reaksinya sudah mulai kehilangan tenaga, anak mungkin akan tenang sendiri tanpa perlu dibawa pergi.

Jika sedang berada di luar rumah apalagi di tempat yang ramai, hal ini cenderung lebih tricky. Akali situasi dengan memeluk anak erat-erat dan biarkan mereka menangis. Orang di sekitar mungkin akan bertanya-tanya, tapi tunjukkan saja bahwa mereka tidak perlu panik dan kita dapat mengendalikan anak dengan baik. Semakin kita terlihat panik menghadapi anak, semakin orang-orang ikut mencoba membantu menenangkan anak yang mungkin dapat membantu tapi seringkali malah membuat tantrum anak semakin parah.

Cari tahu dan pelajari penyebab anak-anak melampiaskan tantrum.

Selain berurusan dengan ledakan tantrum itu sendiri, orang tua juga dapat menemukan cara untuk membantu mencegah atau mengurangi intensitas rajukan anak. Kenali pemicu emosinya – apakah ada situasi tertentu yang umumnya mengakibatkan anak lebih mudah marah? Balita cenderung terpicu emosinya jika lapar, sakit, bosan, kelelahan atau dipaksa melakukan sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Coba telaah kembali apa masalah yang paling sering mebuat anak melampiaskan tantrum dan bicarakan dengan anak bagaimana cara mengatasi emosinya ketika menghadapi masalah tersebut.

Biasanya, sebelum anak benar-benar “meledak”, mereka akan menunjukkan tanda-tanda merasa “kesulitan” atau frustrasi. Misalnya seperti mereka tampak tidak sabar menyelesaikan sesuatu, membuang apa yang ada di tangannya, menarik napas dalam-dalam, atau perubahan mimik wajahnya. Perhatikan dan ingat respon anak baik-baik untuk membantu menghindari atau meminimalisir tantrum selanjutnya.

Siap-siap.

To be prepared works wonders. Sangat penting bagi kita untuk tahu apa saja yang dapat mengalihkan perhatian anak dari pelampiasan emosi yang tidak menyenangkan. Dan sekali lagi, ini merupakan pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh setiap orangtua.

Memperlihatkan sesuatu yang dapat menarik perhatian anak,  mengajaknya melakukan hal seru yang ia sukai, atau memberikan mainan favoritnya dapat dicoba untuk meredakan suasana. Membawa mainan favorit, bantal lengkap dengan selimut dan bekal makanan juga akan sangat membantu untuk menghibur dan menenangkan jika anak mulai terlihat emosi karena bosan, mengantuk atau lapar. Penyebab anak melampiaskan tantrum tidak selalu sekadar tingkah manja atau kenakalan, tapi kurangnya rasa nyaman yang dirasakan anak, jadi pastikan ia mendapatkan kenyamanan yang ia butuhkan - perut terisi, tidak bosan dan istirahat yang cukup.

Sebagai orang tua, kita tidak perlu takut akan kemarahan anak. Sama seperti emosi anak tidak boleh memandu perilaku mereka ketika frustrasi, sebagai orang tua kita perlu berhati-hati untuk tidak membiarkan rasa malu untuk mempengaruhi bagaimana kita berurusan dengan kondisi anak yang sedang tantrum. Sebaliknya, dengan persiapan dan penanganan yang tepat, kita bisa membantu anak mengatasi emosi mereka dan belajar menjadi mandiri dengan cara yang sehat.

You definitely can get through this, Moms