Mengapa Kita Sering Merasa Hidup Itu Tidak Adil?

Mengapa Kita Sering Merasa Hidup Itu Tidak Adil?
ISTOCK

Pernahkah kamu merasa bahwa hidup tidak adil? Apapun yang kamu rasakan Woop hanya ingin memberikan semangat untukmu. Tapi jika kamu masih merasa hidup tidak adil, mungkin cara dari sang ahli ini bisa membantumu. Good luck!

Merasa dunia ini tidak adil, karena semua hal yang kamu lakukan tidak pernah sesuai dengan keinginanmu. Semua perasaaan yang kamu rasakan itu sebenarnya hanya sebuah pikiran yang kacau sehingga membuat suasana hatimu tidak nyaman. Namun bukan berarti kita harus menyalahkan kehidupan yang tidak adil ini. Karena dunia bermain dengan aturan yang berbeda, aturan yang masuk akal akan tetap sedikit membingungkan dan kurang nyaman untuk didengar, oleh karena itu banyak orang yang tidak pernah mengerti tentang ‘mengapa hidup tidak adil’ ini.

“Sejak kecil, orangtua menanamkan bahwa hidup ini harus adil. Orangtua berusaha memperlakukan anaknya secara sama rata dan ada kalanya ketika merasa mendapat perlakuan yang berbeda, kita mengeluh bahwa orangtua sudah bersikap tidak adil. Tumbuh dengan prinsip ini membuat kita menjadi peka terhadap ketidakadilan. Saat mengalami perlakuan tidak adil, kita cenderung mengalami emosi yang campur aduk antara marah, frustasi, pasrah, sedih, dan rasa mendendam,” ujar Irene Raflesia, S. Psi, M. Psi., seorang psikolog klinis dewasa, dari Klinik Pelangi, Cibubur.

img

Yep, benar! Biasanya saat kita merasa ‘dunia ini tidak adil’, kita akan merasa tertekan, marah, kesal dan frustasi. Lantas, bagaimana kita bisa merasakan hal seperti itu?

“Seperti yang diungkapkan oleh Viktor Frankl bahwa penderitaan emosional akibat perlakuan tidak adil adalah jenis derita yang paling menyakitkan,” jawabnya. Ia melanjutkan, “seperti yang Frankl tuliskan dalam bukunya yang berjudul Man’s Search for Meaning, ia mereflesikan pengalamannya ditahan selama 3 tahun dalam kamp konsentrasi Nazi. Ketidakpahaman mereka menjadi sasaran kekejian dam siksaan para tentara Jerman inilah yang paling memberatkan bagi tahanan. Siksaan batin ini bahkan lebih buruk dan sulit dihadapi ketimbang siksaan fisik yang diterima. Perlakuan yang tidak adil ini tampaknya membuat perasaan kita menjadi sangat buruk.”

Apakah rasa ketidakadilan ini akan mempengaruhi dalam menjalani kehidupan?

“Sebagian orang lebih sulit menerima ketidakadilan dibandingkan orang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengalaman buruk atau situasi ekstrem yang pernah terjadi di masa lalu. Pengalaman ini tidak selalu disadari dan bahkan mungkin saja belum terselesaikan sampai saat ini. Emosi negatif dapat kembali muncul ketika kita mengalami situasi yang serupa dengan pengalaman masa lalu. Bisa dibayangkan jika hal ini kerap menghantui kita dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan mempengaruhi pikiran kita dan membuat kita memandang dunia dari kacamata negatif. Bisa-bisa kita selalu hidup dalam kemarahan, kekecewaan, disertai dengan frustasi berkepanjangan,” ungkap Irene.

img

Kenyataannya roda kehidupan selalu berputar dan hidup memang tidak selalu adil. Lantas, bagaimana kita menghilangkan perasaan itu?

“Kita dapat bereaksi dengan terus berkutat pada pertanyaan mengapa hidup ini tidak adil atau kita dapat memilih untuk menerima kenyataan itu dan melanjutkan hidup. Salah satu kunci untuk mengatasi perasaan negatif ini adalah dengan mengambil peran aktif dalam menilai situasi. Tanyakan pada diri kita, apakah situasi ini berada di dalam atau di luar kendali kita. Jika kita dapat melakukan sesuatu, maka lakukanlah. Sebaiknya situasi di luar kendali kita, maka cara yang terbaik adalah merelakannya. Seperti yang diungkapkan Greenbreg, kita bisa meredam perasaan negatif akibat situasi tidak adil ini dengan mengubah pola pikir, mencari pelajaran yang bisa dipetik, memusatkan perhatian, dan mencoba fokus pada hal positif,” sarannya.

Karena hidup penuh dengan hal-hal yang tidak terduga, termasuk juga tentang situasi ketidakadilan. Oleh karena itu, mengalihkan energi kepada hal-hal yang dapat kita kendalikan akan membuat perasaan kita lebih positif ketimbang menyimpan amarah dan dendam. Intinya, bagaimanapun kedamaian berawal dari diri kita.

Selanjutnya: berkaca dari kasus perundungan yang sedang terjadi, orangtua harus tahu jika tidak mau anaknya menjadi pelaku perundungan.