Meskipun Berisiko, Entah Kenapa Tetap Saja Kita Jatuh Cinta dengan Teman Kantor

Meskipun Berisiko, Entah Kenapa Tetap Saja Kita Jatuh Cinta dengan Teman Kantor
ISTOCK

Apakah penyebabnya?

Semua hubungan cinta itu rumit, entah itu yang terjalin dari jaman masih pakai rok abu-abu, atau bertemu via aplikasi daring—termasuk yang awalnya hanya teman sekantor. 

Di era teknologi kencan super canggih ini, sebuah penelitian baru menyimpulkan bahwa secara statistik masih banyak jumlah orang orang yang menemukan pasangannya di kantor (22%) dibandingkan bertemu secara daring (13%), lewat teman-dari-teman (18), dan saat nongkrong (10%). Hal ini sangat dimengerti jika menilik dari fakta bahwa seumur hidup rata-rata orang dewasa akan menghabiskan 90 ribu jam di tempat kerja (kira-kira hampir 2000 jam per tahun). Itu, ditambah dibutuhkan 200 jam untuk menjadi teman baik (bukan cuma kenalan atau kolega). Ini artinya, jika kamu dan seseorang itu menghabiskan waktu dari jam 9 pagi sampai 5 sore setiap harinya di kantor, sama-sama betah bekerja di tempat tersebut selama bertahun-tahun, sering ngobrol, berbagi cerita (suka dan duka, personal atau pun profesional), cocok (makanya bisa ngolor-ngidul berjam-jam saat makan siang atau setelah jam kantor), kemungkinan timbul perasaan berbunga-bunga akan semakin mekar. Apalagi, saat menghadapi krisis, dia bisa menghadapinya dengan taktis dan kalem—ah, jantung semakin tidak tenang. Atau, kalian berdua sebagai tim berhasil menyelesaikan beberapa proyek dengan nilai A+. Gawat, semakin jatuh cinta!

Namun, yah itu tadi, romantisme di kantor bisa super rumit dan intens setengah mati; belum lagi tidak sedikit perusahaan yang secara tertulis melarang perilisan hormon cinta, dopamine dan norepinephrine secara aktif di sekitar area kerja—tanpa ada pengecualian. 

Seorang psikolog mengatakan bahwa intensitas yang terjadi di ruang kantor mirip dengan yang kita alami saat menjalani hubungan seksual: campur aduk dan membingungkan. 

"Bahkan ketika pikiran sadar tidak mengakui koneksi tersebut, terkadang alam bahwa sadar akan melakukannya. Satu atau kedua belah pihak akan tiba-tiba melihat pihak lain dari sudut pandang seksual," tulisGregory L. Jantz, Ph.D, seorang ahli kesehatan mental. 

Menurutnya, semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama maka pertahanan diri semakin cepat longgar. Yah, memang sih, situasi ini tidak selalu berakhir dengan intimasi, tapi kemungkinannya akan semakin besar jika salah satu pihak tidak memiliki batasan yang jelas.

"Jika kedua pihak tidak hati-hati untuk tetap menjaga hubungan profesional secara terus menerus, 'pertahanan' ini bisa membuat salah satu pihak melihat hubungan tersebut lebih dari hubungan kerja." 

Dengan kata lain, pastikan ada batasan yang jelas antara dirimu dan kolega di kantor—apakah memang mau hanya teman, atau lebih dari tetangga meja kerja dan menerima semua konsekuensinya. Dan jika "merasa suka" pastikan itu benar-benar "suka", bukan hanya karena terbawa suasana. 

"Dengan mudahnya seorang kolega bisa merasa seperti menjadi orang paling penting dalam hidupmu, dalam arti romantis atau lainnya," kata seorang ahli. "Akan tetapi sangat penting untuk mengenali perbedaan antara perasaan dekat dengan seseorang karena situasimu sekarang (sedang bekerja bersama), dengan perasaan benar-benar jatuh cinta." 

Nah, sudah tahu 'kan tanda-tanda jatuh cinta? Pastinya terjadi gerhana total di otak—logika dikalahkan oleh perasaan melo—dan ini semua