Hati-hati, Sexting Bisa Sebabkan Stres

Hati-hati, Sexting Bisa Sebabkan Stres
ISTIMEWA

Suka sexting dengan pasangan demi menjaga keharmonisan hubungan? Hati-hati, efek buruknya bisa sebabkan stres lho…

Bagaimana sexting bukan berakhir menyenangkan melainkan keburukan? Ya bisa saja, terutama bila perempuan tidak sedang menginginkannya. Berapa kali kamu pernah mengalami hal ini?

Sementara berbagi gambar ‘seksi’ dengan persetujuan mungkin tidak memiliki dampak negatif pada kesehatan mental kita. Kata penelitian terbaru, menerima sext yang tidak diinginkan dan dipaksa untuk mengirim yang sama bisa membuat perempuan merasa stres.

Sebenarnya apa definisi sexting? Yang perlu kamu tahu, sexting sebenarnya mengirim atau menerima gambar atau pesan seksual menggunakan perangkat digital seperti komputer dan smartphone.

Menurut sebuah artikel berjudul ‘Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking’, menerima sext dengan terpaksa bisa memengaruhi tekanan kesehatan mental termasuk kecemasan, depresi, hingga harga diri yang rendah. Analisis utama juga menghubungkan kegugupan dan kesombongan dengan sexting yang tidak diinginkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mencari kejelasan lebih lanjut pada temuan-temuan studi sebelumnya. Ada studi yang menemukan kalau hubungan seks itu terkait dengan depresi dan kecemasan. Para peneliti menambahkan, “Kami merekrut sampel kenyamanan orang dewasa berusia muda untuk menguji hipotesis bahwa hubungan seks mungkin bisa dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk. Hasil kami menunjukkan tidak ada hubungan antara menerima atau mengirim sexts secara keseluruhan. Namun menerima sexts yang tidak diinginkan atau sexting di bawah paksaan, berisiko depresi, kecemasan, stres, serta harga diri rendah. Pengalaman sexting ini merupakan prediktor independen dari tekanan psikologis,” ungkap peneliti.

img

Pentingnya Persetujuan

Para peneliti kembali menerangkan, “Salah satu penjelasan terbaik untuk perbedaan temuan tentang sexting dan kesehatan mental adalah seberapa bersedia seseorang menerima atau mengirim sext.”

Dalam satu penelitian, 52,3% orang dewasa berusia muda secara suka rela terlibat dalam perilaku seks, meskipun mengaku tidak ingin melakukannya. Penelitian melibatkan 444 peserta baik pria maupun wanita. 

Motivasi untuk perilaku ini termasuk godaan, demi memenuhi kebutuhan pasangan, atau untuk alasan keintiman. Seperti yang sudah disebutkan, bisa jadi tekanan psikologis merusak proses pengambilan keputusan individu. Oleh karena itu, mereka lebih cenderung mengirim sext ketika sedang tidak mau. Itu rumit…

Menariknya, para peneliti juga menemukan kalau pria lebih rentan stres jika dibandingkan dengan perempuan ketika mengalami hubungan seks yang tak diinginkan. Namun yang menjadi penting di sini, satu fakta cukup jelas bahwa tidak ada yang benar-benar menikmati gambar atau konten seksual ketika di bawah paksaan dan tanpa persetujuan.

Jadi, lain kali kalau kamu merasa terpaksa untuk mengirim sesuatu yang tidak kamu sukai, ingatkan diri sendiri bahwa tak ada satu orang pun yang bisa merusak kesehatan mentalmu. Maka kamu harus berani tegas dan menolak walau terhadap pasangan sendiri.

Selanjutnya: kenapa ya celana jeans punya paku di atas saku? Jawabannya ada di sini