Bagaimana Kita Memilih Seorang Babysitter yang Bisa Dipercaya

Bagaimana Kita Memilih Seorang Babysitter yang Bisa Dipercaya
ISTOCK

Karena pada dasarnya kita mempercayakan anak kepada orang asing.

Salah satu dilema orangtua modern: banyak kerjaan, sehingga terkadang dengan berat hati mempercayakan anak kepada orang lain, alias pengasuh alias babysitter. Secara teknis, sebenarnya kita sedang mempercayakan si kecil kepada orang asing, padahal nasehat lama mengatakan: don't talk to a stranger! Terjemahan bebasnya: bicara saja dilarang, apalagi menyerahkan kesejahteraan dan keselamatan anak selama beberapa jam kepada si pengasuh. Intinya, kita sepenuhnya benar-benar mengandalkan resume mereka, secarik kertas bernama Surat Keterangan Kelakuan Baik, referensi dan predikat perusahaan penyedia jasa pengasuh anak, dan selanjutnya banyak doa.

Oleh karena itu, super selektif merupakan sebuah keharusan. Sedikit parno, terkadang ada baiknya, demi mendapatkan ketenangan hati, dan yang terpenting anak kita nyaman dan aman saat ditinggalkan di rumah bersama babysitter. Oleh karena itu, WOOP meminta bantuan Fathya Artha Utami, M.Psi., seorang psikolog anak dari Paediactric Clinical Psychologist, untuk memberikan saran dan pertimbangan sebelum memilih babysitter. Berikut saran yang diberikannya:

1. Pastikan babysitter berasal dari institusi atau orang yang dapat dipercaya atau dikenal dengan baik.

“Orangtua perlu mengecek kembali keaslian dan kebenaran data-data yang diberikan oleh babysitter seperti alamat rumah, asal daerah, nomor telepon keluarga yang bisa dihubungi.”

2. Lakukan wawancara mendalam dan trial.

“Ketika calon babysitter datang, jangan langsung ditinggalkan dengan anak. Orangtua perlu melakukan wawancara mendalam mengenai latar belakang keluarga, aktivitas sehari-hari, pengalaman bekerja sebelumnya, dan hal-hal lain yang ingin diketahui. Melalui wawancara, orangtua bisa sedikit banyak mengetahui dan mengenal babysitter tersebut. Jika dari hasil wawancara orangtua percaya dan menyukai calon babysitter, kita bisa melakukan trial selama satu sampai dua hari untuk melihat bagaimana babysitter bekerja. Jangan lupa untuk melakukan pendampingan selama trial.”

3. Dampingi oleh orang terpercaya. 

“Selama satu bulan pertama—kalian bisa menentukan berapa lama waktu untuk melihat kinerja babysitter tersebut, asal jangan terlalu lama— sebaiknya babysitter didampingi keluarga yang dipercaya, misalnya saja kakek/nenek untuk mengawasi.”

4. Komunikasikan Rules

“Beritahukan kepada babysitter tentang rules yang berlaku di rumah, termasuk tentang rutinitas anak. Berikan juga nomor atau kontak-kontak yang bisa dihubungi ketika keadaan darurat seperti nomor orangtua, kakek/nenek, rumah sakit, polisi, dan sebagainya.”

5. Lakukan kunjungan berkala/dadakan.

“Selama anak ditinggal bersama babysitter di rumah, keluarga terdekat bisa diminta untuk melakukan kunjungan yang direncanakan maupun yang tiba-tiba untuk mengecek apakah anak aman, babysitter bekerja dengan baik, dan agar anak juga bisa bermain atau berinteraksi selain dengan babysitter.”

Setelah lulus dari semua lima hal di atas, Fathya menambahkan, “Sebagai orangtua, jangan pernah lupa dengan tugas kita, yaitu harus tetap menjaga dan mengurus anak. Jangan semua yang berhubungan dengan anak diberikan kepada babysitter. Orangtua harus mempunyai waktu yang berkualitas seperti menyuapi anak, memandikan anak, atau membacakan dongeng sebelum tidur.”