Kamu Jatuh Cinta dengan Pasangan Temanmu (Oopss)Apakah Sebaiknya Diutarakan?

Kamu Jatuh Cinta dengan Pasangan Temanmu (Oopss)Apakah Sebaiknya Diutarakan?
ISTOCK

Hm. Um. Ah. Argh!

Jadi, resmi, sah: kamu suka dengan pasangan temanmu. Kamu mau diberi ucapan selamat atau lebih butuh bahu untuk menangis? 

“Tentunya setiap orang akan beraksi yang beraneka ragam. Ada yang mengganggap ini tabu atau larangan, ada pula yang mengganggap larangan itu adalah sebuah godaan," ujar seorang psikolog klinis dewasa, Irene Raflesia, S. Psi, M. Psi., dari Klinik Pelangi, Cibubur. "Ada yang mengatakan bahwa hal ini salah. Juga, ada orang yang bilang bahwa ketertarikan itu sebenarnya sah-sah saja. Pada dasarnya, pendapat ini tentu dikembalikan pada setiap orang. Meski ketertarikan kita terkadang sulit dikendalikan, cara kita menangani ketertarikan inilah yang penting dilakukan agar tidak salah mengambil tindakan,” lanjutnya. 

Kita seharusnya senang karena jatuh cinta bermilyar-milyar rasanya. Namun, jika ini adalah situasinya, mungkin cupid memang menyimpan dendam pribadi terhadap kita.

“Mendapati kita mungkin menyukai pacar sahabat sendiri dapat menimbulkan perasaan yang campur aduk. Beragam pikiran berkecamuk di kepala dan membuat kita yakin ada yang salah pada situasi ini. Bagaimana pun ini memang situasi yang tidak menyenangkan. Lalu, ketika dalam situasi ini, apa yang sebaiknya kita lakukan?” kata Irene.

Menurutnya, sebelum berpikir terlalu jauh dan rumit, kita harus berefleksi dulu pada diri kita sendiri. “Jika kita menempatkan diri sebagai sahabat kita, bagaimana rasanya jika sahabatmu sendiri yang menyimpan rasa suka kepada pacarmu? Hal yang terlintas mungkin adalah marah, sedih, kecewa, merasa dibohongi, merasa dikhianati dan bahkan, mungkin merasa takut pacarnya direbut oleh sahabat sendiri. Bagaimana mungkin sahabat yang kita percayai seolah tega melakukan hal yang membuat kita merasa sakit hati.”

Wuah, penjelasannya ini membuat kita semakin merasa bersalah. Tapi, cinta ini rasanya sukar ditahan. Terlalu menggebu-gebu. Dalam angan-angan terliar, rasanya ingin diungkapkan saja. 

“Apa pun pilihannya persahabatanlah yang menjadi taruhannya,” tegas Irene. “Sangatlah penting bagi kita untuk menimbang seberapa besar arti persahabatan yang sudah terjalin selama ini. Jika betul-betul peduli dan menyayangi sahabat, kita tentu akan berusaha untuk tidak menyakitinya. Sehingga menghentikan perasaan akan lebih bijaksana daripada menyakiti perasaan sahabatmu," sarannya. 

Dan pikirkan juga pria yang kamu sukai. Perhatikan tingkah lakunya. Pasalnya, "jika dia hanya berlaku sopan dan perasaanmu hanyak sepihak, sebaiknya segeralah menghentikan perasaan ini. Tidak ada hal baik yang dapat diperoleh jika kita memaksakan perasaan yang bertepuk sebelah tangan," terang Irene. Istilah kerennya, it's not worth it

Namun, seandainya nih, si dia mengirimkan sinyal-sinyal memiliki perasaan sama (WhatsApp tengah malam, obrolan tidak penting tapi penting di telepon, dsb)—mungkin mengungkapkan perasaan menjadi sebuah pilihan. Akan tetapi, "ada baiknya untuk tetapmerefleksikan kembali konsekuensi tindakan ini," Irene berpendapat. "Satu lagu yang perlu dipertimbangkan secara matang adalah apakah benar kita mau berpacaran dengan orang yang menyukai pacar sahabatnya sendiri?” ungkapnya.

Ow-ow. Pertanyaan yang sulit. Bolehkah tidak dijawab?

Intinya, pasti akan sulit untuk dijalankan, terutama ketika kalian berkumpul bersama. "Ada baiknya kamu menjaga jarak dengan orang tersebut," saran Irene. 

Artinya: "“Memberikan waktu bagi sahabat untu berpacaran, menghindari situasi bertemu dengan pacar sahabat, menghabskan waktu dengan sahabat saja (minus pacarnya)." Plus, menyibukkan diri dengan berbagai hal. "Mungkin sahabat akan merasa aneh pada awalnya, tapi jelaskan padanya bahwa menurutmu kalian sebaiknya menghabiskan waktu berdua lebih banyak ketimbang harus bersama pacarnya juga,” jawab Irene.

Ah. Huh. *Menghela nafas berkali-kali. 

Namun, “tidak ada solusi yang lebih baik antara apakah berusaha jujur mengakui perasaan suka itu atau tetap memendam perasaan ini dalam hati saja," Irene memberikan pengertian. 

"Keduanya sama-sama akan berpotensi menyakiti perasaan sahabat kita, apalagi jika sahabat diam-diam mengetahui masalah ini. Dalam situasi ini, jauh lebih baik menghindari dan berusaha move on dari situasi tersebut. Tapi jika sahabat tetap tidak dapat menerima hal tersebut, maka kita tetap harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ini secara dewasa. Memberi waktu bagi sahabat untuk mencerna keadaan ini dan saat dia sudah menyadari pentingnya persahabatan, tentu akan memaafkan situasi ini," tuturnya. Menurutnya, "persahabatan memiliki arti tersendiri hingga sangatlah sayang jika harus dikorbankan hanya karena seorang pria, terutama jika perasaan (yang kamu miliki) hanya bertepuk sebelah tangan. Mengatakan dengan tulus kepada sahabat tentang makna persahabatan bagi kita (ketimbang pacar) mungkin akan membantu meredakan emosi negatif yang dialami terkait permasalahan ini,” sarannya. 

Sebagai sahabat yang belum punya pasangan, Woop akan membantumu dengan cara... mengingatkan untuk membaca artikel ini setiap kali godaan untuk 'menembak' mendera. Atau, mendengarkan "Thank You, Next" mungkin juga bisa membantu. 

Selanjutnya: Pacar imajiner—apakah membantu meringankan beban hidupmu?