Ini Alasannya Ekspektasi Bisa Merusak Hubungan Percintaanmu

Ini Alasannya Ekspektasi Bisa Merusak Hubungan Percintaanmu
ISTOCK

Memiliki ekspektasi dalam hubungan percintaan memang wajar, tapi jangan terlalu berlebihan karena bisa jadi hal itu malah merusak hubunganmu

Bilang saja, misalkan nih, saat ini ternyata kamu memiliki salah satu (atau keempatnya) ekspektasi tidak realistis di atas—berita baiknya, putus hubungan bukanlah solusi satu-satunya. Pingkan memberikan beberapa saran untuk menghadapi ekspektasi yang tidak realistik:

  1. Ada baiknya kita sadari dulu bagaimana ekspektasi kita tentang "hubungan romantis yang ideal", terutama soal koneksi, gairah, takdir, dan laju/kecepatan hubungan.
  2. Coba komunikasikan ekspektasi kita ke pasangan. Kalau ada perbedaan, coba pikirkan: apakah perbedaan tersebut bisa ditoleransi? Apakah kita bisa berkompromi? "Kalau memang terlalu jauh dari ekspektasi kita, sampai tidak bisa diterima, maka kita punya pilihan mau meneruskan hubungan atau tidak."
  3. Ingatlah bahwa hubungan tidak selalu bahagia. "Jadi perlu belajar menerima masa-masa penuh tantangan. Sangat penting untuk mengenali batasan hubungan sehat dan tidak sehat. Kalau merasa pasangan sering merendahkan dan menyakiti, maka lebih baik tinggalkan."
  4. Jika memang kamu putuskan untuk berkompromi, hubungan sehat dan bahagia itu perlu kerjasama dan usaha. "Jadi, lakukanlah 'bagian' kamu untuk membuat hubungan jadi bahagia. Misalnya, dengan melakukan apa yang kamu janjikan ke pasangan, pelajari teknik komunikasi efektif, kenali bahasa cinta pasangan kamu."

Jadi, setinggi dan sebanyak apa ekspektasimu terhadap pasangan? Apakah sebanyak pengulangan kata 'ekspektasi' di artikel ini (ada 52)? Kalau Woop sih berharap agar kamu menyelesaikan membaca artikel ini dari atas sampai bawah—ini bukan sebuah ekspektasi tinggi yang tidak realistis 'kan?

Selanjutnya: Sebagai perempuan (atau siapa pun) sebaiknya kamu perlu tahu vaginismus. Kondisi ini juga sangat berpengaruh kepada kesehatan dan kebahagiaan hubunganmu.