Jika Kamu Selalu Takut Kehilangan Pasangan, Mungkin Ini Penyebabnya

Hal yang Perlu Disadari Saat Merasa Takut Kehilangan Kekasih
ISTOCK

Apakah kamu adalah orang yang sangat takut kehilangan kepada pasangan kamu? Mungkin inilah jawabannya.

Setiap kali kamu menjalin hubungan seseorang, entah kenapa ada dua perasaan yang mendominasi: bahagia, tapi juga takut kehilangan. Padahal, sebenarnya tidak ada tanda-tanda signifikan yang mendukung ketakutanmu ini. Apa kira-kira penjelasan di baliknya, ya?

“Orang yang takut kehilangan pasangan, biasanya karena ia tidak percaya diri atau memandang pasangannya sebagai orang yang tidak dapat dipercayai,” ujar  Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi, Psikolog., seorang dosen dan psikolog klinis dari Departemen Psikologi Universitas Bina Nusantara. Jakarta dan pendiri cintasetara. “Latar belakang rasa takut kehilangan pasangan bisa ditelusuri dari gaya seseorang dalam menjalin hubungan dengan orangtua mereka. Dalam psikologi, kami menyebut hal ini dengan attachment style,” sambungnya.

Menurut Pingkan, ada dua jenis attachment style yang perlu kamu ketahui, yaitu individu secure dan individu insecur. Ini penjelasannya:

1. SECURE 

Individu yang secure, nyaman dengan dirinya (percaya diri) dan memandang bahwa orang lain bisa dipercayai. Dalam pacaran, mereka biasanya cenderung mudah percaya dan tidak mudah tersinggung oleh pasangan. Biasanya, mereka memiliki orangtua yang hangat dan dapat diandalkan. Sejak kecil, mereka ini sudah belajar bahwa mereka disayang (sehingga ketika dewasa menjadi percaya diri), dan bahwa orang lain mau ikut memenuhi kebutuhan mereka, dilihat dari orangtua yang responsif memberi makan atau menolong memenuhi yang diperlukan (sehingga ketika dewasa menjadi mudah percaya dengan orang lain, termasuk pacar).

2. INSECURE 

Individu insecure cenderung tidak nyaman dengan diri sendiri dan/ atau tidak percaya bahwa orang lain bisa dipercaya. Kelompok ini dibagi lagi menjadi tiga bagian: 

  1. Preoccupied: Cenderung tidak percaya diri, memandang diri secara negatif. Jadi ia menggantungkan rasa percaya diri ke orang lain, misalnya pacar.

  2. Fearful: Cenderung tidak nyaman dengan diri sendiri, tapi juga tidak nyaman dengan orang lain. Biasanya, jika sudah punya pacar, maka cenderung sulit percaya pada pacar.

  3. Dismissing: Memandang positif diri sendiri, percaya diri, tapi sulit percaya orang lain, sehingga sulit menjalin hubungan romantis.

“Biasanya nih, orang yang insecure punya latar belakang keluarga yang kurang harmonis, atau ibu yang kurang responsif, kurang cepat tanggap terhadap kebutuhan anak. Jadi, kalau ada seseorang yang cenderung takut kehilangan pasangan tanpa alasan yang wajar, kemungkinan besar mereka punya attachment style yang insecure, terutama tipe preoccupied,” jelasnya.

Lalu, faktor apa saja yang akhirnya membuat mereka bisa memiliki perasaan takut kehilangan seperti itu?

“Dari teori attachment, salah satu faktor yang membuat seseorang cenderung takut kehilangan pasangan adalah relasi ia dan orangtua saat masih kecil. Selain itu, bisa saja ia memiliki pengalaman diselingkuhi atau ditinggal meninggal oleh pasangan. Sehingga takut kejadian tersebut bisa terulang kembali,” terang Pingkan.

Itu, plus komunikasi yang kurang. Imajinasi menjadi liar, menebak-nebak apa yang dilakukannya di luar sana, saat sedang tidak bersamamu. “Kalau sudah begitu seharusnya diberitahukan kepada pasanganmu, apa yang membuatnya tidak nyaman dan merasa takut kehilangannya,” Pingkan menyarankan.

Baca Juga: Bagaimana agar Jatuh Cinta Lagi Saat Sayangmu Kepada Pasangan Berada di Titik Nol

Pasalnya, jika hal ini diserahkan kepada imajinasi, dibiarkan berlarut-larut, merugikan hubungan. "Rasa ketakutan dan kehilangan yang berlebihan tanpa alasan bisa membuat seseorang menjadi cemas dan akhirnya tidak menikmati diri dan hubungan yang dijalani,” tukas Pingkan. Meski begitu, harap diingat bahwa “ketakutan atau kehilangan dalam level wajar dan nyata, misalnya, pasangan sedang jauh atau pasangan sedang menempuh perjalanan berbahaya, dapat mendorong seseorang untuk menjadi lebih memahami pasangan, menahan diri dari marah ke pasangan, dan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi pasangan." Dengan kata lain, deg-degan karena dia sedang naik pesawat belasan jam, atau tugas di hutan adalah sesuatu yang manusiawi. Namun, takut tak terkendali karena suami sedang di kantor dan rapat, bisa memberikan dampak tidak menyenangkan dan menyehatkan bagi kita dan hubungan itu sendiri. 

Untuk mengatasi rasa ketakutan dan kehilangan ini, Pingkan menyarankan, “agar menjadi seseorang dengan attachment style secure, yakni percaya diri dan mudah percaya orang lain. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menyadari kondisi diri sendiri. Menyadari dan mengakui bahwa seringkali kita bergantung pada orang lain. Setelah itu, disarankan untuk mulai belajar menghargai diri sendiri. Misalnya, dengan mengikuti kegiatan yang disukai dan memuji diri sendiri jika mendapatkan prestasi. Selanjutnya, disarankan mengomunikasikan kondisi diri yang insecure ke pasangan. Agar pasangan bisa memahami usaha untuk menjadi secure,” paparnya.

“Oh iya, akan lebih membantu jika memiliki pasangan yang secure dan bisa memahami proses diri, sehingga bisa memberikan support (satu sama lain),” tegas Pingkan. 

Selanjutnya: Penelitian mengatakan kamu bisa meningkatkan ‘kecerdasan’ jika rutin berhubungan seks. Kabar gembira nih buat pasutri (pasangan suami-istri)! Baca disini!