Menurut Sains 4 Hal ini Penyebab Perceraian

Menurut Sains 4 Hal ini Penyebab Perceraian
ISTOCK

Bagaimana menurutmu?

Hebatnya sains dibandingkan dukun langgananmu: bisa memprediksi pasangan seperti apa yang kemungkinan besar akan bercerai. Hitung-hitungan dan "ramalan" ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun; bukan tiba-tiba. Dan Business Insider baru-baru ini mengumpulkan beberapa faktor yang bisa menyebabkan pernikahan berujung perceraian. Akan tetapi, perlu diingat: jangan menunda pernikahan hanya karena sebuah studi. Jika memang sudah menemukan orang yang tepat dan siap... yah, lanjut! 

Super Duper Mesra Saat Baru Menikah 

Ted Huston, seorang psikolog, meneliti 168 pasangan selama 13 tahun—sejak hari pernikahan mereka. Selama periode tersebut, Huston dan timnya berkali-kali mewawancarai para pasangan. 

Penemuannya: "Sebagai pasangan baru, pasangan yang bercerai setelah tujuh tahun atau lebih menikah biasanya sangat mesra, memperlihatkan kemesraan lebih sering (1/3 kali lebih banyak) dibandingkan pasangan yang tetap bahagia setelahnya."

Seorang psikolog lain, Aviva Patz, menuliskan di Psychology Today: "Pasangan yang awalnya sangat romantis cenderung lebih rentan terhadap perceraian karena intensitas sehebat itu sulit dijaga. Percaya atau tidak, pernikahan yang diawali dengan lebih sedikit "romansa ala Hollywod" biasanya lebih memiliki masa depan yang menjanjikan." 

Menikah Dini atau Setelah 32

Menurut penelitian dari University of Utah, pasangan yang menikah di usia remaja dan pertengahan 30an atau setelahnya berkemungkinan lebih besar bercerai dibandingkan mereka yang berusia akhir 20an atau awal 30an. Terutama pada pernikahan dini. Nicholas Wolfinger, seorang profesor dan pemimpin penelitian tersebut menemukan bahwa persentase perceraian meningkat sekitar 5% setiap tahunnya. 

Penelitian lain yang diterbitkan pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa kemungkinan perceraian pada pasangan heteroseksual meningkat seiring dengan perbedaan umur suami istri. "Perbedaan satu tahun di usia pasangan, studi menyatakan, membuat kemungkinan mereka bercerai sebanyak 3% (ketika dibandingkan dengan pasangan seusia); akan tetapi, perbedaan lima tahun, kemungkinannya menjadi 18%. Dan 39% jika usia mereka berbeda 10 tahun," kata Megan Garber di The Atlantic

Pekerjaan Suami Paruh Waktu 

Dari penelitian Harvard tahun lalu yang diterbitkan di American Sociological Review, menemukan bahwa bukan keuangan pasangan yang memungkinkan perceraian, melainkan pembagian kerja.

Peneliti mengobservasi pernikahan pasangan heteroseksual setelah tahun 1975, dan menyimpulkan bahwa pasangan yang suaminya tidak memiliki pekerjaan penuh memiliki kemungkinan bercerai sebanyak 3,3% di tahun berikutnya. Bandingkan dengan suami berpekerjaan penuh, yakni sebesar 2,5%. Sementara itu menurut penelitian ini, status pekerjaan istri tidak terlalu mempengaruhi persentase kemungkinan bercerai. 

Menganggap Rendah Pasangan

Setelah melakukan penelitian selama 14 tahun terhadap 79 pasangan, penelitian ini menyimpulkan bahwa ada empat perilaku yang mengakhiri pernikahan. Pertama, merendahkan pasangan (peneliti menyebut kebiasaan ini sebagai "ciuman maut" untuk sebuah hubungan). Kedua, selalu mengkritik. Ketiga, defensif—selalu bertingkah sebagai korban dalam setiap kondisi sulit. Keempat, pura-pura jadi batu alias menolak berdiskusi tentang apapun.