Hari Ini: Hari Persahabatan Sedunia

Hari Ini: Hari Persahabatan Sedunia
ISTOCK

Oleh: Irene Raflesia, M. Psi (Psikolog Klinis Dewasa di Klinik Pelangi Cibubur)

Menyambut Hari Persahabatan Sedunia, 30 Juli, mungkin sudah saatnya berefleksi pada hubungan pertemanan antara kita dengan lingkaran sosial. Sudah berapa lamakah kita tak bertemu dengan sahabat? Sejauh mana pertemanan ini memberikan penguatan kepada kita? Bagaimana caranya mempertahankan hubungan pertemanan terlepas dari perbedaan yang kita miliki?

Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Keberadaan teman tak jarang membuat kita tertawa, terhibur, dan membantu menyemangati ketika dilanda masalah. Banyak penelitian psikologi yang menyatakan bahwa pertemanan di masa dewasa menjadi faktor penentu utama bagi kebahagiaan, harapan, harga diri dan citra diri kita (Foster, 2015).

Jika diamati, teman dapat datang silih berganti dalam setiap fase kehidupan kita. Terbiasa berinteraksi dengan orang yang ditemui sehari-hari tentu dapat meningkatkan kemungkinan kita berteman dekat dengan orang tersebut. Hubungan ini tentu dapat berkembang menjadi jalinan sahabat bila ada timbal balik di dalamnya. Artinya kedua pihak merasa dekat satu sama lain dan nyaman untuk saling membuka diri, barulah hubungan ini dapat berkembang menjadi lebih dekat.

Kita, baik perempuan maupun laki-laki, cenderung nyaman untuk berteman dengan orang yang memiliki kesamaan. Persamaan ini dapat meliputi dalam hal pandangan, sikap, minat, nilai dan juga pada faktor seperti usia, pendidikan, dan status sosioekonomi. Lalu, bagaimana jika kita memiliki teman yang berbeda suku, agama, ras dan status sosial?

Memiliki teman yang berbeda latar belakang membuat kita lebih memahami dan berempati pada keberagaman yang ada. Ketika berusaha memahami perbedaan, kita akan terhindar dari kecenderungan memberikan penilaian negatif pada orang lain. Pada akhirnya, ini akan membuat kita sadar bahwa setiap orang hanya ingin dipahami dan diterima apa adanya. Tentu kita tidak ingin ada teman yang memaksakan pandangannya terhadap kita, 'kan?

Menariknya, kamu mungkin pernah mendengar bahwa lingkaran pertemanan akan semakin mengecil seiring pertambahan umur. Tak dapat dipungkiri, ini memang dapat terjadi karena adanya perubahan prioritas pada diri kita, sehingga jumlah teman tidak lagi menjadi lebih penting dalam hubungan pertemanan. Semakin dewasa, kita sudah lebih mengenal diri dengan baik sehingga cenderung akan mempertahankan hubungan pertemanan yang lebih berkualitas. Bagaimana cara menjaga kualitas pertemanan kita agar langgeng (Firestones, 2013)?

  • Berkomunikasi secara jujur. Tidak ada cara lain yang dapat ditempuh untuk menjadi dekat tanpa keterbukaan satu sama lain.
  • Perbaiki kesalahan. Ketika berbuat salah, segera minta maaf dan jelaskan niat kita kepada teman. Pastikan teman memahami bahwa niatmu bukanlah untuk menyakitinya.
  • Luangkan waktu dan berikan penghargaan. Menjadi dekat terkadang membuat kita lupa untuk menunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih. Lakukanlah hal-hal yang dapat menunjukkan kepedulian terhadap temanmu.
  • Ubah ekspektasimu dan hindari asumsi apa pun tentang sahabat. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menunjukkan kepeduliannya, jadi hindari asumsi apa pun terhadap teman dengan cara berkomunikasi secara terbuka.
  • Hindari sikap sinis. Sangatlah mudah menjadi sinis terhadap teman saat kita mengenal sisi buruk dari pribadinya. Pastika tetap menunjukkan kepedulian terhadap teman dan hindari bersikap sinis untuk menjaga pertemanan ini.

Cara tersebut tentu dapat pula diterapkan di akun media sosial kita. Sebagian orang cenderung lebih suka mengekspresikan pendapat politik di sosial media. Jika ini dirasa mengganggu, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan pilihan unfollow terhadap posting itu. Unfollow tidak selalu berarti memutuskan pertemanan, ini hanyalah pilihan untuk mengurangi frekuensi kemunculan posting tersebut pada linimasa kita. Kamu juga dapat menjelaskan maksud tindakan tersebut kepada teman apabila ia merasa kurang nyaman dengan tindakan ini.

Media sosial memang memudahkan kita untuk terhubung dengan teman, khususnya yang berjarak jauh. Sayangnya, media sosial saja tidaklah cukup untuk sepenuhnya menggantikan kehidupan sosial kita. Ini karena media sosial kurang memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan mendalam dan kedekatan secara emosional. Di sinilah pentingnya kita untuk tetap meluangkan waktu guna bertemu, bertukar kabar, dan menjalin keakraban. Berinvestasi terhadap pertemanan dapat mengurangi risiko beragam masalah kesehatan (seperti depresi, tekanan darah tinggi), meningkatkan gaya hidup sehat, dan tentu mencegah kesepian.

Jadi, sudahkah kamu menghubungi temanmu? Selamat hari Pertemanan sedunia.

Referensi:

https://psychcentral.com/lib/social-medias-impact-on-relationships/

https://www.psychologytoday.com/blog/compassion-matters/201301/5-ways-maintain-lifelong-friendships

http://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/friendship

http://nymag.com/scienceofus/2015/08/fine-to-have-fewer-friends-in-your-30s.html

https://www.psychologytoday.com/articles/200611/friendship-the-laws-attraction