Bagaimana Jika Pasanganmu Menolak Berhubungan Intim

Bagaimana Jika Pasanganmu Menolak Berhubungan Intim
ISTOCK

Berkali-kali.

Saat ini kita sudah pasti bahwa berhubungan seks secara bisa memperlambat penuaan. Dan bermesraan intim dengan suami merupakan salah satu faktor penting menjaga kebahagiaan rumah tangga. Namun, apa jadinya jika pasangan kita selalu bilang "nggak ah, capek," atau "nggak ah, nggak mood," atau "nggak mau deh, kamu sendiri aja," (lho!) setiap kali kita berinisiatif dan mulai menyalakan lilin dan memenuhi kamar tidur dengan aroma-aroma menggoda. Bukan hanya sekali si pasangan merespon dengan penolakan, tapi berkali-kali. Apa langkah yang sebaiknya diambil? Mari berbicara dengan Arie Radyaswati, M.Psi, dosen di Universitas Pancasila, Jakarta. 

Apa pentingnya seks dalam sebuah hubungan? Kapan biasanya kehidupan seks para pasangan mulai berkurang?

"Hubungan seksual menjadi salah satu kebutuhan fisiologi manusia.  Sekalipun demikian pemenuhan kebutuhan seksual yang dapat diterima di masyarakat adalah melalui perkawinan. Legalisasi dalam perkawinan  dimaksudkan juga untuk pemenuhan kebutuhan akan memperoleh keturunan," jelas Arie. 

Data 1995 dari sebuah penelitian menyebutkan bahwa semakin lama rentang usia perkawinan, frekuensi hubungan seksual semakin berkurang. Sebagai contoh pada pasangan menikah rentang usia 30-40 tahun, melakukan hubungan seksual antara tujuh sampai sembilan kali dalam satu bulan; usia  45-55 antara lima sampai enam kali dan rentang usia 60-70 tahun maksimal  tiga kali dalam satu bulan.

Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 2012, didapati bahwa wanita yang telah menikah antara 0-19 tahun lebih aktif secara seksual dibandingkan mereka yang telah lebih lama menikah. 

Menilik pentingnya seks, apakah mungkin pernikahan harmonis tanpanya? Adakah aktivitas lain untuk menggantikan intimasi ini?

"Keharmonisan dan kebahagiaan tidak hanya semata pemenuhan hubungan seksual," jawab Arie. Menurutnya, ada kebutuhan-kebutuhan lain seperti  kebutuhan psikologis dan sosial yang penting dan perlu juga terpenuhi. "Oleh karenanya, konsep ‘harmonis dan bahagia’ tergantung masing-masing pasangan memaknainya. Demikian pula halnya, ada atau tidaknya hubungan seksual pun sangat bergantung bagaimana pasangan menyikapinya."

Apa yang harus dilakukan saat satu pihak menolak melakukan hubungan badan? Berapa kali penolakan bisa dianggap "wajar"?

"Tidak ada jawaban dan ukuran berapa kali menolak normal atau tidak. Tapi penolakan dapat terjadi karena berbagai sebab. Misalkan, salah satu pasangan tidak mampu lagi melakukan hubungan seksual akibat gangguan fisik atau psikologis, " jelas Arie.

Jika hal ini terjadi ini, menurutnya sebaiknya dilakukan upaya-upaya penyembuhan dengan bantuan para ahli di dalam bidang ini. "Mengingat hubungan seksual tidak sekadar keinginan untuk memenuhi kebutuhan, tapi kemampuan untuk melakukan hubungan seksual  juga berperan penting. 

Jika salah satu penyebabnya adalah tingkat libido yang berbeda, solusi apa yang bisa ditempuh? 

"Libido atau dorongan seksual satu dengan lain orang berbeda, demikian pula intensitas atau frekuensi kebutuhannya. Cara-cara pemenuhan pun juga sangat berbeda," jelas Arie.

Jika pasangan mengalami situasi seperti itu, Arie menyarankan agar pasangan tersebut secara terbuka mengomunikasikan relasi seksual (komunikasi seksual terhadap pasangan ). "Melalui komunikasi akan dapat dicapai kesepakatan dalam hal waktu dan cara yang paling cocok untuk keduanya.

Misalkan salah satu pihak menolak membicarakannya, apa yang sebaiknya yang harus dilakukan?

"Cari tahu alasan mengapa dia menolak membicarakan hal tersebut. Ajak konseling perkawinan yang dapat memediasi masalah ini," tegasnya.