Masih Relevankah Memberikan Hukuman Fisik terhadap Anak?

Masih Relevankah Memberikan Hukuman Fisik terhadap Anak?
ISTOCK

Terkadang orangtua memiliki alasan yang “masuk akal” menghukum anak,  tapi kurang menyadari dampak negatif terhadap hubungan orangtua-anak.

Sering menghadapi anak yang rewel dan membuat emosi terpancing? Seringkali, kita tergoda untuk memukul, mencubit atau menjewer anak ketika sedang tantrum atau berbuat kesalahan. Setelahnya, biasanya para orangtua merasa bersalah dan bertanya-tanya apakah ada manfaatnya melakukan itu semua.

WOOP berbincang dengan Psikolog Klinis Dra. Annie Lutfia Perbowo M.Psi, tentang dampak-dampak hukuman fisik kepada anak.

Hukuman fisik pada anak – perlukah?

Saya termasuk dalam kelompok yang tidak menyetujui hukuman fisik, baik itu mencubit, memukul dan lain-lainnya. Memang terkadang ada orangtua yang memberi hukuman fisik untuk memicu efek jera, tapi justru pemberian hukuman fisik itu akan lebih banyak memberi dampak negatif daripada positif. Anak tidak belajar apa pun dari hukuman tersebut, tetapi cenderung menerimanya tanpa merasa bersalah. Konsekuensinya, hukuman tidak mempunyai arti apa-apa bagi mereka. Semakin kita menghukumnya supaya ia lebih mengontrol diri, maka anak akan belajar bahwa kontrol dirinya diatur oleh orang lain. Alasan orangtua menghukum memang baik, untuk memberi didikan kepada anak, tapi efek yang didapat akan lebih besar.

Seperti apa efeknya?

Akan berbeda-beda tergantung kondisi anak dan di usia berapa ia menerima hukuman tersebut. Anak-anak di atas usia 5 tahun, bisa mendapat pengertian bahwa kekuatan adalah segalanya - siapa yang lebih kuat, bisa memutuskan apa yang benar dan apa yang salah. Dalam beberapa penelitian, dikatakan bahwa anak-anak yang menerima hukuman fisik dari orangtua rentan menjadi pelaku bullying di masa remajanya. Ada juga resiko anak bisa tumbuh menjadi tidak percaya diri. Orangtua seharusnya berperan sebagai figur pelindung anak. Jika orangtua berlaku kasar pada anak, anak akan mempertanyakan, apakah ada yang salah dengan dirinya. Kondisi dapat bertambah parah apabila anak mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya sendiri sehingga tidak dapat memisahkan antara perilaku dengan kepribadian mereka yang sebenarnya. Mereka lalu menganggap dirinya memang bukan anak yang baik, tidak lagi memandang bahwa kelakuan mereka salah. Akibatnya, anak akan merasa rendah diri. Bila rasa tidak berdaya terhadap rasa rendah diri ini terbentuk, maka anak akan terus memandang diri mereka sebagai anak yang tidak baik. Akibatnya, mereka akan terus berperilaku buruk.

Bagaimana dampaknya terhadap hubungan anak dan orangtua?

Cukup besar. Anak yang terbiasa menerima hukuman fisik biasanya memiliki masalah kepercayaan – trust issues – dengan orangtuanya. Anak cenderung akan hidup dalam kewaspadaan, bahwa kesalahan-kesalahan, baik besar maupun kecil yang mereka lakukan dapat sewaktu-waktu mendapatkan ganjaran hukuman fisik dari orangtua. Memang masalah hukuman fisik ini terus menjadi perdebatan, tetapi dari banyak kasus yang saya tangani, memang ada pengaruh antara kebiasaan orangtua memberi hukuman fisik dan kata-kata kasar kepada hubungan anak dan orangtua ketika dewasa.

Jadi, apa yang seharusnya orangtua lakukan?

Bila anak berbuat kesalahan yang harus diberikan hukuman, gunakan hukuman yang variatif, dan hukuman fisik seharusnya menjadi pilihan terakhir.

Ada banyak cara untuk mengajarkan anak tentang disiplin selain hukuman fisik. Jalan terbaik adalah untuk orangtua memberi contoh yang baik, dengan demikian si anak akan mempelajari tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat.

Metode hukuman lainnya adalah metode time out, dengan mengisolasi si anak dalam ruangan selama beberapa menit. Atau, anak diminta mengerjakan sesuatu yang kurang menyenangkan baginya, misalnya membersihkan kamar mandi, menyapu, dilarang menonton TV seharian, dan lain-lain. Dalam pemberian hukuman, komunikasi dan interaksi orangtua dan anak akan berperan sangat penting. Setiap kali menerima hukuman, memang anak akan jera untuk melakukan kesalahan yang sama. Namun setelah menerima hukuman, pada umumnya anak akan berusaha menarik perhatian orang tuanya untuk memperlihatkan penyesalan mereka atas perbuatan buruknya. Setelah situasi emosional berakhir, sering kali anak ingin berada dalam pelukan orang tuanya. Di saat ini orang tua harus menyambut dengan pelukan hangat, penuh kasih sayang, dan pembicaraan dari hati ke hati antara anak dan orang tua tentang apa yang baru saja terjadi dan alasan dibalik hukuman tersebut, supaya anak mendapatkan pengertian.