Mendiamkan Pasangan Saat BerantemApakah 'Emas' dan Ada Manfaatnya?

Mendiamkan Pasangan Saat BerantemApakah Emas dan Ada Manfaatnya?
ISTOCK

Berapa rekor terlamamu mendiamkan si dia?

Pepatah ini (mungkin) setua Bumi: diam itu emas. Namun, jika sedang berantem, emosi tingkat tinggi dengan pasangan, apakah seemas itu? Lebih baik diam daripada hmm, misalnya merepet dari A sampai Z, dan balik ke A?

“Ketika perasaan marah sedang memuncak, biasanya seseorang sulit untuk berpikir logis. Sehingga, kadang-kadang, mengucapkan hal-hal yang disesali,” kata Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi, Psikolog., seorang dosen dan psikolog klinis dari Departemen Psikologi Universitas Bina Nusantara. Jakarta dan pendiri cintasetara. “Lagipula, perlu diingat bahwa perasaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, jadi hindari menyalahkan pasangan. Sebagai contoh: kamu sih, bikin aku marah! Itu salah satu contoh yang salah,” lanjutnya.

Jadi: lebih baik emas atau merepet, nih?

“Jika marah ke pasangan, maka sebaiknya kita menenangkan diri dahulu, ambil waktu satu sampai dua jam untuk menenangkan diri–atau senyamannya kamu. Sebisa mungkin hindari tidur sebelum masalah selesai. Cara mudahnya adalah tarik nafas panjang dan hindari sebentar dari situasi yang membuat marah tersebut. Setelah kita sudah sedikit tenang, baru pikirkan: apa sebetulnya yang membuat kita merasa marah dan apa yang kita inginkan dari pasangan,” paparnya.

Setuju! Karena, pasangan pun kadang belum tentu tahu dan ngeh, kesalahan apa lagi yang dilakukannya!

“Sebenarnya, setelah melakukan dua hal tersebut, barulah ajak pasangan bicara dan ungkapkan rasa marah dengan menggunakan i-message,” ujarnya.

Lebih lanjut, Pingkan memberikan ‘rumus’ untuk membantu menyelesaikan masalah dengan pasangan, begini formulasinya: Aku merasa.... saat.... (di sini kamu bisa mengungkapkan perilaku pasangan dengan spesifik), aku ingin.... (perubahan apa yang kamu inginkan dari pasangan), karena.... (jelaskan alasan kamu). Untuk menjadi contoh, kirim pesan seperti ini: "Aku merasa marah saat kamu panggil aku gendut, aku ingin kita lebih sopan satu sama lain, karena menurutku kita perlu saling menghargai.”

img

Begitu. Mudah, ya. Namun terkadang karena kita (perempuan) ingin dimengerti, jadinya tetap saja bersikukuh pada prinsipnya, yaitu melakukan “silent treatment” alias diam seribu bahasa. Beberapa menganggap, metode ini dirasa paling manjur, ampuh untuk membuat laki-laki sadar dengan kesalahannya (yang sebenarnya belum tentu mereka perbuat).

“Begini ya, silent treatment alias mendiamkan dalam arti sengaja membiarkan pasangan ‘sadar’ adalah strategi yang tidak disarankan. Seperti yang dijelaskan di atas, tentu saja boleh kita menarik diri sebentar, diam untuk menenangkan diri. Tapi tidak lama dan bukan untuk ‘menghukum’ ataupun membuat pasangan sadar. Setelah tenang, sebaiknya langsung dibicarakan saja,” saran Pingkan.

Sebentar. Rekor terlama kita mendiamkannya: satu minggu. Tidak lama kok, ya? Atau, sebaiknya lebih pendek?

“Iya, sebaiknya tidak mendiamkan pasangan. Untuk menenangkan diri sendiri, boleh, karena seseorang mungkin butuh beberapa jam untuk mengatur emosinya,” jawabnya.

Tidak hanya itu, Pingkan juga memberikan cara terbaik yang bisa kamu dan pasangan ikuti untuk menyelesaikan masalah tanpa berlarut-larut dan tanpa diam:

1. Setelah mengungkapkan perasaan dengan i-message, dengarkan respon pasangan. "Dengarkan dengan sungguh-sungguh, bukan mendengarkan untuk menjawab," jelasnya. 

2. Setelah mendengarkan, simpulkan kembali apa yang dikatakan pasangan. 

3. Sepakati apa yang menjadi masalah (ungkapkan fakta dan perasaanmu).