Mengapa Memiliki Teman Imajiner Bisa Positif bagi Anak?

Mengapa Memiliki Teman Imajiner Bisa Positif bagi Anak?
ISTOCK

Pada awalnya mungkin membuat orangtua cemas. 

Bayangkan ini: tanggal 13, hari Kamis, Kliwon, gerimis, tiba-tiba si kecil bilang bahwa dia mau bermain di kamar dengan temannya bernama Lololos. Saat mau berkenalan...eh, ternyata si Lololos tidak memiliki wujud fisik dan hanya si kecil yang bisa melihat. Ternyata si Lololos merupakan teman imajiner, dan bukan seorang manusia, melainkan seekor lumba-lumba! Jangan takut dulu, karena menurut para ahli memiliki seorang teman khayalan merupakan sesuatu yang normal. Bahkan, mungkin dampak positif—baik secara sosial dan kognitif. Berikut tiga keuntungan anak memiliki seseorang-yang-sepertinya-nyata-padahal-tidak. 

PERKEMBANGKAN KOSAKATA MEREKA LEBIH BAIK

Meski percakapan dengan Unicorn atau Princess terdengar tidak masuk akal di telinga orangtua, sebenarnya bisa meningkatkan kemampuan percakapan sang anak. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh La Trobe University di Australia, yang menemukan bahwa anak-anak dengan teman khayalan menggunakan kalimat yang lebih kompleks dan memiliki kosakata yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki teman imajinasi. Alasannya karena si kecil pada dasarnya mendapatkan banyak kesempatan untuk melatih komunikasi (bahkan jika itu dengan seorang putri dari negeri antah berantah bernama Princess Nabila).

ANAK MEMILIKI KEMAMPUAN SOSIAL YANG LEBIH BAIK

Meski memang teman imajinasi tidak sungguhan, interaksi antara si kecil dan teman-yang-hanya-bisa-dilihat-olehnya merupakan sesuatu yang nyata. Dan semakin sering anak berlatih melakukan sesuatu, semakin baik kemampuannya dalam hal tersebut. Sebuah studi diterbitkan dalam Journal of Experimental Child Psychology menegaskan hal ini, memperlihatkan bahwa pertemanan khayalan membantu anak-anak dalam interaksi di dunia nyata mereka saat beranjak dewasa. Plus, karena situasi pura-pura ini mengharuskan anak untuk melakukan percakapan dua arah, ini kemungkinan membuatnya lebih baik dalam mengerti emosi orang lain.

MEREKA CENDERUNG LEBIH KREATIF

La Trobe University juga menemukan bahwa anak-anak yang memiliki teman imajiner biasanya lebih inventif. Tidak mengejutkan sama sekali memang—karena dibutuhkan kreativitas tingkat tinggi untuk pura-pura bisa terbang, berjalan-jalan, ngobrol berjam-jam, dan memiliki kekuatan supranatural dengan seekor lumba-lumba bernama Lololos. Dan menurut Marjorie Taylor, seorang psikolog perkembangan anak, kreativitas ini kemungkinan besar akan melekat dengan anak bahkan setelah James memutuskan untuk bersatu kembali dengan keluarganya di laut lepas. “Imajinasi bukan merupakan sesuatu yang remeh dan hilang ketika kita sudah dewasa,” jelasnya.