Bagaimana Cara Mendorong Anak Mengerjakan Pekerjaan Rumah?

Bagaimana Cara Mendorong Anak Mengerjakan Pekerjaan Rumah?
ISTOCK

WOOP berbincang dengan Reneta Kristiani, psikolog anak dan remaja sekaligus pendiri Klinik Psikologi Pelangi tentang tips dan trik menyemangati anak-anak untuk aktif melakukan pekerjaan rumah.

Impian orangtua adalah anak-anak bersorak gembira saat diberikan pekerjaan rumah (PR), baik yang mereka dapatkan dari sekolah maupun tugas-tugas rumahan, seperti merapikan mainan, membereskan kamar sendiri, atau aktivitas bersih-bersih lainnya. Namun, pada kenyataannya anak seringkali menolak dengan alasan: lapar, capek, ngantuk, materi dari sekolah yang nggak bisa dimengerti, dan sejumlah alasan ajaib lainnya. Skenario kebanyakan adalah orangtua menyuruh anak melakukan sesuatu, si anak frustasi karena sedang tidak mood, dan akhirnya mengeluarkan tantrum (baik anak maupun orangtua) dan terjadilah 'perang kecil'.

Orangtua putus asa dan bingung bagaimana caranya menyemangati anak supaya mau mengerjakan hal-hal itu. Pasalnya, orangtua merasa harus mengajarkan anak-anak bahwa mengerjakan PR adalah salah satu bentuk tanggung jawab. WOOP berbicara dengan Reneta Kristiani, seorang psikolog anak tentang hal ini dan bagaimana sebaiknya orangtua bersikap.

PR adalah menciptakan rutinitas

Menurut Reneta Kristiani, para orang tua sebaiknya tidak terlalu ikut campur membantu anak menyelesaikan PR. "Pekerjaan rumah (PR) diadakan dengan tujuan untuk membantu anak memiliki kebiasaan (habit)” katanya. Ini bukan berarti kita sebagai orangtua dapat melepas anak menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Peranan orangtua disini justru sangat penting, dalam membantu anak dengan membiarkannya menciptakan rutinitas dalam menyelesaikan tugas. "Coba buatkan jadwal untuk anak mengerjakan tugas, sesuai dengan jam biologisnya. Carikan waktu-waktu saat anak bisa fokus sepenuhnya pada tugasnya. Menciptakan habit ini penting, untuk anak supaya memiliki kontrol dalam hidupnya," saran Reneta.

Bicarakan PR dengan Anak

Jika anak bingung dengan jadwal, bantulah dengan memberikan dorongan-dorongan kecil.  Apakah si kecil ingin bermain terlebih dulu baru mengerjakan PR? Atau dia lebih memilih untuk membereskan tugasnya setelah makan malam? Tanyakan pendapatnya secara detil. Biarkan anak juga memiliki peran dalam mengatur jadwalnya supaya ia merasa bisa memutuskan sendiri, dan jangan lupa untuk mengingatkan anak untuk selalu mematuhi perjanjian yang telah disepakati. Lanjut Reneta, “Perlu diingat oleh orangtua, bahwa setiap anak memiliki pola yang berbeda. Ada yang harus tidur siang terlebih dahulu baru mengerjakan tugas. Ada yang lebih suka mengerjakan tugasnya di lantai, semua tidak jadi masalah. Yang paling penting adalah orangtua harus tegas terhadap aturan yang sudah dibuat bersama-sama.”

Buat Daftar PR dan Sistem Rewards

Untuk pekerjaan yang sifatnya tugas rumah, buatlah daftar hal-hal yang orangtua inginkan supaya anak dapat melakukannya sendiri. Reneta menyarankan sistem rewards dan orangtua berperansebagai supervisor; tugas orangtua adalah mengecek apabila anak sudah selesai mengerjakan tugas. Misalnya, ketika anak selesai membereskan buku untuk sekolah keesokan hari, orangtua dapat mengecek dan memberi pujian, ‘for a job well done’. Buatlah bentuk reward lain secara berkala, misalnya nonton atau makan bersama keluarga di luar untuk quality time. Untuk PR dari sekolah, ketika anak menghadapi kesulitan dalam mengerjakannya, usahakan orang tua tidak menyelesaikan untuknya. PR sengaja diberikan untuk mengukur pemahaman murid akan materi yang diajarkan. Jadi, biarkan anak menyelesaikannya sendiri, sesuai dengan kemampuan. Selain itu, Reneta mengingatkan para orang tua dan guru untuk bekerja sama dalam mendukung pembelajaran anak. Yang tak kalah penting juga adalah peranan orangtua dalam memberikan motivasi dalam bentuk pujian dan pengakuan atas prestasi dan perilaku anak-anak yang positif, apapun bentuknya.