Cara Nadila Ernesta Mengatasi Kesulitan Memberikan ASI

Cara Nadila Ernesta Mengatasi Kesulitan Memberikan ASI
Kamu Tidak Sendirian 3 Ibu Ini Pun Mengalami Kesulitan Memberikan ASI - 0

Nadila Ernesta, Adik Monica dan Astrid Satwika. Kamu tidak sendirian, 3 ibu Ini pun mengalami kesulitan memberikan ASI

Menghela nafas lagi, "aku sih, berpikir bahwa ini seharusnya tidak membuat para ibu malu, atau menganggap ini aib. Ibu mana sih, nggak ingin memberikan ASI yang terbaik untuk anaknya? Tapi kalau nggak bisa, yah jangan dipaksain. Carilah cara menyusui yang cocok dengan kita; kalau ada rules, rules itu memang untuk dilanggar," katanya, terbahak. Dan, "ibu juga harus happy, supaya anaknya happy," tegasnya. 

ADIK MONICA (ACCOUNT EXECUTIVE)

img

Adik Monica sudah merasa sedikit was-was ketika detik-detik menuju hari persalinan dan setelah melahirkan, kuantitas ASI yang dihasilkannya sangat terbatas, bahkan ketika sudah mengikuti senam payudara, hasi pompaan pun tetap terbatas. "Hari ketiga, setelah keluar dari rumah sakit, keluar tuh yang warna kuning, yang benar-benar obat ya, yang bagus banget itu," katanya, lega, saat bertemu Woop di sebuah kafe di Jakarta.

Hari berlanjut, "ternyata cuma keluar 40 ml, dan masih sempat 60 ml, tapi abis itu tiba-tiba down lagi, kembali ke angka awal 40 ml. Satu kali pompa 40 ml—dilakukan sekali di rumah dan sekali di kantor, akhirnya satu hari menghasilkan 80 ml. Ini bukan karena Monica terobsesi dengan matematika, tapi angka itu penting untuk mengetahui asupan si bayi, Athallah Maykaio Muttaqi (sekarang berusia 8 bulan) cukup. Apalagi, saat itu Monica berbicara bahwa ASI hanya keluar dari payudara sebelah kiri, sebelah kanan seperti tersumbat alias tidak mengeluarkan apa pun. "Aku agak susah nyusuin di sebelah kiri, agak canggung gitu, lho. Takut anakku kecetit atau gimana gitu, akhirnya tetap aja di kiri," ujarnya. 

Itu, dan "anakku laki-laki, minumnya kuat, sehingga jumlah itu nggak cukup," katanya. Akhirnya, setelah dua bulan Monica memberikan Maykaio tambahan ssusu formula, tapi... tidak sesimpel itu karena, "anakku alergi, alergi susu sapi. Akhirnya harus beli sufor yang hypoallergenic," ujarnya dengan nada serius, "dan sampai sekarang dia minum sufor. Soalnya, dua bulan terakhir ini sudah tidak keluar lagi," imbuh Monica. 

Saat hamil, Monica tahu persis hal ini bisa terjadi,  pasalnya, "ibuku juga begitu. Jadi ini faktor genetik juga sih," tuturnya. Itulah sebabnya selama hamil pun, Monica berusaha mengonsumsi makanan yang bisa membantu produksi ASI, seperti katuk, ikan, dan daun ubi. "Aku 'kan sama sekali nggak suka sayur ya, tapi kupaksa dan kutelan. Katuk, ikan, katuk, ikan—aku sampai bosan," katanya dengan nada capek. "Itu 'kan kayak makan daun mentah, ngeliatnya aja udah 'aduuh,'" ujarnya dengan nada berat.

Dan, "aku makan itu pagi, siang, sore, tetap aja nggak ngaruh," katanya, tegas. Bingung? Pasti, dan "sempat nge-drop juga apalagi pas ngeliat orang membuang ASI-nya karena kebanyakan," ujarnya, dan "iri ngeliat teman yang ASI-nya banyak," plus "komentar-komentar dari sana-sini. Ya Allah," katanya dengan nada sedikit miris "Untungnya suami selalun ngingetin, 'jangan sampai ngeliat itu kamu jadi stres ya, Ma. Nanti malah nggak keluar ASI-nya,'" ujarnya. "Peran suami memang penting banget," tegasnya.

"Aku sempat merasa bersalah gitu ya, apa karena aku nggak suka makan sayur, ya?" tanyanya. "Tapi mungkin ini memang pembelajaran kali, ya," sambungnya cepat. "Jadi, kalau nanti dikasih [anak] lagi, aku akan mulai rajin makan sayur, supaya ASI-nya banyak," simpulnya. Dan Monica cukup optimis karena kata dokternya hal ini sering terjadi pada ibu muda saat melahirkan anak pertama, dan bukan berarti akan terjadi di anak selanjutnya. "Semoga dikasih rejeki, karena ASI memang lebih baik, dan susu formula mahal, hahaha," ujarnya, seraya tertawa lebar. 

Bukan berarti susu formula salah, tegas Monica, karena dia yakin susu formula juga sudah melalui tahapan agar bagi bayi. Susu ini terutama membantu ibu-ibu yang bermasalah dengan ASI, jelasnya. "Ini tergantung dari sikonnya, aku misalnya ASI nggak ada. Sedangkan bayi baru lahir itu asupannya cuma ASI, hanya air susu. Jadi ketika ASI nggak keluar, aku langsung konsultasi [ke dokter] susu apa yang cocok dan hypoallergenic."

Dan bukan berarti momen-momen emotional bonding yang katanya tercipta saat anak menyusui langsung dari payudara akan berkurang ketika anak (hanya mengonsumsi) susu formula. "Yah, walaupun kita menyusui pake botol, kita 'kan masih kontak dengan anak kita," ujarnya. "Menurut aku nggak ngaruh gimana-gimana. Aku tetap kontak mata, ngajak ngobrol, karena 'kan bayi umur sampai tiga bulan, kita kasih susu [formula] pun harus tetap dipangku. Takutnya kesedak," imbuhnya. 

Apa yang bisa dibagikannya kepada para ibu yang mengalami hal yang sama?

"Kalau dari aku sih, percaya diri itu penting—nggak papa kok nggak ada ASI pun" jawabnya. "ASI nggak keluar, nggak usah terlalu dibesar-besarkan. Gimana kitanya aja nyari solusi biar asupannya tercukupi," paparnya. "Memang sih, tergantung kepribadian dan persepsi masing-masing, tapi kalau aku sih mikirnya begini, ‘ya udah, ini jadi pembelajaran aja, paling nggak aku tahu harus ngapain nanti." tambahnya. Selain itu: kurangi makan junk food ("kalau pengen nggak papa, asal jangan dijadikan kebiasaan), makan sayur, berpikiran positif, dan keliliingilah diri dengan orang-orang yang berpikir positif. "Ini penting banget," tekannya. "Kalau negatif, pasti kita kebawa negatif. Kalau positif 'kan, kita bisa terima masukan, dan bertukaran pikiran."

Oh, satu lagi: "Dokter itu penting," ujarnya, tegas. Monica bercerita bahwa sejak kehamilan, dia beberapa kali berganti dokter. "Yang awal aku kurang sreg karena dia nggak kasih feedback yang baik, monoton," tegasnya. "Sementara aku suka nanya-nanya gitu 'kan. Akhirnya hamil enam bulan, aku pindah dokter, dokter cewek [sebelumnya dokter laki-laki]. Dia itu kooperatif banget, interaktif, selalu jawab WA, jam berapa pun balas, karena takut aku kontraksi gitu 'kan, ya? Hahaha," ceritanya, tertawa kecil.  

ASTRID SATWIKA (PENGUSAHA, BLOGGER)

img

"Aku nggak tahu ini bisa terjadi. Yang aku tahu orang biasanya bermasalah dengan ASI karena kurang, udah itu doang yang aku tahu," aku Astrid Satwika, yang sedang duduk bersila di kursi di ruang tamu rumahnya.