Masih Berteman dengan Mantan: Situ Sehat?

Masih Berteman dengan Mantan: Situ Sehat?
ISTOCK

Salah satu alasannya: "ingin menjaga hubungan baik." Hubungan baik yang mana? Hubungan kamu kan sudah hancur.

Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba kamu menyadari bahwa kamu masih menjalin hubungan dengan mantanmu. Bukan yang romantis, tapi hanya berteman atau sekadar menjalin silahturahmi, hubungan baik atau apalah alasan lainnya. Padahal, itu mantan, lho. Kita memutuskan si dia karena satu dan lain hal yang tidak bisa ditolerir, tapi kok bisa jadi temannya? Apakah hal ini sehat? Untuk mengurai kebingungan, Woop bertanya kepada Liza Marielly Djaprie, psikiolog klinis dan hipnoterapis dari Sanatorium Dharmawangsa, Mental Health Clinic

APA YANG MEMBUAT SESEORANG MASIH BERHUBUNGAN DENGAN MANTANNYA? 

"Ada dua alasan besar yang bisa menjadi penyebabnya. Satu, individunya memang santai berat dan punya konsep 'yang sudah berlalu sudah berlalu tanpa harus diributin lagi dan jika memang masih berteman mengapa tidak'. Kedua, si individu mungkin saja belum sepenuhnya bisa move on dari sang mantan sehingga dengan cara berteman dapat dijadikan salah satu alasan supaya masih dapat berhubungan dengan dia." 

BIASANYA, SIAPA YANG LEBIH INGIN BERTEMAN: YANG DIPUTUSKAN ATAU YANG MEMUTUSKAN?

"Bisa saja datang dari dua-duanya kok. Kadang yang diputuskan ingin tetap berteman karena nggak pengen musuhan atau masih ingin tetap berhubungan, tapi mungkin juga datang dari yang memutuskan karena tetap ingin menjalin tali silaturahmi atau nggak enak jika langsung 'pergi' begitu saja." 

ADA YANG MELAKUKANNYA KARENA INGIN MENJAGA HUBUNGAN BAIK. APAKAH INI ALASAN YANG TEPAT?

"Bisa banget, mengapa tidak? Banyak individu yang punya konsep jika sesuatu masih bisa dijaga silaturahminya mengapa harus musuhan dan punya musuh? Kecuali jika memang situasinya karena satu dan lain hal sudah tidak memungkinkan, maka tidak berhubungan memang dapat menjadi solusi untuk mencegah situasi menjadi lebih keruh. Namun jika memang masih bisa menjalin tali silaturahmi dengan baik, mengapa tidak?

BEBERAPA ORANG TETAP MENJAGA PERTEMANAN KARENA MENGANGGAP SUDAH KENAL DENGAN ORANG TERSEBUT, SEHINGGA BERPIKIR BAHWA MUNGKIN AKAN LEBIH COCOK MENJADI TEMAN DARIPADA PASANGAN. NAMUN JIKA MISALNYA HUBUNGAN PUTUS KARENA SI MANTAN BUKAN PENDENGAR YANG BAIK, APAKAH ITU ALASAN TERSEBUT AKAN TEPAT UNTUK PERTEMANAN?

"Tepat atau tidak itu kan sangat subyektif sifatnya. Tapi kondisi ini mungkin saja terjadi karena situasi serta kondisi saat pacaran dan berteman bisa saja sangat jauh berbeda. Dalam banyak kasus, ada individu yang memang cocok banget jadi teman tapi tidak bisa menjadi pacar yang baik dan begitu pula sebaliknya. Jadi ya sangat mungkin sekali, pada saat menjadi teman, malah hubungan mereka akan menjadi lebih baik."

LANTAS, APAKAH BERTEMAN DENGAN MANTAN ITU SEHAT? 

"Ini juga bisa sangat subyektif. Kondisi yang kita asumsikan sehat bisa saja ternyata beracun untuk individu lain, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu kita tidak bisa menyatakan dengan pasti bahwa berteman dengan mantan pasti lebih sehat daripada tidak berteman (saya tidak bilang musuhan ya, kadang ya as simple as nggak temenan aja). Demikian pula dengan putus baik-baik.... yang menurut kita sudah baik, mungkin buat orang lain tidak baik. Jadi kondisinya bisa begitu sangat subyektif dan keputusan terbaik ada di tangan masing-masing individu dengan tentunya mempertimbangkan terlebih dahulu dengan bijak. 

JIKA INGIN BERTEMAN APAKAH SEBAIKNYA MENUNGGU PERASAAN NETRAL? 

"Sebenarnya nggak perlu nunggu juga. Kalau mau berteman sih, ya berteman saja. Karena ini layaknya ayam dan telur, nggak tahu mana yang duluan. Bisa saja setelah berteman malah perasaan suka hilang, atau malah bisa saja menjauh dulu baru perasaan hilang."

JIKA SALAH SATU PIHAK MENOLAK BERTEMAN, BAGAIMANA KITA BISA MENERIMANYA? 

"Sebaiknya kita berbesar hati menerima permintaan tersebut. Sama halnya dengan kita nggak bisa paksa orang jadi pacar kita, maka kita pun nggak bisa paksa orang jadi teman kita. Jadi sebaiknya, jika ini yang terjadi, ya dijalani saja permintaan tersebut dengan bijak tanpa perlu meributkan mengapa atau memaksanya untuk tidak berperilaku demikian."

JIKA AKHIRNYA BERTEMAN, ADAKAH RAMBU-RAMBU/BATASAN YANG HARUS DIPERHATIKAN? 

"Yang paling penting dan terutama sih, apapun yang terjadi dulu lebih baik tidak dibahas lagi. Daripada ribut-ribu lagi, berantem-antem lagi, perang-perang lagi. 'Kan lelah juga ya, masih pacaran berantem, sudah putus pun masih berantem juga!"