Bagaimana Bertahan Hidup Sebagai Jomblo di Hari Valentine

Bagaimana Bertahan Hidup Sebagai Jomblo di Hari Valentine
ISTOCK

Karena memang berat.

Tergantung sistem "kekebalanmu", tapi seringkali bulan Februari membuat para jomblo ingin menjadi beruang polar atau Helix pomatia (baca: siput). Hibernasi atau mengundurkan diri ke dalam cangkang sampai Maret datang. Namun, terkecuali kamu tinggal di Belgorod, Rusia, warna pink, tawaran 'rayakan Valentine dan dapatkan diskon 20%' atau tulisan '10 tips menghabiskan bla bla bla di hari Valentine' mungkin akan membuatmu kesal dan sesak nafas saat Valentine. Bahkan mereka yang sudah bertahun-tahun melajang, terbiasa dan bahagia dengan kondisi statusnya, akhir-akhir ini merasakan tekanan verbal dan non-verbal yang semakin berat. Itulah sebabnya Woop menjangkau Tania Savana Sari, M.Psi., psikolog dari Yayasan JaRiuntuk membahas hal ini. 

MENGAPA SEPERTINYA SEMAKIN SULIT MENJADI JOMBLO

"Sosmed!" jawab Tania. "Jomblo jaman now, mata dan hatinya bukan tertuju ke orang lain di dunia nyata melainkan terpaku ke gadget-nya. Sebenarnya gadget-nya tidak salah, hanya saja konten yang dilihatnya itu yang membuat baper para jomblo bahagia ini. Kita follow teman kita yang ternyata baru saja jadian dan pamer kemesraan serta kutipan-kutipan romantis. Kita follow salah satu artis yang kita idolakan, baru saja jadian atau bahkan menikah. Kemesraan secara fisik ditampilkan di postingan mereka, dan muncul di timeline kita. Live instastory-nya pun rajin kita pantau. Yang kita lihat foto dan videonya yang nampaknya mesra sekali, kutipan-kutipan romantis yang membuat kita baper dan terenyuh, Semakin membuat kita berat move on, untuk fokus ke hal lain," tuturnya panjang lebar. 

Namun bukan berarti pasangan yang kita lihat dan tahu dan saksikan kemesraannya di depan mata sendiri, tidak membuat kita tertekan. Menyaksikannya terkadang membuat kita berharap dan ingin merasakan hal yang sama. Plus, "Persiapan para brand tertentu, atau para pemberi endorse yang bertemakan 'LOVE' bertebaran dimana-mana. Yang menandakan tema ini akan segera datang dan siap dinikmati untuk para pecinta di luaran sana."

SERINGKALI MERASAKAN MALU, RENDAH DIRI ATAU ADA SESUATU YANG SALAH KETIKA MASIH JOMBLO DAN MERAYAKAN VALENTINE SENDIRIAN. BAGAIMANA BISA MENGURANGINYA? 

"Perasaan malu, rendah diri, merasa ada sesuatu yang salah, biasanya karena kita sudah menentukan standar kepada diri kita sendiri yang kemudian dibandingkan dengan kehidupan orang lain. Dalam pikiran kita, ketika kita sendiri maka identik dengan alone and lonely. Ingat ya, alone tidak selalu lonely. Bahkan dalam keramaian saja bisa lho, merasa lonely," Tania mengingatkan.

Menurutnya, Valentine itu perayaan terhadap cinta dan kasih sayang yang dirayakan kebanyakan orang di dunia ini. Hanya saja tidak semua orang merayakannya—bukan sebuah kewajiban. "Apalagi di ajaran agama tertentu tidak memperbolehkan secara spesifik dan berlebihan untuk merayakannya. Yang perlu diperhatikan oleh kita adalah, kasih sayang dan cinta dirasakan setiap saat, dimana saja dan kepada siapa saja. Tidak harus diidentikkan hanya kepada pasangan saja dan di hari Valentine saja. Kita punya ayah, ibu, kakak, adik, keluarga, sahabat hingga gebetan sekalipun, kita sayangi tanpa syarat. Istilahnya Mbak Katy Perry itu, 'Unconditionalunconditionally... I will love you unconditionally.'"

Kondisi setiap orang berbeda. Bisa saja, kamu sedang berhubungan dengan seseorang, eh... tapi dua hari sebelum Valentine putus—dan tidak mungkin berbaikan dalam waktu 24 jam. Atau, kamu adalah seorang sejati yang sebenarnya seumur hidup bisa melewati tanggal 13, 14, dan 15 Februari, tapi beberapa bulan belakangan tiba-tiba kamu sangat 'sadar' dengan statusmu tersebut. Bagaimana caranya agar tetap bisa sehat dan 'mengibaskan rambut' di bulan ini, tidak peduli sekuat apapun iklan dan media sosial menyerang 'sistem kekebalanmu?' Coba tips yang diberikan Tania ini. 

Bagaimana Menghadapi Valentine Ketika... 

1. Kamu baru saja putus. Tingkat patah hati: parah. 

"Biasanya pacar yang menjadi sosok yang memenuhi ruang hati kita, hingga kita menyisakan sedikit saja ruang untuk sosok lain, seperti sahabat, keluarga bahkan diri kita sendiri. Ketika hubungan dengan pacar berakhir, hati kita terasa 'kosong', padahal sebenarnya prioritas yang selama ini kita tentukan itu dibatasi hanya pada satu orang saja. Sedih, merasa dikhianati, seolah tidak ada harapan lagi. Hati-hati, nanti malah mengarah ke depresi. Mulai sekarang kita setting ulang prioritas untuk diri kita, orang lain, dan ke hal-hal positif lain. Sedih boleh, wajar kok. Kita kehilangan orang yang kita sayangi. Hanya saja ini momentum baru untuk kita sebagai anak muda yang masih semangat dan bergejolak," paparnya.

Untuk bisa melewati masa ini dengan baik, ada hal yang bisa dilakukan:

  • Stop stalking akun sosial media mantan.
  • Kalau sudah cukup berani, hapus semua chat dengan mantan.

  • Tahan diri untuk tidak kepo kehidupan baru sang mantan ke teman-teman, keluarga bahkan menghubungi mantan secara langsung. "Tahan, ya." 

  • Kalau tidak tahan dengan nuansa cinta Valentine, coba abaikan saja. "Hanya sementara kok."